Renungan 26 Mei 2012

St. Philipus Neri

Kis 28:16-20.30-31
Mzm 11: 4.5.7
Yoh 21:20-25
Kesaksiannya itu benar!


Kisah tentang Petrus dan Paulus berlanjut. Petrus memulai babak baru dalam hidupnya. Ia telah berikrar bahwa ia tetap mencintai Yesus lebih dari pada murid yang lain dengan segala konsekuensinya. Sebagai seorang leader ia harus melayani dengan rendah hati, menderita seperti Yesus. Maka konsekuensi dari cinta kasihnya kepada Yesus adalah menjadi serupa dengan Yesus! Hal yang sama dialami Paulus. Ia merasa tidak bersalah tetapi diadili karena mewartakan kebenaran yakni “pengharapan Israel”. Ia naik banding dan harus dikucilkan di Roma. Dalam situasi yang sulit, ia tetap berani mewartakan Yesus di Roma.

Menderita demi iman kepada Yesus itu bukan hal yang gampang. Setelah berikrar bahwa ia akan tetap mencintai Yesus lebih dari murid yang lain, Petrus langsung mendapat wejangan yang sangat berarti dari Yesus tentang bagaimana ia akan mati: “Pada waktu engkau masih muda, engkau mengatur dirimu sendiri. Tetapi akan tiba saatnya, engkau akan mengulurkan tangan dan dituntun ke tempat yang tidak kau kehendaki”. Di hadapan Tuhan, Petrus menerima wejangan itu tetapi secara manusiawi ia masih membandingkan dirinya dengan sesama yang lain. Ketika melihat murid yang dikasihi Yesus, Petrus bertanya kepada Yesus, “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Dengan bijaksana Tuhan Yesus berkata, “Kalau Aku menghendaki supaya ia hidup sampai Aku datang, itu ibukan urusanmu, tetapi engkau ikutlah Aku!” Murid yang dikasihi inilah yang memberi kesaksian yang benar tentang Yesus. Dialah Yohanes, Murid yang di kasihi Yesus.

Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kita pada konsekuensi panggilan kita sebagai orang yang dibaptis. Artinya segala pengalaman Yesus hendaknya menjadi pengalaman kita setiap hari sebagaimana pernah dialami juga oleh Petrus dan Paulus. Kita tidak akan luput dari penganiayaan dan diskriminasi terhadap hak-hak kehidupan. Mungkin saja kita tidak bersalah seperti Paulus tetapi diadili karena sebagai pengikut Kristus. Singkatnya, kemartiran menjadi salah satu konsekuensi pemuridan. Apakah semua pengalaman ini harus membuat kita mundur? Tidak adalah jawaban yang tepat. Yesus sendiri menghibur dengan mengatakan seruan-seruan popular ini: “Kuatkan hatimu!” “Jangan Takut!” “Aku menyertai kamu hingga akhir zaman.” Mari memberi kesaksian yang benar tentang Yesus.

Sabda Tuhan juga mengoreksi kita terutama kebiasanan dalam pelayanan-pelayanan ternetu selalu ada kecenderungan membandingkan diri kita dengann sesama lain. Kalau saya begini bagaimana dengan dia atau mereka? Padahal hidup kita ada di tangan Tuhan. Yang dituntut oleh Tuhan dari kita adalah kerendahan hati untuk menerima kehendakNya. Kita butuh Roh Kudus untuk menguatkan kita. Bagaiamana dengan anda?

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih kepadaMu. Semoga kami boleh mengikuti Engkau dan menyadari bahwa Engkau tetap menyertai kami hingga akhir zaman. Amen

PJSDB  
Leave a Reply

Leave a Reply