Homili 4 Oktober 2023 – Injil untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXVI/A
PW. St. Fransiskus dr Assisi
Neh. 2:1-8
Mzm. 137:1-2,3,4-5
Luk. 9:57-62

Lectio:

“Sekali peristiwa, ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan, datanglah seorang di tengah jalan berkata kepada Yesus: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus menjawab: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Lalu kepada orang lain Ia berkata: “Ikutlah Aku!” Berkatalah orang itu: “Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.” Tetapi Yesus menjawab: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” Dan seorang lain lagi berkata: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” Demikianlah Sabda Tuhan. Terpujilah Kristus.

Renungan:

Memurnikan panggilan hidup kita

Pada hari ini kita mengenang Santo Fransiskus dari Asisi. Kita mengucapkan selamat kepada para Saudara dan Saudari Dina di mana saja mereka berada, yang dengan caranya sendiri sedang mewujudkan panggilan mereka untuk melayani Gereja. Kita juga mendoakan keluarga besar Fransiskan yang memiliki andil yang besar untuk melayani Gereja. Dan tentu bagi saudari dan saudara yang merayakan pesta nama Fransiskus dan Fransiska. Selamat bagi kalian semua. Santo Fransiskus dari Asisi mendoakan kita semua.

Apa yang menarik perhatian kita dari Santo Fransiskus? Bagi saya secara pribadi, ada satu momen dalam hidupnya yang benar-benar mengubah hidupnya. Dia pernah berdoa di depan salib untuk memahami kehendak Allah dalam hidupnya. Inilah doanya yang bermakna: “Allah yang mahatinggi dan mahamulia, Terangilah kegelapan hatiku, dan berikanlah kepadaku iman yang sejati, pengharapan yang pasti, dan amal yang sempurna, akal budi dan pengetahuan, Tuhan, agar aku dapat melaksanakan perintah-Mu yang kudus dan benar. Amin.” Dari doa sederhana ini kita melihat betapa Santo Fransiskus dari Asisi menyadari dirinya sebagai manusia yang memiliki kelemahan (kegelapan hati) namun mengandalkan tiga kebajikan ilahi yaitu iman, harapan dan kasih ditopang oleh akal budi dan pengetahuan untuk melakukan kehendak Allah. Dia benar-benar menunjukkan kepasrahan kepada Allah. Ini wujud nyata panggilannya di hadirat Tuhan. Satu aspek lain yang penting dari doanya di depan salib adalah keserhanaan di hadapan Tuhan. Santo Fransiskus pernah berdoa begini: “Tuhan, berilah aku harta karun berupa kemiskinan yang luhur, izinkanlah tanda khas ordo kami adalah tidak memiliki apa pun di bawah matahari, demi kemuliaan nama-Mu, dan bahwa ia tidak memiliki warisan lain selain meminta-minta.”

Kisah kehidupan Santo Fransiskus dari Asisi sangat menginspirasi kita untuk mengerti perikop Injil pada hari ini. Sebelumnya kita membaca: “Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem” (Luk 9:51). Tentu saja Tuhan Yesus akan meninggalkan daerah Galilea menuju Yerusalem dan tidak akan kembali lagi ke Galilea. Dia akan kembali pada kisah-kisah kebangkitan-Nya dari kematian.

Perikop kita hari ini menampilkan kisah-kisah panggilan pribadi-pribadi untuk mengikuti Yesus yang saat itu Ia bersama para murid-Nya sedang dalam perjalanan:

Orang pertama, tidak memiliki nama datang dan berkata: “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” (Luk 9: 57). Tuhan Tuhan Yesus memandangnya dan mengetahui titik kelemahannya yaitu betapa susahnya menjadi pribadi yang hidup sederhana atau hidup miskin. Pribadi ini harus merefleksikan baik-baik pilihannya untuk mengikuti Yesus. Kalau saja dia bisa hidup sederhana serupa dengan Yesus maka layaklah dia untuk mengikuti Yesus. Kalau dia mencari pola hidup gampang maka akan sulitlah baginya untuk mengikuti jejak Kristus. Itu sebabnya Yesus berkata: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (Luk 9:58).

Orang kedua diajak Yesus untuk mengikuti-Nya dari dekat: “Ikutlah Aku” (Luk 9:59). Ini adalah panggilan awal dari pihak Yesus kepada orang tanpa nama ini. Namun orang ini memiliki hati yang terikat dengan kepemilikannya di dunia yakni keluarga. Maka ia berkata dengan jujur seraya meminta ijin kepada Yesus untuk menguburkan ayahnya. Ini adalah tugas dan bakti istimewa seorang anak kepada orang tuanya. Ini tanda dia menghormati orang tuanya sebagaimana dikatakan dalam sepuluh perintah Allah. Namun Tuhan Yesus menghendaki supaya dia dapat memiliki skala prioritas. Dan skala prioritas yang penting bagi Yesua adalah memberitakan Kerajaan Allah kemana-mana (Luk 9:60).

Orang ketiga datang kepada Yesus dan berjanji: “Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.” (Luk 9:61). Orang ini mirip dengan panggilan Elisa di hadapan Elia (1Raj 19: 19dst). Kepadanya Tuhan Yesus mengingatkan betapa pentingnya mewartakan Kerajaan Allah. Sebab itu Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:62). Kesiapan diri untuk mengikuti Yesus dengan tulus itu penting dan harus.

Perikop Injil hari ini sebenarnya berbicara tentang hidup kita sebagai pengikut Kristus dan bagaimana motivasi kita yang murni untuk mengikuti-Nya dari dekat. Ketiga sosok yang digambarkan di atas mewakili kita semua. Namun hal yang paling penting adalah kita semua disadarkan untuk memahami panggilan kita di hadirat Tuhan untuk mewartakan Kerajaan-Nya. Kuncinya adalah kesederhanaan dalam hidup sebagaimana dihayati oleh St. Fransiskus dari Asisi. Orang kudus ini menginspirasi kita untuk berani melepaskan segalanya dan mengikuti Tuhan sampai tuntas.

Doa: Tuhan, kami berterima kasih karena Engkau memberikan kami Santo Fransiskus dari Asisi. Semoga teladan kekudusannya membantu kami untuk bertumbuh dan memiliki motivasi yang murni untuk mewujudkan panggilan kami. Amen. Santo Fransiskus dari Asisi, doakanlah kami.

P. John Laba, SDB