Homili 2 September 2022

Hari Jumat Pekan Biasa ke-XXII
1Kor. 4:1-5
Mzm. 37:3-4,5-6,27-28,39-40
Luk. 5:33-39

Hidup Baru dalam Kristus

Kita berada di hari kedua bulan Kitab Suci Nasional. Pengalaman keseharian kita menunjukkan berbagai pergumulan dalam hidup kita. Kita semua merasakannya di dalam masa pandemi ini. Banyak kesulitan yang kita semua alami. Kesulitan ekonomi, kehilangan orang-orang yang kita kasihi yang membuat kita memberontak kepada Tuhan. Banyak orang mengalami krisis iman kepada Tuhan selama masa pandemi. Suasana hidup semacam ini mirip dengan pengalaman umat Perjanjian Lama. Sebagaimana melalui para nabi seperti nabi Amos di mana Tuhan menghendaki supaya umat Israel mencari-Nya, demikian juga kita pada saat ini disadarkan untuk selalu mencari Tuhan supaya mendapatkan keselamatan. Ketika kita mengandalkan diri kita sendiri maka sangatlah sulit kita mencari dan menaruh harapan kepada Tuhan. Ketika kita hanya mengandalkan diri sendiri, menjadi sombong dan mengabaikan Tuhan maka kita pun akan tetap berada dalam kegelapan. Kita seharusnya sadar diri untuk mencari Tuhan, berharap kepada-Nya karena Dialah sumber hidup kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita untuk memiliki hidup baru di dalam Kristus. Sebuah hidup baru yang berdasar pada sakramen pembaptisan, pertobatan dan sukacita. Dalam bacaan Injil dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan ada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat bertanya kepada Yesus perihal puasa dan sembahyang yang pernah dilakukan oleh para murid Yohanes Pembaptis, sedangkan dalam pengamatan mereka, ternyata para murid Yesus tidak melakukannya. Tentu saja ini menjadi masalah bagi para lawan Yesus yaitu kaum Farisi dan para ahli Taurat. Tuhan Yesus menjawab mereka dengan menyatakan diri-Nya sebagai mempelai sedangkan para murid adalah sahabat mempelai. Kebersamaan mempelai dan sahabat-sahabat-Nya tentu saja dalam suasana penuh sukacita. Dukacita akan dialami oleh para sahabat mempelai ketika sang mempelai diambil dari tengah-tengah mereka. Tentu saja ini akan menjadi nyata dalam penderitaan Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia. Selagi ada kebersamaan antara mempelai dan sahabat-sahabatnya maka suasana sukacita meliputi mereka semua. Ada pesta besar selagi bersama sang mempelai. Pengalaman semacam ini menjadi bukti nyata bahwa Allah adalah sumber harapan dan hidup kita.

Selanjutnya, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang kain baru dan kain lama. Kain baru tidak dapat ditambal begitu saja pada kain yang lama karena kain baru akan ikut terkoyak. Hal yang sama terjadi pada anggur yang baru dan anggur yang lama. Anggur yang baru tidak dapat diisi ke dalam kantong anggur yang tua karena anggur baru justru akan mengoyakkan kantong anggur yang tua. Anggur baru disimpan di dalam kantong yang baru. Orang yang terbiasa meminum anggur tua akan mengatakan bahwa anggur yang baru tidak enak, masih asam dibandingkan dengan anggur tua yang lebih enak. Sesungguhnya apa yang dimaksudkan dengan angggur yang baru dan anggur yang lama. Anggur baru melambangkan perjanjian baru atau iman baru yang tidak dapat ditempatkan dalam kerangka atau pola hidup yang lama. Anggur tua melambangkan pola hidup lama yang menjadi guru kehidupan bagi kita semua. Anggur baru melambangkan anugerah-anugerah baru yang kita terima dari Tuhan sedangkan anggur tua adalah hidup lama yang tidak sejalan dengan rencana dan kehendak Tuhan

Hidup yang berpengharapan pada Kristus atau hidup baru haruslah benar-benar dirasakan di dalam hidup kita. Kita semua tidak luput dari pergumulan hidup namun kita juga tidak seenaknya mengabaikan Tuhan yang memberikan rahmat-Nya yang selalu baru setiap hari kepada kita. Satu titik kelemahan kita adalah begitu mudahnya kita tidak bersyukur kepada Tuhan padahal Tuhan memberikan segalanya secara cuma-cuma.

Bagaimana mewujudkan hidup yang berpengharapan kepada Kristus?

Kita kembali kepada Injil. Tuhan Yesus menghendaki agar kita berani meninggalkan hidup yang lama dan memukai hidup yang baru. Hidup baru bersama Yesus Kristus yang memberi segalanya bagi hidup kita. Hidup lama dalam kuasa dunia yang tidak membuka jalan kepada keselamatan. Hidup lama dihiasi oleh keegoisan, kurangnya semangat berkorban, selalu bermegah di dalam diri sendiri bukan di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Seharusnya kita sebagai sahabat mempelai, hidup dalam sukacita bersama Yesus sang mempelai sejati.

Santo Paulus dalam bacaan kedua mengarahkan jemaat di Korintus dan kita semua yang membaca suratnya hari ini untuk tidak mudah bertindak sebagai hakim bagi diri sendiri dan hakim bagi sesame yang ada di sekitar kita. Kebiasaan menghakimi orang lain adalah jalan pintas untuk membenarkan diri, menganggap diri sebagai orang suci, sempurna di bandingkan dengan orang lain. Orang yang beranggapan seperti ini masih menyukai anggur tua bukan anggur baru. Kita tidak memiliki kuasa untuk menghakimi diri dan sesama. Hanya Tuhan saja yang memiliki kuasa untuk mengahkimi diri kita. Hanya Tuhan saja yang memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.

Pada hari ini kita juga merayakan hari Jumat pertama di dalam bulan September ini. Mata kita tertuju pada Tuhan Yesus dengan hati-Nya Yang Mahakudus. Hati-Nya yang ditembus tombak dan mengalir darah dan air sebagai lambang sakramen-sakramen di dalam Gereja. Darah dan air yang senantiasa mengalir dan memberi harapan akan hidup baru di dalam diri-Nya. Darah dan air lambung Kristus adalah kasih Allah yang utuh bagi kita semua. Hiduplah dalam pengharapan kepada Tuhan. Hidup baru hanya di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.

P. John Laba, SDB