Pesta St. Fransiskus Xaverius
1Kor 9:16-19.22-23
Mzm 117: 1,2
Mrk 16:15-20
Mewartakan Injil itu Keharusanku
Hidup sebagai misionaris pernah saya merasakan dan mengalaminya sendiri. Ketika baru ditahbiskan sebagai imam, saya mendapat penugasan untuk melayani di Fuiloro, Lospalos, distrik paling Timur dari Timor Oriental. Di komunitas Salesian Don Bosco Fulioro saya melayani di sekolah dan setiap hari Minggu melayani sakramen Ekaristi di stasi-stasi misioner yang berada di sekitar komunitas. Setiap pastor biasanya merayakan dua sampai empat misa pada hari Minggu saat itu. Sesuai kebiasaan setempat, pastor mulai mendengar pengakuan dosa mingguan sambil menunggu umat latihan koor, anak-anak remaja ber-oratori dan katekese. Semua kegiatan diakhiri dengan perayaan Ekaristi.
Pada suatu hari Minggu sore, saya merayakan misa di bawah pohon karena gereja di stasi itu masih direnovasi. Panti imam dibuat sedemikian rupa supaya terlindung dari kotoran ayam di atas pohon itu. Perayaan misa sore itu terbilang unik. Umat setia berkumpul di bawah pohon, namun sayang sekali karena mesin listriknya tiba-tiba rusak. Saya menyalakan lampu mobil untuk menerangi kami semua. Perayaan ekaristi yang juga diiringi tarian daerah, dan bunyi guitar itu berlangsung meriah sampai tuntas. Pada akhir perayaan itu, saya mengatakan kepada umat bahwa misa sore hingga malam itu sangat romantis. Allah sungguh jatuh cinta dengan umatNya dalam kegelapan. Saya menceritakan pengalaman ini saat santap malam bersama di komunitas. Salah seorang konfrater berkata: “Untuk itulah engkau ditahbiskan!” Sebuah kalimat yang membakar semangat misionerku di Timor Oriental saat itu.
Pada hari ini kita merayakan Pesta St. Fransiskus Xaverius, pelindung utama karya misi. Orang kudus berkebangsaan Spanyol ini sungguh-sungguh mengikuti perintah Tuhan untuk pergi ke seluruh dunia demi memberitakan Injil kepada semua makhluk. Pastor Ludwig, sejarawan Gereja yang terkenal, menjuluki Fransiskus Xaverius sebagai seorang “Misionaris Perintis Agama Salib” di Asia dan misionaris terbesar semenjak Santo Paulus. Dengan semangat heroiknya, ia mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa Asia sambil tetap mengingatkan Gereja akan panggilannya untuk mewartakan Sabda Allah kepada semua bangsa.
Apa yang dilakukan oleh Fransiskus Xaverius sebagai misionaris? Ia menjadi seorang sahabat bagi semua orang. Ia sangat energik dan menarik, rendah hati dan penuh pengabdian. Sebagai seorang pendekar karya misi, ia mendirikan pusat-pusat katekumenat dan sekolah-sekolah, dan berusaha mendidik imam-imam pribumi di setiap tempat yang ia kunjungi. Demi keberhasilan karyanya ia dengan tekun mempelajari bahasa daerah. Ini karakternya sebagai misionaris, penuh inspiratif bagi banyak orang untuk ikut mewartakan Injil.
Pada hari ini kita mendengar sharing pengalaman St. Paulus, sang misionaris agung di Korintus. Ia berkisah: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor 9:16). Paulus merasa bahwa mewartakan Injil sebagaimana diamanatkan Yesus Kristus adalah sebuah keharusan. Sebuah pengabdian yang luhur dan mulia untuk Tuhan. Itulah sebabnya ia berani mengatakan: “Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil!”
Paulus juga menegaskan bahwa mewartakan Injil bukan karena ia sendiri menghendakinya melainkan kehendak Tuhan baginya untuk menjadi pewarta Injil. Ia mengatakan bahwa mewartakan Injil itu sebuah keharusan tanpa upah. Baginya upahnya adalah mewartakan Injil tanpa upah dan tidak menggunakan haknya sebagai pemberita Injil. Sebagai pewarta, Paulus juga memiliki jiwa dan semangat sebagai hamba supaya bisa mememangkan banyak orang untuk bersatu dengan Tuhan.
Apa yang dilakukan Paulus untuk memenangkan banyak orang? Inilah prinsip dasar Paulus: “Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.” (1Kor 9:22-23).Prinsip hidup Paulus ini haruslah menjadi kekuatan bagi kita semua dalam mengabdikan diri untuk Kristus dan gerejaNya.
Semangat hidup St. Paulus dan St. Fransiskus Xaverius masih dibutuhkan di dalam Gereja. Banyak orang mengabdikan diri di dalam Gereja, penuh dengan berbagai perhitungan. Ada juga yang bukannya mendukung Gereja supaya hidup melainkan mencari keuntungan di dalam gereja, dan lebih ekstrim melakukan kejahatan di dalam gereja. Misalnya menggelapkan uang sumbangan atau kolekte. Kejahatan-kejahatan ini terkadang dilupakan saja oleh Gereja.
Dengan merayakan pesta Fransiskus Xaverius dan teladan hidup st. Paulus dalam bacaan ini, kita semua juga dipanggil untuk mewartakan Injil mulai dalam diri dan keluarga masing-masing. Kita juga dipanggil untuk mengingat saudara-saudari di belahan bumi lain, di tanah-tanah misi yang mengalami banyak kesulitan. Kita mendoakan para misionaris dan karya pengabdian mereka.
P.John, SDB