Merenung santo Agustinus: Apakah hati anda juga gelisah?

Apakah anda pernah merasa gelisah dalam hatimu?

Pada hari ini kita mengenang Santo Agustinus, seorang Pujangga Gereja dan salah satu penulis teologi terpenting pada abad ke-4 dan ke-5. Banyak dari kita yang pernah mempelajari Agustinus atau setidaknya mendengar beberapa kutipannya yang terkenal. Berikut ini salah satu kutipan yang sangat terkenal: “Hati kami gelisah hingga hati kami bersandar pada-Mu.” Kata-kata ini diambil dari salah satu tulisan Agustinus yang paling terkenal yakni ‘Pengakuan Iman’ di mana Agustinus membahas perjalanan panjangnya menuju Kristus dan pertobatannya menjadi seorang Kristiani.

“Hati kami gelisah hingga hati kami tenang di dalam Engkau.”

Ini adalah ungkapan dalam kata-kata yang kuat. Kata-kata ini mengarahkan kita kepada Kristus dengan cara yang sederhana yang berbicara kepada semua orang, karena setiap orang memiliki hati yang gelisah. Paus Fransiskus mengatakan bahwa Agustinus berbicara tentang tiga jenis kegelisahan: “kegelisahan dalam pencarian rohani, kegelisahan dalam perjumpaan dengan Tuhan, dan kegelisahan akan cinta.” Kegelisahan ini, entah kita sadari atau tidak, adalah sebuah keinginan untuk mengenal Allah dan memiliki hubungan yang lebih dalam dengan-Nya. Semua ini tidak mudah, tetapi Tuhan selalu ada untuk kita. Dia menunggu dengan tangan terbuka, sama seperti Dia menunggu Agustinus dalam pertobatannya menjadi seorang Kristiani, sehingga kita dapat beristirahat di dalam Dia.

Tentu saja, pertanyaan yang lumrah untuk ditanyakan adalah bagaimana kita dapat beristirahat di dalam Tuhan. Agustinus memberikan jawaban yang jelas dalam Pengakuan Imannya. Ia berkata:

“Tidak seorang pun tahu dari apa dia sendiri diciptakan, kecuali rohnya sendiri di dalam dirinya, namun masih ada bagian dari dirinya yang tetap tersembunyi bahkan dari rohnya sendiri; tetapi Engkau, Tuhan, mengetahui segala sesuatu tentang manusia karena Engkau telah menciptakannya… Maka, izinkanlah aku mengakui apa yang kuketahui tentang diriku sendiri, dan juga mengakui apa yang tidak kuketahui, karena apa yang kuketahui tentang diriku sendiri, kuketahui hanya karena Engkau telah memberikan terang kepadaku, dan apa yang tidak kuketahui, akan tetap tidak kuketahui hingga kegelapanku menjadi terang benderang di hadapan-Mu.”

Agustinus memberi kita sebuah model iman yang penting untuk diikuti, salah satu refleksi pribadi yang mendalam, yang mengajarkan kita bagaimana merenung dan mengapa kita harus merenung. Mengapa? Karena dalam refleksi, kita menemukan Tuhan, dalam refleksi, kita menemukan ketenangan.

Tetapi Agustinus sangat jelas berpikir tentang bagaimana refleksi bekerja. Dia berkata, “Apa yang saya ketahui tentang diri saya, saya tahu hanya karena Engkau memberikan cahaya kepada saya.” Refleksi tidak bisa dilakukan sendiri; kita harus merefleksikan diri bersama dengan Tuhan. Itu adalah sebuah doa.

Kita semua telah diberitahu berkali-kali bahwa doa adalah aspek integral dari kehidupan kita sehari-hari, tetapi doa tidak harus dirumuskan, tidak selalu harus diucapkan dari belakang layar. Doa-doa seperti ini memang luar biasa dan sangat membantu dalam mengarahkan hidup kita, namun beberapa doa yang paling indah adalah ketika kita merenung bersama Tuhan, ketika kita membuka diri kita kepada-Nya dan berbicara kepada-Nya dan mendengarkan-Nya di dalam hati. Siapa yang lebih baik untuk menunjukkan kepada kita pentingnya refleksi daripada Bunda kita? Penginjil Lukas dalam Injil mengatakan kepada kita, “Dan Maria menyimpan semuanya itu dan merenungkannya dalam hatinya.” (Luk 2:19) Maria, Bunda Allah, yang dilahirkan tanpa noda dosa, yang melalui tubuhnya membawa Yesus ke dunia ini, masih menyempatkan diri untuk merenung bersama Tuhan.

Agustinus dan Maria adalah contoh yang kuat bagi kita. Mereka adalah orang-orang kudus, tetapi mereka juga manusia. Mereka menghadapi pergumulan dalam hidup dan iman mereka. Hati mereka gelisah dalam perjalanan mereka menuju Tuhan. Tetapi melalui teladan mereka, melalui kehidupan mereka, melalui refleksi pribadi dengan Tuhan, mereka menunjukkan kepada kita bagaimana menemukan kelegaan di dalam Dia.

PJ-SDB