Renungan 24 Pebruari 2012

Yes 58:1-9a; Mzm 51: 3-6a.18-19; Mat 9:14-15

Berpuasa yang dikehendaki Tuhan… 

Banyak orang bertanya tentang puasa dan pantang. Puasa adalah sebuah tindakan sukarela untuk tidak makan atau tidak minum seluruhnya atau mengurangi makan dan minum. Orang-orang yang berusia 18-60 melakukan puasa dengan makan kenyang hanya satu kali dalam sehari pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Apakah hanya sebatas ini? Bukan! Berpuasa berarti usaha memurnikan hati sehingga mempermudah konsentrasi saat berdoa dan bermeditasi. Puasa juga berarti persembahan diri kepada Tuhan dengan cara menata kembali perilaku hidup rohaninya dengan baik. Orang juga dapat menunjukkan bahwa dirinya membutuhkan Tuhan dan sesama dan dengan demikian berusaha untuk melupakan dirinya dan ikut terlibat dalam pelayanan kasih bagi orang-orang kecil. 
Pantang wajib dilakukan bagi orang yang berusia 14 tahun ke atas. Pantang berarti pantang daging, rokok, garam, gula dan semua manisan, hiburan (radio, tv, bioskop, pengunaan gadget seperti bbm, sms). Pantang dilakukan bersamaan dengan puasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Pantang juga dilakukan sepanjang masa puasa terutama semua hari Jumat. 
Nabi Yesaya juga berusaha untuk menjelaskan makna puasa yang benar. Baginya puasa yang benar adalah ketika kita bertemu dengan Tuhan sebagai sumber cinta kasih dan mengalaminya. Tugas kita selanjutnya adalah meneruskan kasih Tuhan kepada sesama terutama mereka yang miskin dan menderita. Jadi cinta kasih persaudaraan merupakan salah satu bentuk puasa yang benar. Kita mengurbankan diri kita supaya orang lain menjadi bahagia. Apabila orang menjalani dengan baik puasanya maka dengan sendirinya puasa menjadi doa. 
Penginji Matius memahami puasa sebagai sebuah persekutuan pribadi dengan Kristus sang mempelai. Persekutuan itu terjadi bukan hanya pada saat-saat yang menyenangkan saja tetapi juga pada saat-saat yang sedih. Ada selalu sukacita ketika orang tinggal bersama Yesus. Namun akan menjadi derita dan rasa kehilangan Yesus ketika orang tidak menyesal dan bertobat. Yesus sendiri berbicara dengan para murid Yohanes Pembaptis bahwa saat mesianis itu terjadi saat ini maka mereka seharusnya bersukacita bukan merasa sedih. Saat mesianis itu serupa dengan pesta perkawinan (Mat 9.15; Yes 54:5). Para murid melakukan puasa ketika Yesus harus menjalani penderitaanNya sebagai Mesias. 
Masa prapaskah menjadi indah ketika masing-masing kita berusaha merasakan sukacita Tuhan dengan membangun semangat tobat dan melakukan perbuatan amal kasih kepada sesama yang miskin dan menderita. Lakukanlah Aksi Puasa Pembangunan dengan saling berbagi. Apakah anda mau? 
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply