Homili 1 September 2022 – Hari Pembuka Bulan Kitab Suci Nasional 2022

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXII
1Kor. 3:18-23
Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6
Luk. 5:1-11

Tuhan adalah harapan hidup baru kita

Pada hari ini kita mengawali bulan September 2022. Bulan September dikenal sebagai Bulan Kitab Suci Nasional. Pada tahun 2022 ini, Lembaga Biblika Indonesia menawarkan sebuah tema yang menarik dan kontekstual yakni: ‘Allah sumber harapan hidup baru’ dengan ayat yang menjadi acuan utamanya diambil dari Kitab Amos: ‘Carilah Tuhan maka kamu akan hidup’ (Ams 5:6). Tuhan hadir dan menunjukkan kerahiman-Nya kepada setiap pribadi. Ia tidak membiarkan umat-Nya hidup dalam kegelapan, penderitaan dan kemalangan. Ia justru mengutus para nabi untuk memberi harapan dengan mencari-Nya tanpa henti untuk dapat hidup. Melalui para nabi, Tuhan mengeluarkan umat-Nya dari kegelapan kepada terang abadi. Gagasan ini kiranya membuka wawasan kita untuk memahami situasi hidup kita saat ini. Masa pasca pandemic merupakan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk mencari Tuhan supaya dapat memiliki hidup. Tuhan tetaplah menjadi sumber harapan hidup baru kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Pertama dalam bulan September ini dapat menginpsirasi kita untuk memulai bulan Kitab Suci Nasional ini dengan memandang Tuhan sebagai harapan hidup baru kita. Mari kita memandang Yesus di dalam Injil Lukas. Tuhan Yesus mulai tampil di hadapan umum dengan membuat tanda-tanda yang menakjubkan semua orang di sekitar pantai danau Galilea. Lukas melukiskan Yesus yang sejak pagi itu berdiri di pantai danau Galilea. Orang-orang saat itu sedang mencari Tuhan supaya mereka bisa hidup. Yesus benar-benar menjadi sumber hidup baru bagi mereka. Sebab itu mereka mau mendengar Sabda Allah yang tidak lain adalah Yesus sang Sabda yang menjadi manusia dan sedang berada di hadapan mereka. Dia sedang berbicara dengan mereka dan mereka mendengar Dia. Mereka yang mendengar Dia adalah orang miskin, sakit dan yang berharap pada kasih dan kebaikan Tuhan.

Tuhan Yesus menyadari bahwa Dia membutuhkan manusia sebagai mitra kerja-Nya untuk memberikan harapan akan hidup baru kepada manusia saat itu. Dia memanggil para murid perdana: Simon dan tentu Andreas saudaranya, juga Yakobus dan Yohanes untuk menjadi penjala manusia. Mereka adalah nelayan-nelayan tulen yang sudah berpengalaman. Dia mengingatkan mereka untuk tidak hanya berpegang pada pengalaman mereka sebagai nelayan saja. Itu belum cukup! Mereka butuh Tuhan sebagai sumber hidup supaya mendapatkan lebih banyak ikan. Mereka perlu ber-duc in altum atau bertolak ke tempat yang lebih dalam untuk mendapatkan lebih mengakar pada Allah sumber kehidupan. Hanya Dialah yang akan memberikan segalanya bagi hidup manusia.

Apa yang harus dimiliki oleh para murid perdana?

Para murid perdana dalam hal ini Simon dan teman-temannya itu ibarat pada nabi di dalam dunia Perjanjian Lama. Mereka perlu menjadi penjala manusia yang bisa menjadikan manusia itu hidup hanya dari Tuhan saja. Menjadi penjala manusia berate mereka tidak hanya mengenal Tuhan saja tetapi mereka sejahtera secara jasmani juga. Mereka tidak hanya menyapa Yesus sebagai Tuhan tetapi mereka juga harus sejahtera secara jasmani dengan mendapatkan kelimpahan ikan sebagai ikan untuk hidup mereka. Secara rohani para murid harus belajar untuk bertobat. Mereka tidak boleh mengandalkan diri, berdasar pengalaman semata dan mengabaikan Tuhan dalam hidup mereka. Selain pertobatan radikal, para murid juga harus berani meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus sumber hidup. Tuhan Yesus mengatakan di dalam Injil Yohanes: “Terlepas dari Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Dia benar-benar sumber hidup manusia.

Santo Paulus sangat menyadari Tuhan sebagai harapan untuk hidup baru. Dia tidak hanya berhenti pada semangat untuk mewartakan Injil. Ia tetap menjiwai semangat misionernya kepada jemaat seperti yang dilakukannya di Korintus. Bagi Paulus, orang yang memiliki harapan akan hidup baru adalah mereka yang menjadi bodoh supaya bisa berhikmat. Paulus mengingatkan supaya jemaat di Korintus jangan menipu diri tetapi tetap sadar diri bahwa hikmat dunia adalah kebodohan bagi Allah. Orang perlu bertobat supaya bisa rendah hati di hadapan Tuhan. Orang yang bermegah sebagai manusia hanya sia-sia saja. Mestinya mereka. bermegah di dalam Tuhan. Pada akhirnya Paulus mengatakan: “Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya. Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.”(1Kor 3:22-23).

Pada hari ini kita semua mendapat kekuatan dari Tuhan. Dia adalah sumber harapan untuk hidup baru kita. Hal konkret yang dapat kita lakukan: jangan hanya mengandalkan pengalamanmu saja, andalkankan Tuhan dalam hidupmu. Untuk dapat mengandalkan Tuhan maka perlu bertobat hari demi hari, perlu rendah hati untuk bermegah di dalam Tuhan sebab kita adalah milik Kristus.

P. John Laba, SDB