Homili 28 Januari 2022

Peringatan Wajib St. Tomas Aquino
2Sam. 11:1-4,5-10a,13-17
Mzm. 51:3-4,5-6a,6bc-7,10-11
Mrk. 4:26-34

Mari Mengenal Kerajaan Allah

Pada hari ini kita mengenang Santo Thomas Aquinas. Kita semua mengenal sosok orang kudus hebat ini sebagai seorang yuris, teolog, dan filsuf yang sangat berpengaruh dalam tradisi skolastisisme. Ia juga dikenal sebagai Doctor Angelicus dan Doctor Communis. Ada dua ucapan dari banyak ucapannya yang selalu saya ingat: Pertama, Thomas mengatakan: “Hati manusia itu benar dan bahagia ketika ia mau melakukan kehendak Tuhan.” Kita semua tentu sadar diri sebagai ciptaan Tuhan. Kita memiliki hati sebagai totalitas kasih kepada Tuhan dan sesama. Hati kita menjadi benar dan bahagia di saat yang tepat untuk melakukan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah segalanya bagi kita. Kedua, Thomas mengatakan: “Kebahagiaan yang sempurna adalah alami hanya untuk Tuhan, untuk siapa menjadi dan diberkati adalah hal yang sama. Di lain pihak, bagi semua makhluk, diberkati bukanlah bagian dari sifat mereka, tetapi tujuan akhir mereka.” Tuhan adalah sumber dan asal hidup kita. Hanya pada Tuhan ada kebahagiaan sejati, di luar Tuhan semuanya fana dan akan habis di dunia.

Kedua kutipan perkataan santo Thomas ini menginspirasi kita untuk memahami perkataan Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Tuhan Yesus sedang berbicara dalam perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Di dalam Injil Markus, Tuhan Yesus mengatakan: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama…” (Mrk 4:26). Akal budi manusia masih sangat terbatas maka Tuhan Yesus menggunakan pengalaman agraris yang sedang dilakukan orang banyak yang mengikuti-Nya saat itu untuk menjelaskan tentang Kerajaan Allah. Maka Tuhan Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu hadir dan berkembang karena penyertaan Tuhan. Tuhan Yesus berkata: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: “Seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” (Mrk 4:26-29).

Sang penabur itu tentu mengetahui lahan yang hendak ditaburinya. Lahan itu pasti subur sehingga dia menabur saja kemudian membiarkannya bertumbuh dan berkembang secara alamiah hingga berbuah dan siap untuk dipetik. Semua proses ini berjalan secara alamiah dan tentu saja sebagai orang beriman kita berani mengatakan bahwa Tuhan turut bekerja dalam proses ini, sejak menaburkannya hingga memetik hasilnya. Tuhan turut bekerja, Tuhan ikut terlibat dari awal hingga akhir. Dengan perumpamaan tentang Kerajaan Allah yang diumpamakan dengan seorang yang menabur benih, Tuhan Yesus mengarahkan kita kepada diri-Nya sendiri yang diutus Bapa untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Banyak orang mungkin berpikir bahwa gerakan yang dilakukan Yesus di Galilea pada masanya kemungkinan akan gagal dan tidak bisa dilanjutkan. Dia melakukan tanda dan mengajar dengan kuasa dan wibawa namun hanya sebatas pada Yesus saja. Namun, apa yang terjadi? Semuanya berjalan dengan baik dan lancar sampai saat ini. Dari sebuah komunitas di Galilea lebih dari dua ribu tahun yang lalu akhirnya berkembang sampai saat ini. Gereja sebagai tanda kehadiran kerajaan Allah sungguh berkembang.

Tuhan Yesus juga memberikan perumpaan kedua tentang Kerajaan Allah. Dia mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan ke tanah. Biji sesawi yang kecil itu akan bertumbuh dan berkembang menjadi pohon yang tingginya 2-3 meter sehingga burung-burung dapat bersarang di atasnya. Tuhan Yesus menghadirkan Kerajaan Allah mulai dari kelompok kecil yakni kedua belas rasul dan menjadi sebuah Gereja yang besar hingga saat ini. Kedua perumpamaan tentang Kerajaan Allah ini menunjukkan campur tangan Tuhan, penyertaan Tuhan yang begitu besar di dalam Gereja hingga saat ini. Dalam sejarahnya, ada saat-saat penuh kekelaman tetapi Tuhan selalu hadir dan meneduhkan badai di dalam Gereja.

Apa yang menjadi tantangan dalam menghadirkan Kerajaan Allah?

Salah satu tantangan dari banyak tantangan adalah kesetiaan kepada Tuhan. Menjadi pribadi yang setia itu sulit dan mahal. Ketika orang sudah mendapat berkat yang berkelimpahan, mudah sekali orang lupa akan kasih dan kebaikan Tuhan. Keinginan duniawi, kedagingan tetap melekat di dalam hidup manusia dan menjauhkannya dari Tuhan. Sebagai contoh sosok Raja Daud. Apa yang kurang dari kasih dan kebaikan Tuhan baginya? Tidak ada yang kurang, semuanya sempurna adanya. Tuhan melihat hatinya bukan tampilan luarnya. Kita mengingat perkataan Tuhan kepada Samuel sebelum mengurapi Daud di rumah ayahnya: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1Sam 16:7). Tuhan memperhatikan, menjaga, melindungi bahkan menjadikannya sebagai raja. Tetapi Daud tetap manusia yang lemah. Dia berdosa, dia berzinah. Dia menghina Allah dengan mengambil Batsyeba istri Uria dan me merencanakan pembunuhan terhadap Uria. Ini benar-benar sebuah kesalahan besar, penghinaan kepada Allah dan menjadi pebinor.

Daud jatuh ke dalam dosa. Dia seorang pebinor tetapi Tuhan memiliki rencana yang indah. Dari Batsyeba, Daud mendapat keturunan yaitu Salomo, Natan, Shammua dan Sobab. Daud memang berdosa tetapi Tuhan tetap menunjukkan kerahiman kepada-Nya. Inilah perkataan Tuhan kepada Raja Daud: “Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.” Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada Tuhan.” Dan Natan berkata kepada Daud: “Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.” (2Samuel 12:11-14).

Kerajaan Allah itu sungguh nyata karena dihadirkan oleh Tuhan Yesus melalui Sabda dan karya-Nya. Namun tantangan besar adalah kesetiaan dan dosa yang dibuat oleh manusia. Dalam situasi seperti ini, Tuhan tetap menujukkan kasih dan kerahiman-Nya bagi manusia. Saya bangga memiliki Tuhan yang hebat, kuat dan Maharahim. Terima kasih Tuhan. St. Thomas Aquinas, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB