Homili 6 Januari 2015

Hari Selasa, Penampakan Tuhan
1Yoh 4:7-10
Mzm 72:1-2,3-4ab,7-8
Mrk 6:34-44

Apakah anda mengasihi Tuhan Allah?

Fr. JohnBanyak di antara kita pasti sudah mendengar kalimat ini: “Ubi caritas et amor, Deus ibi est.” (Di mana ada cinta kasih, hadirlah Tuhan). Cinta kasih menyatu erat dalam diri Tuhan. Yohanes dalam suratnya menulis bahwa Allah adalah kasih (1Yoh 4:8.16). Ia adalah kasih sehingga menciptakan segala sesuatu di atas dunia dan memberikan kekekalan kepada ciptaan itu. Ia memberi kuasa kepada manusia untuk memperhatikan semua ciptaan lainya. Tuhan menciptakan dunia dan isinya karena cinta kasih. Ia tidak pernah berhenti mencintai segala makhluk ciptaanNya. Maka tepatlah dikatakan: “Ubi Caritas et amor, Deus ibi est.”

Beberapa hari yang lalu saya selesai membaca sebuah buku tulisan seorang guru Zen dari Vietnam bernama Thich Nhat Hanh berjudul “Teachings On Love”. Di dalam bukunya itu ia menulis: “Jika kita mencintai seseorang, kita harus mengenali dan menyentuh benih-benih positif yang ada di dalam dirinya setiap hari dan menahan diri untuk menyiram benih kemarahan, kekecewaan dan kebencian.” Saya mengamini kata-kata guru Zen ini. Cinta kasih membantu kita untuk mengenal dan berfokus pada Tuhan sebagai sumber kasih. Pikiran kita berubah dari kecendrungan hidup yang hanya mengasihi diri menjadi mampu mengasihi Tuhan dan sesama. Cinta kasih ini sifatnya universal.

Yohanes dalam suratnya hari ini menulis: “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1Yoh: 4:7-8). Keluhuran manusia terletak pada kemampuannya untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Kita bisa mengasihi karena kasih itu sendiri berasal dari Allah. Orang yang bersatu dengan Allah akan merasakan kasihNya yang tiada bandingnya dan membagi kasih Allah itu kepada sesamanya. Tidak mengasihi berarti tidak mengenal Allah. Mengapa? Karena Allah adalah kasih!

Selanjutnya Yohanes menulis: “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” (1Yoh 4: 9-10). Elemen-elemen penting dalam pemikiran Yohanes tentang kasih adalah Allah sangat mengasihi manusia sehingga mengutus Yesus PuteraNya yang menjelma menjadi manusia supaya manusia bisa hidup. Kita perlu menyadari bahwa Allah lebih dahulu mengasihi kita. Banyak orang suka protes kepada Tuhan karena mereka lupa bahwa Tuhanlah yang pertama mengasihi manusia. Mereka berpikir bahwa diri merekalah yang lebih dahulu mengasihi Tuhan Allah. Kehadiran Yesus adalah tanda kasih Allah yang tiada bandingnya.

Dalam hidup menggereja, Ekaristi merupakan kesempatan bagi kita untuk merasakan kasih Allah. Allah Bapa tidak segan-segan mengorbankan Yesus PuteraNya untuk menebus manusia yang berdosa. Ekaristi merupakan perjamuan sementara yang akan menjadi perjamuan kekal di Surga. Tuhan sendiri akan menunjukkan diriNya sebagai pemilik perjamuan abadi di Surga. Di dalam Ekaristi, Tuhan Yesus hadir nyata dalam tubuh dan darahNya. Roti sebagai tanda hadirnya Yesus Kristus diambil, disyukuri dalam doa, dipecah-pecah dan dibagikan kepada semua orang sampai puas.

Di dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan membuat sebuah mukjizat ekaristi yakni memperanyak roti dan ikan sehingga bisa mengenyangkan lima ribu laki-laki tanpa menghitung perempuan dan anak-anak yang hadir saat itu. Bagi saya, ada sekurang-kurangnya ada tiga hal penting yang muncul dalam bacaan Injil hari ini yakni:

Pertama Tuhan memiliki rasa belas kasih yang besar kepada manusia. Ia melihat manusia berdatangan dari seluruh daerah Galilea, Dekapolis, Yudea dan Yerusalem untuk mendengar pewartaanNya tentang Injil Kerajaan Allah. Ia juga menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan mereka. Singkatnya, Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. (Mrk 6: 34).

Kedua, Kamu harus memberi mereka makan. Di sini Tuhan mengharapkan supaya kita semua bisa mengatasi setiap persoalan hidup dengan optimisme bukan pesimisme. Kitalah yang harus melanjutkan misi Tuhan di dunia saat ini. Kitalah yang harus berjuang. Kitalah yang harus mengolah setiap persoalan dan berusaha untuk menyelamatkan sesama.

Ketiga, Saya tertarik dengan pertanyaan Yesus: “Berapa banyak roti yang ada padamu?” Pertanyaan ini keluar dari mulut Tuhan untuk kita semua. Dia memilih kita untuk menjadi murid-muridNya bukan karena kita sudah memiliki segala hal, tetapi karena kita tidak memiliki apa-apa sehingga Ia memberikannya kepada kita dan kita teruskan kepada sesama yang membutuhkan. Jadi kita semua dipanggil untuk saling berbagi. Janganlah kita menjadi pelit atau takut miskin.

Sabda Tuhan membantu kita untuk mengolah diri dan pengalaman rohani tentang kasih di hadirat Tuhan. Dengan menyadari dan percaya bahwa Allah itu kasih maka marilah kita mengasihi Allah karena kasih berasal dari padaNya. Kita juga mengasihi sesama karena kita membutuhkan sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply