Homili 11 November 2023 – St. Martinus de Tours

Peringatan Wajib St. Martinus dr Tours
Rm. 16:3-9,16,22-27
Mzm. 145:2-3,4-5,10-11
Luk. 16:9-15

Mengasah kesetiaan kita

Ada satu pertanyaan bagi kita semua setiap saat adalah apakah kita adalah pribadi yang setia? Kata setia menunjuk pada sebuah sifat manusia di mana ia sebagai pribadi berpegang teguh pada janji dan prinsip hidup yang telah dibuatnya. Orang setia selalu menunjukkan karakter ini berkomitmen, berteguh hati dan berpegang teguh. Kesetiaan merupakan sikap yang mulia, perwujudan dari pribadi hebat dan bisa dipercaya. Kesetiaan juga merupakan sikap seseorang yang setia, tetap, dan memiliki komitmen terhadap perasaan, ide, atau kewajiban yang dia miliki. Istilah kesetiaan dapat juga dikaitkan dalam konteks yang berbeda seperti kerja, persahabatan, hubungan cinta, dan lain sebagainya. Kesetiaan itu mahal, penting dan harus kita miliki sepanjang hidup ini.

Pada hari ini kita mengenang sosok seorang yang setia. Dialah santo Martinus dari Tours. Beliau dilahirkan di Sabaria, Hungaria pada tahun 315. Ayahnya dikenal sebagai seorang perwira Romawi dan belum beragama Kristen. Martinus sendiri merasakan adanya sebuah panggilan yang kuat dari lubuk hatinya untuk menjadi pengikut Kristus. Dikisahkan bahwa pada suatu hari ketika usianya sepuluh tahun, Martinus diam-diam pergi dari rumahnya dan mengetuk pintu sebuah gereja Katolik. Dia belajar iman Katolik secara sembunyi-sembunyi supaya dia bisa dibaptis. Ketika berusia 15 tahun, Martinus dipaksa masuk angkatan bersenjata Romawi.

Selanjutnya pada suatu malam di musim dingin, Martinus berjumpa dengan seorang pengemis berpakaian compang-camping yang menggigil kedinginan. Martinus menghentikan kudanya dan melepaskan mantol wol-nya yang indah. Dengan pedangnya dia menyobek mantolnya itu menjadi dua bagian dan kemudian memberikan yang sebagian kepada si pengemis yang segera menerimanya dengan gembira. Pada malam itu juga Martinus bermimpi. Dalam mimpinya Yesus mengenakan belahan mantol yang dia berikan kepada si pengemis! Yesus berkata kepada para malaikat dan para kudus yang mengelilinginya kata-Nya, “Lihatlah mantol yang diberikan Martinus kepada-Ku, padahal dia masih seorang katekumen (= pengikut pelajaran agama) dan belum dibaptis!” Ketika Martinus bangun, dia segera mohon dibaptis. Martinus mengundurkan diri dari dinas ketentaraan, sebab katanya, “Aku ini laskar Kristus, karena itu tidak patut aku berperang.” St. Martinus kemudian menjadi seorang imam dan uskup yang hebat. Dia senantiasa membagikan cinta kasihnya yang besar kepada siapa saja. Ketika St. Martinus wafat di Tours, Perancis, pada tahun 397, dia dimakamkan di Pemakaman Kaum Miskin. Pestanya dirayakan setiap tanggal 11 November.

Apa yang menarik perhatian dari sosok orang kudus ini? Ada tiga perkataan Santo Martinus de Tours yang bisa memotivasi kita untuk bertumbuh sebagai pribadi yang setia. Pertama, Santo Martin berkata: “Tuhan, jika umat-Mu membutuhkan aku, aku tidak akan menolak pekerjaan itu. Jadilah kehendak-Mu.” Perkataan ini menunjukkan kesiapan diri, kemurahan hati dari beliau untuk membaktikan diri bagi Tuhan di dalam Gereja. Kedua, Santo Martinus berkata: “Sampai sekarang saya telah melayani Engkau sebagai seorang prajurit; izinkanlah saya sekarang menjadi seorang prajurit bagi Tuhan. Biarlah orang yang akan melayani Engkau menerima persembahanmu. Saya adalah seorang prajurit Kristus; tidak diperbolehkan bagi saya untuk berperang.” Di sini kita melihat sebuah transformasi yang luar biasa. Martinus berubah dari dirinya sebagai seorang prajurit bagi negara menjadi seorang prajurit bagi Kristus. Ketiga. Santo Martinus berkata: “Menolak untuk melayani lebih lanjut sebagai prajurit Romawi: Saya adalah seorang prajurit Kristus: pertempuran tidak diizinkan bagi saya.” Perkataan ini juga menunjukkan transformasi diri Martinus menjadi sosok yang setia dan baik hati kepada sesama di dalam Gereja.

Pada hari ini Tuhan juga menyapa kita untuk menjadi pribadi yang setia melalui Santo Paulus dan Tuhan Yesus. Santo Paulus dalam bacaan pertama mengucapkan apresiasi, rasa syukur dan salam kepada semua orang yang pernah terlibat bersamanya dalam penginjilan. Mereka adalah jemaat yang dilayaninya dengan setia, dan para kolaboratornya seperti Priskila, Akwila, Epenetus, Maria, Andronikus, Yunias, Ampliatus, Urbanus, Stakhis, Tertius dan Gayus. Ia menyebut nama mereka dan memberi mereka ciuman kudus. Mereka adalah saudara yang mengasihi dan dikasihi. Paulus tidak lupa akan kasih dan kebaikan orang kepadanya. Ia mensyukuri dan mendoakan.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil melanjutkan pengajaran kepada para murid-Nya dengan meminta mereka untuk menjadi pribadi yang setia mulai dari hal-hal yang kecil. Ia berkata: “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Luk 16:10). Tantangan kesetiaan kepada Tuhan adalah Mamon. Kata Mamon, berasal dari kata Bahasa Aram yaitu “mamona”, yang secara umum berarti kekayaan atau keuntungan, dan dalam pemakaiannya mengacu kepada harta atau uang. Selama Abad Pertengahan, Mammon umumnya dipersonifikasikan sebagai iblis dan roh keserakahan, kekayaan, dan ketidakadilan.

Pada hari ini kita semua dipanggil untuk mengasah kesetiaan sehingga dapat menjadi pribadi yang setia. Kita mengasah kesetiaan dengan berani melepaskan Mamon yang dapat menghalangi kita untuk menjadi pribadi yang setia. Pikirkan kembali, Santo Martinus melepaskan Mamon yaitu pangkatnya sebagai prajurit dan menjadi prajurit Kristus. Ini bukanlah hal yang mudah. Namun semakin kita melepaskan Mamon, semakin kita menjadi pribadi yang setia dan merdeka sebab sangatlah tepat warning dari Tuhan Yesus: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat 6:21). Santo Martinus dari Tours, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB