Homili Hari Kamis Putih – 2015

Homili Kamis Putih
Kel. 12:1-8,11-14
Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18
1Kor. 11:23-26
Yoh. 13:1-15

Inilah Tubuh dan Darah-Ku untukmu!

Fr. JohnAda seorang sahabat menceritakan pengalaman pertobatannya. Selama dua puluh tahun ia tidak pergi ke Gereja karena sakit hati dengan seorang Pastor Misionaris yang menamparnya di depan pintu Gereja. Dia adalah seorang anak misdinar yang tekun melayani dan merasa tidak bersalah tetapi mengejutkan ketika dialah yang dipersalahkan dan ditampar pastor Misionaris itu. Sejak saat itu dia tidak pernah datang ke Gereja lagi. Dia merasa bukan hanya pastor misionaris tetapi Tuhan Yesus juga tidak mengasihinya sehingga mengijinkan misionaris itu menamparnya. Pada suatu hari ia diajak oleh sahabatnya untuk menjemputnya di gereja. Kebetulan sore itu ada misa sehingga dia terpaksa ikut misa saja bersama sahabatnya. Romo yang merayakan Ekaristi memberi sebuah homili yang sederhana tetapi mampu mengubah seluruh hidup sahabat ini. Romo itu beberapa kali mengatakan bahwa Tuhan Yesus mengasihi manusia berdosa apa adanya. Dia memberi tubuh dan dan darahNya untuk semua orang dengan berkata: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.” Kata-kata ini selalu terulang dalam pikirannya. Ia perlahan-lahan menyadari bahwa Tuhan Yesus masih mencintainya. Sejak saat itu ia kembali ke Gereja.

Hari Kamis Putih adalah hari istimewa untuk mengenangkan Perjamuan Tuhan Yesus bersama para murid untuk terakhir kalinya di dunia. Inilah hari di mana Tuhan Yesus menetapkan Ekaristi. Ia menyerahkan tubuh-Nya dan rela menumpahkan darah-Nya untuk semua orang yang percaya kepada-Nya. St. Petrus pernah berkata: “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1Ptr 1:18-19). Dia memberi diri-Nya secara total karena kasih.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita kepada Tuhan Yesus. Dialah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita. Pada zaman dahulu, Bani Israel selalu mengucap syukur kepada Tuhan atas hasil panenan pertama. Mereka mempersembahkan kepada Tuhan roti dari hulu hasil dan tujuh ekor domba berumur setahun, seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan, tak bercacat dan banyak lemaknya (Im 23:17-18). Selanjutnya, ketika bani Israel dikuasai oleh bangsa Mesir maka Tuhan berkehendak untuk membebaskan mereka melalui Musa. Mereka duduk bersama dan memakan anak domba yang disembeli berdasarkan jumlah jiwa yang ada di dalam keluarga itu. Anak domba itu harus jantan, tidak bercela, dan berumur satu tahun. Kalau tidak ada domba maka bisa diganti dengan kambing. Darah anak domba harus dioles di tiang pintu rumah. Daging harus dipanggang, sayuran pahit dan roti tidak beragi menjadi santapan perjamuan bersama. Sikap berjaga-jaga haruslah mereka miliki: “Pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi Tuhan.” (Kel 12:11). Perjamuan bersama selalu menjadi kesempatan untuk merenungkan kasih Tuhan Allah yang telah menaungi dan menyertai umat-Nya sepanjang zaman. Itulah Ekaristi yang selalu kita rayakan sebagai tanda syukur kepada Tuhan.

St. Paulus melihat Anak Domba sebagai simbol kehadiran Kristus yang nyata di dalam Gereja. Kita semua mengingat seruan Yohanes Pembaptis: “Lihatlah Anak Domba Allah” (Yoh 1:29.36). Yesus adalah Anak Domba Allah yang mempersembahkan diriNya satu kali untuk selama-lamanya. Selanjutnya, Yesus adalah Imam Agung “yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.” (Ibr 7:27; 9:12; 10:10).

