Homili 17 Februari 2024

17 Februari 2024 – Hari Sabtu setelah Rabu Abu
Yes. 58:9b-14
Mzm. 86:1-2,3-4,5-6
Luk. 5:27-32

Keindahan sebuah pertobatan

Pertobatan itu indah ketika kita dengan sadar meninggalkan hidup yang lama dan menyambut hidup yang baru. Ketika meninggalkan hidup yang lama memang bukanlah hal yang mudah karena kita sudah merasa nikmat berada di zona nyaman. Namun demikian, ketika kita bisa meninggalkan hidup lama itu, kita akan menjadi manusia baru, pribadi yang bebas untuk membaktikan diri bagi Tuhan dan sesama. Masa Prapaskah haruslah menjadi masa penting untuk mengatakan ‘selamat tinggal hidupku yang lama’ dan ‘selamat datang hidupku yang baru’.

Pada hari ini kita bertemu dengan sosok Lewi sang pemungut cukai. Tuhan Yesus menjumpainya saat ia sedang bekerja sebagai pemungut cukai. Tuhan Yesus memanggilnya dengan berkata: “Ikutlah Aku” dan ia ‘berdirilah, meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia’ (Luk 5: 28). Lewi meninggalkan hidup lama dan memulai hidup baru dengan rasa syukur. Ia menjamu Yesus bersama rekan-rekan pemungut cukai lain dan orang-orang yang lain. Mereka semua duduk dan makan bersama dalam suasana penuh kekeluargaan. Salah satu tujuannya adalah Lewi mau mengatakan kepada rekan-rekan pemungut cukai untuk meninggalkan hidup lama dan bahagia dalam hidup baru bersama Kristus. Proses transformasi ini tidak dipandang positif oleh kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat yang tetap melihat Lewi dan rekan-rekannya sebagai pemungut cukai bukan sebagai ciptaan baru di dalam Kristus. Ini benar-benar menjadi warna pertobatan.

Warna pertobatan juga ada dalam pikiran nabi Yesaya yakni orang yang bertobat adalah mereka yang berubah dengan tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, orang-orang lapar diperhatikan dan memuaskan hati orang yang tertindas. Pertobatan berarti kita berusaha untuk selalu berbuat baik kepada sesama kita. Buah pertobatan menurut nabi Yesaya adalah: “Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.” (Yes 58:11). Mari kita mengisi retret agung ini dengan semangat untuk bertobat.

Doa: Tuhan, bantulah aku untuk membangun semangat pertobatan yang radikal dalam hidupku selama masa Prapaskah ini. Amen.

P. John Laba, SDB