Homili 10 April 2024

Hari Biasa Pekan II Paskah
Kis 5:17-26
Mzm 34:2-3,4-5,6-7,8-9
Yoh 3:16-21

Begitu besar kasih Allah

Adalah Paus Fransiskus. Ia pernah berkata: “Bagi kami orang Kristen, kasih kepada sesama muncul dari kasih kepada Allah; dan ini adalah ekspresi yang paling jelas. Di sini, seseorang berusaha untuk mengasihi sesamanya, tetapi juga membiarkan dirinya dikasihi oleh sesamanya. Kedua sikap ini berjalan bersama, yang satu tidak dapat dilakukan tanpa yang lain. Sesungguhnya kita mengasihi Allah di dalam saudara-saudara kita dan mengasihi saudara-saudara kita di dalam Allah.” Perkataan Paus Fransiskus ini membuat kita merenung lebih dalam lagi tentang kasih Allah kepada manusia dan kasih manusia kepada Allah.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Yesus bersama Nikodemus. Tuhan Yesus mula-mula berbicara kepada Nikodemus tentang kasih Allah kepada dunia dengan mengorbankan Anak-Nya yang Tunggal yaitu diri-Nya sendiri. Perhatikan kutipan ini: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. (Yoh 3:16). Tuhan mengasihi dunia tanpa memilih-milih siapa yang hendak dikasihi-Nya. Dia mengasihi semua orang dan menghendaki keselamatan bagi semua orang pula. Hal yang penting bagi Tuhan adalah menyelamatkan manusia bukan untuk menghakimi manusia, lebih lagi ketika mereka begitu percaya kepada-Nya. Di sinilah kasih kepada sesama sama seperti sesama mengasihi kita, demikian juga kasih kepada Allah yang lebih dahulu mengasihi kita.

Kasih kepada Tuhan, demikian juga kasih Tuhan kepada manusia sunggu-sungguh ada dan nyata. Petrus dan Yohanes adalah dua sosok rasul Yesus yang mengalami sekaligus menunjukkan kasih kepada Tuhan karena Dia lebih dahulu mengasihi mereka. Mereka berdua tidak gentar untuk bersaksi tentang cinta dalam segala situasinya. Mereka siap dianiaya, dihadapkan di dalam pengadilan bahkan dipenjara sekalipun. Dalam situasi seperti ini, hanya ada kasih yang tiada batasnya kepada Tuhan, dan kasih tiada batasnya dari Tuhan kepada mereka. Para murid yang terpenjara tetap berani karena kasih. Tuhan Yesus sendiri bersabda: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:10).

Apa yang harus kita lakukan?

Tidak seorang pun yang akan merasa hanya bersantai ketika melakukan perjalalan misioner tertentu ke seluruh dunia. Pikirkan jalan yang rusak, kendaraan yang ditumpangi seadanya, gelombang laut yang tunggi, sungai yang dalam dan jurang yang terjal serta menakutkan. Ini aedalah pengamanan pribadi kita semua. Apakah anda sendiri pernah mundur? Tidak! Semuanya karena kasih kepada Tuhan dan sesama. Itulah sukacita kita saat ini. Itulah kasih kita kepada Gereja Kristus sampai tuntas. Mohonlah kekuatan untuk tetap mencintai Gereja Tuhan, terutama di tempat-tempat yang sulit.

P. John Laba, SDB