Homili 18 Maret 2023

Hari Sabtu, Pekan III Prapaskah
Hos. 6:1-6
Mzm. 51:3-4,18-19,20-21b
Luk. 18:9-14

Dibenarkan oleh belas kasih

Santa Faustina dalam Buku Hariannya mengatakan: “Karena ada tiga cara untuk melakukan tindakan belas kasihan: Pertama, perkataan yang penuh belas kasihan, dengan mengampuni dan menghibur; kedua, jika Anda tidak dapat mengucapkannya, maka berdoalah – itu juga merupakan belas kasihan; dan ketiga, perbuatan belas kasihan. Dan ketika Hari Kiamat tiba, kita akan dihakimi berdasarkan perbuatan belas kasih, dan atas dasar ini kita akan menerima ketetapan yang kekal.” (BHSF, 1158). Kata kunci dari sharing iman St. Faustina adalah belas kasih. Orang berdosa sekalipun akan dibenarkan oleh belas kasih Allah. Ada pengampunan berlimpah kepada orang yang tahu diri sebagai orang berdosa.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari menceritakan sebuah perumpamaan yang menampilkan dua sosok yang sama-sama pergi ke Bait Allah untuk berdoa, namun memiliki perbedaan dalam karakter. Orang pertama adalah seorang Farisi yang terkesan sombong. Ia menghitung semua kasih dan kebaikan yang sudah dilakukannya di hadirat Tuhan. Dia benar-benar orang Farisi yang sombong dan legalis. Perhatikan doanya ini: “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” (Luk 18:11-12). Orang kedua adalah seorang pemungut cukai yang tahu dirinya sebagai orang berdosa. Ia menundukkan kepala sambil memohon belas kasih dari Tuhan. Ia berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” (Luk 18:13). Dan Tuhan membenarkan orang ini dengan belas kasih-Nya. Tuhan kita adalah Allah yang Maharahim. Dia memperhatikan orang yang rendah hati, mengetahui dosa dan berani menyesalinya.

Membaca sosok orang Farisi dan pemungut cukai ini, Santo Dorotheus dari Gaza pernah memberi komentar yang sangat indah, “Orang Farisi yang melihat pemungut cukai itu mirip dengan roti gandum yang indah di luar, tetapi ketika dibelah ternyata di dalamnya berjamur. Mereka mengira bahwa mereka sudah damai, tetapi ada hasrat di dalam diri mereka yang tidak mereka ketahui atau tidak mereka anggap penting. satu kata dari orang lain ini menyingkapkan jamur di dalam hati mereka.” Saya sepakat dengan orang kudus ini. Di luarya begitu bagus, tetapi di dalamnya penuh dengan kotoran.

Mari kita memperhatikan hidup kita setiap hari. Banyak kali kita juga menghitung-hitung kebaikan kita di hadirat Tuhan. Kita mudah lupa bahwa Tuhan Allah kita Mahabaik dan kita hanya meneruskan kasih dan kebaikan Tuhan. Mungkin jauh lebih baik kalau kita sadar diri sebagai orang berdosa, dan membuka diri kepada Tuhan dengan penuh penyesalan. Dalam bacaan pertama kita mengingat Nabi Hosea ketika ia berkata: “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.” (Hos. 6:1). Ini adalah sebuah ajakan untuk ikut merasakan kasih, kebaikan dan pengampunan yang berlimpah dari Tuhan. Kita berusaha untuk mengenal Tuhan. Tuhan sendiri menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran (Hos 6:6).

Mengakhiri renungan ini saya mengutip Paus Fransiskus dalam homilinya pada tanggal 17 Maret 2013 mengatakan: “Belas kasihan Allah dapat membuat tanah yang paling kering sekalipun menjadi sebuah taman, dapat memulihkan kehidupan bagi tulang-tulang yang kering (Yeh. 37:1-14). … Marilah kita diperbaharui oleh belas kasih Allah, marilah kita dikasihi oleh Yesus, marilah kita mengizinkan kuasa kasih-Nya mengubah hidup kita juga; dan marilah kita menjadi agen-agen belas kasih ini, saluran-saluran yang melaluinya Allah dapat menyirami bumi, melindungi seluruh ciptaan dan membuat keadilan dan perdamaian berkembang.”

Masa Prapaskah sesungguhnya merupakan kesempatan bagi kita untuk mengalami kerahiman Allah di dalam diri Yesus Kristus. Mari kita bersyukur atas kasih dan kebaikan Tuhan kepada kita. Tugas kita adalah rendah hati, mengenal diri sebagai orang berdosa, menyesali dan bertobat. Tuhan membenarkan orang berdosa yang bertobat dan mengalami kerahiman Tuhan.

P. John Laba, SDB