Homili 15 September 2023 – Santa Perawan Maria berdukacita

Peringatan Wajib Santa Perwan Maria Berdukacita
Ibr. 5: 7-9
Mzm 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16, 20
Yoh. 19:25-27 atau Luk. 2:33-35

Sejarah Singkat:
• Waktu: Perayaan Bunda Maria berdukacita dimulai di Jerman, kemudian disebarluaskan oleh Paus Benediktus ke-XIII pada tahun 1721, dengan memasukkannya ke dalam penanggalan liturgi Romawi. Pada saat ini kita memperingatinya setiap tanggal 15 September sesuai arahan Paus Pius ke-X, sehari setelah Gereja merayakan Pesta penemuan Salib Suci.
• Nomenclature: Bunda Maria disebut Bunda Berdukacita karena sepanjang perjalanan hidupnya bersama Yesus, Puteranya dalam karya agung penyelamatan umat manusia, Maria mengalami banyak penderitaan dan dukacita. Ia menyertai Yesus hingga akhir hayat-Nya. Oleh karena itu Gereja menamai Maria, Bunda Berdukacita (Mater Dolorosa).
• Tujuh Duka Bunda Maria: (1)Dukacita Pertama: Nubuat Nabi Simeon; (2) Dukacita Kedua: Melarikan Yesus ke Mesir; (3) Dukacita Ketiga: Hilangnya Yesus di Bait Allah; (4) Dukacita Keempat: Perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus saat Ia Menjalani Hukuman Mati; (5) Dukacita Kelima: Yesus Wafat; (6) Dukacita Keenam: Lambung Yesus Ditikam dan Jenazah-Nya Diturunkan dari Salib; (7) Dukacita Ketujuh: Yesus Dimakamkan
• Kesanggupan Maria: Maria sanggup karena iman dan cintanya kepada Tuhan dan sesama.
• Dampaknya bagi kita: Kita mempersatukan segala penderitaan kita dengan penderitaan Kristus, serta menghadapinya dengan tabah, penuh kasih dan iman.

Bacaan Pertama: Ibr. 5: 7-9
• Perikop kita merupakan kelanjutan dari Ibrani 4: 14-16 yang membahas tentang iman dan kepercayaan kita kepada Yesus Kristus sebagai Imam besar. Yesus adalah Imam Besar Agung yang melintasi semua langit. Yesus adalah Imam Besar yang turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Ia juga dicobai hanya Ia tidak berbuat dosa. Sebab itu kita perlu mendekatkan diri kepada-Nya.
• Ada perbedaan mendasar Imam besar yang dipilih di antara manusia dan Yesus sebagai Imam Besar. Para imam besar yang dipilih di antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan dengan Allah dan tugas mereka adalah mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa. Ia harus mengerti orang-orang yang jahil, sesat dan dirinya masih penuh dengan kelemahan. Tuhan Yesus adalah Imam Besar Agung, tidak memuliakan diri-Nya sendiri sebagai Imam Besar tetapi dimuliakan oleh Bapa sendiri. Bapa yang berkata: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini” (Ibr 5:5). “Engkau adalah Imam seperti Melkisedek” (Ibr 5:6).
• Yesus sebagai Imam Besar Agung: Yesus hidup sebagai manusia dan mengalami penderitaan seperti manusia yang lain. Ia mempersembahkan doa dan permohonan, dengan ratap dan tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut. Bapa mendengarkan-Nya. Teks Suci: “Bapa, jika Engkau mau, hapuskanlah cawan ini dari pada-Ku; tetapi janganlah seperti Aku kehendaki, melainkan seperti Engkau kehendaki” (Matius 26:39). “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” (Luk 22:44). “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” (Roma 8:11).
• Tuhan Yesus taat kepada Bapa di surga. Dia adalah Anak Allah yang taat kepada Bapa di Surga. Ketaatan-Nya sebagai Anak menjadikan Dia sebagai pokok keselamatan.

Pesan Penting Bacaan pertama:
• Penderitaan Kristus sebagai Imam Besar Agung menjadi bagian dalam penderitaan Maria ibunya. Maria hadir dalam semua peristiwa hidup Yesus sebagaimana digambarkan dalam tujuh dukacita Bunda Maria.
• Dukacita Bunda Maria adalah pengalaman Gereja sepanjang zaman. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Nat 5:11-12).

Bacaan Injil: Yoh. 19:25-27 atau Luk. 2:33-35
• Para penginjil bersaksi tentang penderitaan Kristus di Salib dan kehadiran serta penyertaan ibunda-Nya.
• Penginjil Yohanes: Bunda Maria berada di bawah kaki Salib bersama Maria Magdalena dan Yohanes. Tuhan Yesus dari salib menyerahkan Yohanes sebagai wakil Gereja kepada Ibunya, dan Ia juga menyerahkan Maria kepada Yohanes.
• Maria menjadi ibu Gereja sepanjang zaman. Ini terungkap dalam doa: “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati, Amen.
• Penginjil Lukas: Peran Maria dan Yusuf dalam masa bayi Yesus yakni mempersembahkan-Nya kepada Bapa di dalam Bait Allah. Ini tugas orang tua Yesus.
• Nubuat Simeon: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Maria menyimpan segala perkara di dalam hatinya.

Benang merah perayaan dan kedua bacaan ini:
• Bunda Maria berdukacita atau Maria Adolorata tidak terpisah dengan penderitaan Kristus sendiri.
• Maria hadir dalam setiap peristiwa hidup Yesus dari awal hingga akhir hidup Yesus, dan Ia juga tetap hadir di dalam gereja sepanjang zaman.
• Dari Maria kita belajar untuk menjadi pengikut Yesus yang sejati dengan: “Menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus”
• Tindakan konkret kita adalah memperhatikan saudara-saudara kita: Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel (KLMTD).

P. John Laba, SDB