Food For Thought: Ketekunan dalam hidup

Ketekunan hidup

Selama bertahun-tahun tinggal di dalam sebuah komunitas biara, saya selalu mendengar perkataaan yang terungkap dalam doa-doa komunitas, misalnya: “Marilah kita memohon anugerah Tuhan supaya Dia memampukan kita untuk dapat bertekun dalam menjalani panggilan hidup kita”. Doa untuk memohon ketekunan dalam panggilan hari demi hari pasti ada. Memang sebuah panggilan hidup pribadi akan bermakna ketika pribadi yang menjalaninya itu menunjukkan kesetiaannya hari demi hari. Ketekunan di dalam hidup itu penting dan harus sebab ketekunan bisa membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Ketekunan membuat kemungkinan kecil menjadi kemungkinan besar dan ketekunanlah yang akan membuat kemungkinan besar menjadi pasti. Maka seorang biarawan atau biarawati sejati itu perlu bertekun dalam panggilan hidupnya dan tentu kita semua terpanggil juga untuk bertekun dalam panggilan dan profesi hidup masing-masing.

Saya pernah berjalan-jalan bersama para formandi/para calon biarawan kami untuk mengobservasi beberapa toko sepatu di jalan raya Serang, Banten. Hal yang kelihatan terang benderang di mata kami adalah bahwa selama masa pandemi, kebanyakan toko sepatu itu sepi pengunjung dan pembeli. Hanya menjelang tahun ajaran baru, para pelanggan mungkin datang dengan sendirinya untuk membeli sepatu sebagai salah satu keperluan siswa atau siswi di sekolah. Mungkin juga sedikit orang yang kebetulan membutuhkan sepatu untuk pemakaian sehari-hari. Hal yang menakjubkan saya adalah meskipun toko sepatu itu sepi pengunjung dan sepi pembeli namun pemilik toko sepatu itu rela berada di toko dari pagi hingga malam untuk menunggu para pelanggan. Mereka tidak pernah putus asa dan melakukan jalan pintas dengan menutup toko mereka. Saya memberi jempol kepada para pemilik toko sepatu yang tidak pernah putus asa karena sepi pembeli.

Pada kesempatan lain saya memperhatikan seorang ibu yang menjual dodol di area Tigaraksa. Dia selalu duduk di pinggir jalan KH. Syeik Nawawi, Mata Gara untuk menjual dodol dari pagi sampai sore hari. Saya tidak tahu persis berapa orang yang pernah singgah untuk membeli dodol jualan ibu ini. Saya menduga pasti sedikit orang, namun yang saya salut adalah ibu itu setiap hari berada di tempat yang sama, menjual dodol sebagai pekerjaannya. Ini pekerjaan halal dan dia menekuninya dengan penuh cinta. Dia tidak sedang duduk di pinggir jalan untuk meminta-minta dari orang lain. Saya melihat semangat dan ketekunan ibu ini luar biasa.

Politikus berkebangsaan Inggrus, Benjamin Disraeli pernah berkata: “Melalui ketekunan, banyak orang memenangkan kesuksesan dari apa yang tampaknya ditakdirkan untuk menjadi kegagalan tertentu.” Saya sepakat dengan perkataan ini. Orang menjadi sukses dalam hidupnya karena dia memang pribadi yang tekun. Mungkin saja ada orang yang mengatakan bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan tidak memiliki masa depan, namun ketika pekerjaan itu ditekuni dengan baik akan membuahkan hasil yang terbaik dalam hidup.

Apa yang harus kita lakukan?

Untuk dapat menjadi pribadi yang tekun diperlukan beberapa hal berikut ini:

Pertama, percaya diri bahwa saya bisa. Ada rasa percaya diri untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan dalam hidup. Mungkin saja orang mengatakan atau secara pribadi kita merasa bahwa pekerjaan itu sulit dan berat. Rasa percaya diri yang tinggi dapat memotivasi kita untuk memiliki ketekunan hingga berhasil dengan baik. Kita harus berani bermimpi dan merealisasikan mimpi kita.

Kedua, kemauan untuk berkorban. Orang yang tekun perlu berkorban dalam hidup. Mengorbankan waktu, tenaga, bakat, semuanya tercurah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Tanpa ada pengorbanan diri maka tidak ada ketekunan dan keberhasilan.

Ketiga, Kekuatan dari panutan. Ketekunan dapat juga dimiliki karena ada model atau panutan yang menginspirasi hidup kita. Ketika membaca riwayat orang sukses maka kita seakan tergugah untuk mengkuti teladan hidupnya.

Keempat, Rasa bosan adalah musuh dari ketekunan. Banyak kali orang cepat sekali merasa bosan dengan pekerjaannya. Dia lalu menjadi kutu loncat dalam profesinya. Seharusnya mencintai pekerjaan yang ada dan berusaha untuk menjadi pribadi yang sukses. Bisa juga pekerjaan yang ada sekarang meniadi batu loncatan untuk karier selanjutnya. Rasa bosan adalah musuh ketekunan pribadi kita.

Kelima, Bersyukur. Kita perlu bersyukur atas segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita. Rasa syukur karena hal sederhana dan kecil yang Tuhan berikan setiap hari kepada kita. Terkadang kita kurang bersyukur dan itu menghalangi kita untuk terus bertekun di dalam hidup kita setiap hari.

Kita harus punya prinsip yang jelas dalam membangun ketekunan hidup. Hidup sebagai orang sukses bukanlah sebuah kebetulan. Hidup sukses adalah buah dari kerja keras, ketekunan, pembelajaran, pengorbanan dan yang terpenting, cinta akan apa yang kita lakukan atau kita pelajari. Bertekunlah!

P. John Laba, SDB