Apa yang dilakukan Yesus pada malam perjamuan terakhir? St. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa pada malam perjamuan terakhir Tuhan Yesus berekaristi bersama para murid-Nya. Pada waktu itu ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkan roti dan membagikannya kepada para murid-Nya. Ia berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (1Kor 11:24). Tuhan Yesus juga mengambil cawan, mengucap syukur dan memberikanya kepada para muridNya. Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (1Kor 11:25). Paulus akhirnya menegaskan: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” (1Kor 11:26).

Tuhan Yesus sebenarnya sudah mendahului pengajaran St. Paulus ini. Penginjil Yohanes bersaksi bahwa perjamuan malam terakhir bagi Yesus adalah tanda Ia mengasihi para murid-Nya sampai kepada kesudahannya. Ia mengasihi mereka sampai tuntas! (Yoh 13:1). Ia sendiri tahu bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah (Yoh 13:3). Wujud kasih-Nya adalah dengan memberi diri-Nya secara total, Tubuh dan Darah-Nya bagi keselamatan manusia. Ini adalah kasih sempurna dari Tuhan Yesus bagi manusia.

Wujud kasih sempurna-Nya adalah dengan berlutut di depan para murid-Nya dan membasuh kaki mereka. Yesus mengetahui kelebihan dan kekurangan para muridNya tetapi Ia sebagai Tuhan rela melupakan dosa-dosa manusia dan menguduskan mereka melalui pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki juga menjadi model pelayanan tanpa pamrih dari Tuhan Yesus bagi manusia. Tuhan saja rela melayani manusia, karena untuk itulah Ia datang ke dunia. Setelah membasuh kaki para murid-Nya, Yesus berkata: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13:12-15). Yesus tidak hanya berbicara tetapi melakukan pelayanan kasih yang nyata dan pengampunan yang melimpah bagi umat manusia.

Buah-buah rohani dalam perayaan Ekaristi hari Kamis Putih adalah:

Pertama, Tuhan Yesus mengajak kita untuk saling melayani satu sama lain. Tuhan Yesus sendiri mangatakan bahwa Ia datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mat 20:28). Untuk bisa melayani dengan baik maka di dalam hati kita harus ada semangat mengabdi. Harus ada hati sebagai hamba yang setia melayani. St. Paulus mengatakan bahwa Tuhan Yesus “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Flp 2:6-8). St. Petrus berkata: “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.” (1Ptr 4:10).

Kedua, kita semua dipanggil oleh Tuhan untuk saling berbagi. Tuhan berbagi dengan manusia secara simbolik ketika Ia mengambil roti yang satu dan sama dan anggur, mengucap syukur, memberkati, memecah-memecahkan roti dan membagikannya kepada para murid-Nya.Tindakan simbolis memecah-mecahkan roti dan membagikannya merupakan pengajaran Yesus bagi kita untuk berbagi. Berbagi menjadi sempurna ketika Yesus memnyerahkan tubuhNya dan menumpahkan darah-Nya. Yesus berbagi dengan menyerahkan diri-Nya. Apakah kita juga memiliki kesempatan untuk berbagi dengan sesama? Apakah kita juga peduli dengan sesama manusia?

Ketiga, kasih itu segalanya. Caritas vincit omnia, cinta kasih itu memenangkan segalanya. Tuhan Yesus melayani manusia, Tuhan Yesus berbagi dengan manusia meruoakan dua hal yang menggambarkan kasih Yesus bagi manusia. Cinta kasih Yesus Kristus telah memenangkan hati manusia supaya menyatu dengan-Nya. Dialah sumber dan asal segala cinta kasih karena Dialah kasih yang sempurna (1Yoh 4:8.16). Tuhan Yesus juga memberi perintah baru supaya kita saling mengasihi karena Ia lebih dahulu mengasihi kita (Yoh 13:34).

Hari ini adalah hari baru untuk mengasihi dan melayani dengan sungguh. Kita belajar dari Tuhan yang mengasihi semua orang tanpa memandang apakah orang itu baik atau jahat. Cinta kasih Tuhan itu universal. Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip St. Paulus yang menulis himne tentang cinta kasih: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” (1Kor 13:4-8).

Ubi caritas et amor, Deus ibi est!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply