Renungan 23 Pebruari 2012

Ul 30:15-20; Mzm 1:1-4.6; Luk 9:22-25

Memikul Salib hari demi hari

Masa prapaskah diisi dengan puasa dan pantang. Puasa dan pantang memiliki dampak secara rohani bagi kita dan salah satunya adalah setiap orang semakin akrab dengan Tuhan, mencintai, mentaati dan menyembahNya.

Dalam perjalanan dari Mesir ke Tanah Terjanji, orang-orang Yahudi mengalami  pasang naik dan pasang surut berelasi dengan Tuhan. Mereka diingatkan oleh Musa sebagai pemimpin mereka untuk mencintai Tuhan Allah dengan segenap hati dan akal budi (Ul 6:4-5). Artinya totalitas kehidupan mereka hanya untuk Tuhan. Oleh Karena itu mereka perlu berdiscernimen (pembedaan Roh) untuk memutuskan apakah tetap setia kepada Tuhan atau menjauh dari Tuhan. Proses discernimen ini penting supaya mereka dapat membedakan mana perbuatan yang baik dari perbuatan yang jahat, kehidupan dari kematian, berkat dari kutukan. Dengan discernimen ini maka umat Israel tentu diarahkan untuk mengambil keputusan yang tepat supaya memilih yang baik, hidup dan berkat. Semuanya ini akan berjalan dengan baik ketika orang menjadi taat pada kehendak Tuhan.

Ketaatan pada kehendak Tuhan sudah dihayati oleh Kristus sendiri. Ia  menderita, sengsara, wafat dan bangkit untuk keselamatan manusia. Untuk itu setiap orang yang percaya dan mengikutiNya harus: menyangkal diri dan memikul salib hari demi hari. Pada zaman Yesus, salib (Yunani: stauros) hanya diperuntukan bagi orang-orang yang jahat. Bagi orang-orang Yahudi salib adalah skandal (1Kor 1:18-25) tetapi bagi kita, Salib adalah keselamatan kita. Dengan memandang salib, kita memandang Juru Selamat yaitu yang menyelamatkan kita.

Tugas kita sekarang adalah membawa berkat, kebaikan dan kehidupan bagi sesama.  Salib yang benar adalah apabila setiap pengalaman penderitaan, pergumulan hidup setiap hari berubah menjadi berkat bagi kebaikan orang lain. Mari kita menyangkal diri dan memikul Salib mengikuti Kristus. Bersedia?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply