Homili 28 Maret 2022

Hari Rabu Pekan IV Prapaskah
Yes. 65:17-21
Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a,13b
Yoh. 4:43-54

Tanda Kedua Yesus: Iman menyelamatkan

Saya selalu bersyukur kepada Tuhan karena kehadiran semua orang yang mengenal saya sebagai seorang gembala termasuk anda. Ada yang memanggil saya Pater, Padre, Father, Romo, Don dan Pastor. Saya selalu menyadari bahwa setiap sapaan ini menunjukkan sebuah trust yang mendalam, yang sekaligus melekat di dalam diri saya karena panggilan istimewa (vocation). Misalnya, ada seorang umat yang pernah mengirim pesan singkat kepada saya untuk berterima kasih karena sebuah pelayanan yang saya lakukan kepada sanak keluarganya di rumah sakit. Ketika itu ada seorang anggota keluarganya yang sakit keras. Saya diundang untuk mengunjungi, mendoakan, memberikan sakramen perminyakan dan viaticum kepadanya. Beberapa hari kemudian, pasien itu kembali ke rumahnya dan dirawat di rumah hingga sembuh total. Pengalaman ini mendorongnya untuk menulis kepadaku: “Saya berterima kasih kepada Pater karena dengan iman dan pelayananmu, telah menyembuhkan saudara saya.” Tuhan sungguh baik karena dapat melakukan tanda-tanda melalui pengalaman iman seperti ini.

Kita berada di pekan keempat prapaskah. Dalam pekan ini Tuhan mengundang kita untuk bersukacita dalam nuansa pertobatan sejati. Sebuah pertobatan yang radikal akan membawa sukacita karena bapa di surga yang begitu murah hati. Dia Maharahim bagi semua orang yang tahu diri sebagai orang berdosa. Pengalaman pertobatan hanya dapat dipahami dalam konteks iman. Artinya hanya orang beriman yang dapat sadar diri untuk mengenal dirinya sebagai orang berdosa dan dapat melakukan pertobatan radikal. Iman mengubah hidup orang menjadi lebih baik lagi. Ini juga yang menjadi harapan dari Tuhan melalui bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini.

Penginjil Yohanes hari ini menceritakan tentang Yesus yang senantiasa ‘bergerak’ untuk mengubah hidup manusia. Ia mula-mula berangkat dari Samaria dan pergi ke Galilea setelah mengalami penolakan di kampung halaman-Nya di Nazaret. Setibanya di Galilea, Ia disambut dengan meriah di sana. Di antara mereka yang menyambut-Nya terdapat seorang pegawai istana yang mencari-Nya untuk memohon anugerah penyembuhan bagi anaknya yang sedang sakit dan hampir meninggal dunia. Tuhan Yesus menuntut iman dari orang yang mempercayakan diri kepada-Nya. Hal ini ditunjukkan oleh pegawai istana yang percaya bahwa Yesus akan menyembuhkan anak-Nya. Tuhan Yesus mendengar dan dengan tegas mengatakan bahwa anaknya hidup. Perkataan yang keluar dari Yesus memiliki daya menghidupkan anak itu. Ada sukacita besar karena anak itu hidup kembali sekitar jam yang disampaikan oleh Yesus kepada ayahnya. Seluruh keluarganya sangat mengapresiasi Yesus dan kebaikan-Nya.

Kisah Injil ini menegaskan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan Allah dan bahwa iman manusia dapat menyelamatkan diri sendiri dan dapat menyelamatkan sesama manusia. Iman pegawai istana telah menyelamatkan anaknya. Iman anda dan saya dapat menyelamatkan sesama di sekitar kita, yang berdosa sekali pun dapat memperoleh keselamatan. Iman berkaitan erat dengan semangat untuk bertobat. Pertobatan adalah sebuah anugerah istimewa dari Tuhan bagi setiap pribadi. Pengalaman akan Allah dapat ditunjukan dengan pertobatan yang terus menerus dari seorang pendosa. Maka tanpa ada pemeriksaan bathin, tak ada pula penyesalan yang mendalam. Ini adalah tanda kedua yang dilakukan Yesus: Iman itu telah menyelamatkan diri kita sendiri dan iman kita menyelamatkan saudara-saudara yang lain.

Pertobatan yang radikal adalah sebuah sukacita. Orang yang bertobat merasakan kabaruan dalam hidupnya. Tuhan sendiri berjanji: “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.” (Yes 65:17). Tuhan membaharui segala sesuau. Dia tidak akan mengingat-ingat dosa dan salah kita. Ia justru membuangnya ke tubir-tubir laut yang dalam. Itulah wajah Allah kita yang penuh dengan belas kasihan. Ini adalah sukacita yang besar karena Tuhan yang kita Imani sungguh baik.

Masa prapaskah menjadi kesempatan bagi kita untuk berubah menjadi lebih baik lagi dalam hal bersedekah, berdoa dan berpuasa. Semua ini adalah ungkapan iman yang besar dan tanda kesaksian kita sebagai anak-anak Tuhan bagi sesama.

P. John Laba, SDB