Homili 8 Maret 2024

Hari Jumat, Pekan Prapaskah ke-IIIB
Yohanes a Deo
Hos. 14:2-10
Mzm. 81:6c-8a,8bc-9,10-11ab,14.17
Mrk. 12:28b-34

Kasih adalah segalanya

Saya menemukan sebuah pembatas buku yang bagus, dan menemukan tulisan yang mengesankan saya: “Love is: giving everything, taking nothing” (Cinta adalah: memberikan segalanya, tanpa perlu mengambil suatu apa pun). Banyak orang berkata tentang cinta namun mereka tidak memberikan segalanya, mereka hanya mau mengambil atau menerima saja. Cinta semacam ini adalah cinta palsu. Coba anda memikirkan di dalam hidup keseharianmu. Apakah anda sudah memberi segalanya tanpa mengharapkan balasannya? Apakah anda hanya mengharapkan balasan tanpa memberi suatu apapun? Santo Paulus mengatakan bahwa Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. (Kor 13:4-5).

Pada hari ini kita mengenang santo Yohanes a Deo . Ia pernah berkata: “Jika kita berharap untuk menerima belas kasihan Tuhan, kita tidak akan pernah gagal untuk berbuat baik, selama kita memiliki kekuatan. Karena jika kita berbagi dengan orang miskin, karena kasih kita kepada Allah, apa pun yang Dia berikan kepada kita, kita akan menerimanya sesuai dengan janji-Nya, seratus kali lipat dalam kebahagiaan abadi. Sungguh suatu keuntungan yang besar, suatu pahala yang diberkati! Dengan tangan terulur Dia memohon kepada kita untuk berbalik kepada-Nya, untuk menangisi dosa-dosa kita dan menjadi hamba-hamba kasih, pertama bagi diri kita sendiri, kemudian bagi sesama kita. Sama seperti air memadamkan api, demikian pula kasih menghapus dosa.” Sebuah perkataan dengan makna yang sangat mendalam. Kita semua orang berdosa dan Tuhan menghendaki supaya kita bertobat sebagaimana diwartakan juga oleh para nabi seperti nabi Hosea.

Orang-orang Yahudi dari Kerajaan Utara memiliki kebiasan berbuat dosa, dan dosa yang paling utama adalah mereka menyembah berhala di gunung Garizim dan gunung Ebal. Di atas puncak kedua gunung ini, orang-orang Samaria menyembah berhala. Sebab itu Tuhan mengundang Hosea untuk menyerukan pertobatan kepada mereka semua. Tuhan berfirman: “Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada Tuhan! katakanlah kepada-Nya: “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.” (Hos 14:3). Masa Prapaskah haruslah menjadi kesempatan bagi kita untuk melakukan pertobatan radikal, dengan mengoyakan hati kita supaya semakin selaras dengan kehendak Tuhan sendiri.

Tuhan sendiri menunjukkan diri-Nya sebagai Bapa yang penuh kerahiman. Ia tidak menghitung dosa-dosa kita. Ia malah menunjukkan pengampunan-Nya yang berlimpah dengan memulihkan umat-Nya dari penyelewengan, mengasihi dengan sukarela karena murka Tuhan sudah surut. Tuhan sendiri bahkan menyebut diri-Nya laksana embun pagi bagi bangsa Israel, akan berbunga seperti bunga bakung dan menjulurkan akar-akarnya seperti pohon tawar. Tuhan akan memperhatikan umat-Nya yang bertobat dan kembali kepada-Nya.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil dicobai oleh seorang ahli Taurat dengan pertanyaan tentang perintah yang paling utama. Tuhan Yesus tidak menggunakan teori yang lain, tetapi mengutip teks suci yang mereka sudah tahu di dalam Kitab Perjanjian Lama. Tuhan Yesus menjawab: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Mrk 12:29-30). Kutipan ini berasal dari Kitab Ulangan (Ul 6:4-5). Tuhan Yesus menambahkan: “Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Im 19:18). Sang Ahli Taurat tanpa nama ini mengakui Yesus dan mempertegas apa yang sudah disampaikan Tuhan Yesus kepadanya tentang perintah kasih. Tuhan Yesus membalasnya dengan mangatakan bahwa ia tidak jauh dari Kerajaan Allah.

Saya mengakhiri homili ini dengan menguti perkataan St. Gianna Molla: “Cinta adalah perasaan yang paling indah yang Tuhan letakan di dalam hati pria dan wanita.” Semoga anda ikut merasakan keindahan itu di dalam hatimu. Kasih adalah segalanya.

P. John Laba, SDB