Homili 25 Maret 2023 – Hari Raya Khabar Sukacita

HARI RAYA KABAR SUKACITA
Yes 7:10-14; 8:10
Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11
Ibr 10:4-10
Luk 1:26-38

Sukacita seorang hamba Tuhan

Santa Perawan Maria adalah sosok orang kudus yang sangat dikagumi para kudus lainnya di surga. Misalnya, Santa Theresia dari Kalkuta begitu mengagumi kekudusan Bunda Maria dengan berdoa: “Maria, berikanlah kepadaku Hatimu: begitu indah, begitu murni, begitu tak bernoda; Hatimu begitu penuh cinta dan kerendahan hati sehingga saya dapat menerima Yesus dalam Ekaristi dan mengasihi-Nya sebagaimana engkau mengasihi-Nya dan melayani-Nya dengan menyamar sebagai orang miskin.” Keluhuran dan kekudusan bunda Maria terpancar dalam kemurnian hatinya. Sungguh benar perkataan Yesus Puteranya: “Berbahagialah orang yang murni hatinya karena mereka akan melihat Allah.” (Mat 5:8).

Hari ini kita mengenang sebuah pengakuan Allah atas kemurnian hati Bunda Maria melalui peristiwa Khabar Sukacita. Tuhan mengutus malaikat Gabriel untuk menyampaikan warta sukacita kepada santa Perawan Maria di Nazaret. Khabar sukacita bahwa Maria penuh dengan rahmat Tuhan, dia sangat terpuji di antara semua wanita karena hatinya suci dan murni. Dia dipilih Allah untuk menjadi ibunda Yesus dan mengandung secara ajaib karena Roh Kudus turun atasnya dan Allah Yang Mahatinggi menaunginya. Yesus, Anak laki-laki yang lahir dari rahimnya “akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Luk 1:32-33). Maria sendiri saat itu masih bertunangan dengan Yusuf, seorang pemuda dari keturunan Daud. Ia tentu bingung dan ragu namun iman membuatnya patuh kepada perkataan dan kehendak Tuhan sehingga dia mengakui dirinya sebagai ‘hamba Tuhan’.

Pikiran kita saat ini tertuju pada Yesus Putera Maria. Peristiwa Inkarnasi, Sabda menjadi daging dan tinggal di antara manusia (Yoh 1:14) sungguh nyata. Iman kita kepada Yesus Kristus sebagai sungguh Allah dan sungguh manusia menjadi nyata. Allah begitu mencintai manusia maka Ia rela menjadi manusia, bertumbuh di dalam rahim santa perawan Maria dan lahir dalam diri Yesus. Dialah keselamatan kita.

Dari Maria kita belajar tentang sukacita seorang hamba Tuhan karena dia memberikan dirinya secara total kepada-Nya. Dari Maria kita belajar untuk hidup taat, miskin dan murni. Cintanya kepada Tuhan sungguh murni, dengan hati yang tidak terbagi. Dari Maria kita belajar tentang kesetiaan dalam untung dan malang dengan tetap bersatu dengan Tuhan Bapa di surga dalam diri Yesus Puteranya. Terinsipirasi oleh Santo Fransiskus dari Sales: “Marilah kita datang kepada Maria, dan laksana anak-anaknya yang kecil, masuklah ke dalam pelukannya dengan penuh keyakinan.” Sungguh nyaman bersama Maria, ibu Yesus, ibu Gereja, ibu kita semua.

P. John Laba, SDB