Homili 16 Maret 2023

Hari Kamis Pekan III Prapaskah
Yer. 7:23-28
Mzm. 95:1-2,6-7.8-9
Luk. 11:14-23

Belajarlah untuk mendengar

Tuhan Allah sungguh baik bagi kita. Ia menciptakan kita begitu sempurna adanya.  Organ tubuh kita sempurna. Misalnya, Ia menciptakan kita dua telinga dan satu mulut supaya kita lebih banyak mendengar dan sedikit berbicara. Namun banyak kali malah terjadi sebaliknya, kita memiliki dua mulut dan satu telinga. Artinya kita malah banyak berbicara dan susah untuk mendengar Tuhan dan sesama kita. Padahal orang yang mendengar dengan baik akan mampu mentaati dan semakin dia mentaati dia akan juga mampu untuk mengasihi. Nah, pikirkanlah di dalam hidup setiap hari, betapa banyak orang yang memiliki relasi yang buruk dengan sesama atau dengan pasangan hidupnya karena mereka tidak saling mendengar satu sama lain.

Masa prapaskah menjadi kesempatan bagi kita untuk membangun semangat pertobatan. Kita bertobat dengan berusaha untuk lebih banyak mendengar dan mematuhi serta mengasihi Tuhan dan sesama. Mari kita melihat pengalaman kenabian nabi Yeremia dalam bacaan pertama. Tuhan mengingatkan bangsa Israel melalui nabi Yeremia untuk mendengar -Nya. Tuhan berkata: “Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!” (Yer 7:23). Ini adalah perkataan Tuhan yang sungguh baik namun apa yang terjadi sebenarnya? Bangsa Israel justru tidak mendengar Tuhan. Mereka tegar tengkuk dan tegar hati. Sebab itu Tuhan berkata: “Mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, melainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya.” (Yer 7:24). Manusia menjadi sangat egois dan tidak sopan kepada Tuhan! Padahal Tuhan sendiri boleh mengirim para utusan-Nya seperti para hamba dan nabi untuk menyadarkan mereka namun bangsa Israel tetap tegar hati.

Mari kita melihat diri kita sendiri. Betapa susahnya ketika dalam hidup bersama kita masih tidak saling mendengar satu sama lain. Mungkin yang ada pada kita adalah perasaan curiga, prasangka yang merusak relasi antar pribadi. Orang-orang pada zaman Yesus saja tidak mendengar dan percaya kepada-Nya. Malah mereka menyangka bahwa Yesus melakukan semua tanda karena kuasa Beelzebul, si penghulu setan. Mungkin saja, anda dan saya saat ini juga tidak percaya pada Yesus dan menganggap-Nya demikian. Betapa rapuhnya hidup kita. Mari kita bertobat dan kembali kepada Tuhan.

P. John Laba, SDB