Renungan 17 September 2012

Senin Pekan Biasa XXIV

1Kor 11:17-26
Mzm 40:7-8a.8b-9.10.17
Luk 7:1-10
The Power of Jesus’s Words!
Ketika saya masih bertugas di daerah pedalaman, saya pernah ditanya oleh seorang umat apakah saya akrab dengan Romo Kuber. Saya berpikir mungkin Romo Kuber itu orang Barat yang sudah lama menjadi misionaris di daerah tersebut. Ternyata yang dimaksud dengan Romo Kuber adalah “Romo Kurang bergaul” Wah ada-ada saja istilah umat untuk para gembalanya. Alasan yang mereka berikan adalah Romo itu kurang bergaul dengan umat, dia hanya ada di pastoran. Setiap kali “turba” ke wilayah dan lingkungan, ia mau cepat-cepat pulang ke pastoran. Tak ada kesempatan untuk berdialog dengan umat gembalaannya. Itu sebabnya Romo ini menjadi tidak gaul dan disapa dengan nama baru Romo Kuber. 
Sifat Romo Kuber ini ternyata sangat berbeda dengan sang Imam Agung yaitu Yesus sendiri. Yesus membawa keselamatan kepada semua orang tanpa membedakaan siapa orang itu. Ia sendiri berkata, “Aku datang bukan untuk mencari orang benar tetapi orang berdosa supaya bertobat” (Luk 5:37). Di atas Bukit Yesus bersabda, “Bapa menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang baik dan menuurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar” (Mat 5:45). Semua ini dilakukan Yesus dalam berelasi dengan semua orang.
Pada hari ini, Penginjil Lukas menghadirkan kisah Yesus yang suka bergaul dengan semua orang. Ia masuk kembali ke Kapernaum. Mendengar berita kedatanganNya, seorang perwira Romawi yang mempunyai seorang hamba yang sedang sakit menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi datang dan memohon Yesus untuk menyembuhkannya. Para orang tua-tua Yahudi memiliki alasan manusiawi: “Ia mengasihi bangsa kita, Ia juga membangun rumah ibadat kami”. Alasan ini kelihatan sangat manusiawi tetapi Yesus mendengarnya dan mau menunjukkan kemurahan hati Bapa kepada hamba sang Perwira asing ini. Yesus  pun bergerak menuju ke rumah sang perwira. 
Sang Perwira Romawi ini mengetahui dirinya sebagai pribadi yang tidak layak bagi Yesus. Inilah keterbukaan hati orang asing ini, “Tuan janganlah bersusah-susah, sebab aku merasa tidak layak menerima Tuan di rumahku. Aku sendiri merasa tidak layak datang sendiri menemui Tuan. Tetapi katakanlah saja sepatah kata maka hambaku akan sembuh. Aku ini juga hanya seorang bawahan dan di bawahku masih ada prajurit. Kalau aku memberi komando maka mereka mendengarnya.” Kerendahan hati sang perwira ini juga memiliki daya penyembuhan bagi hambanya. Hambanya sembuh! Sikap Perwira Romawi ini patut mendapat pujian dari Yesus. Yesus sendiri berkata kepada banyak orang, “Di seluruh Israel, iman sebesar ini belum pernah Kujumpai.” 
Figur-figur di dalam perikop ini sangat inspiratif. Pertama, Yesus selalu bergerak, berjalan dalam lorong kehidupan manusia. Ia menyembuhkan siapa saja sesuai seleraNya. Keselamatan yang ditawarkan sifatnya universal. Sikap Yesus ini patut diikuti sebagai contoh bagi Gereja untuk peduli dan siap melayani semua orang. Sikap menyendiri di dalam dunia terpencil seperti Romo Kuber tidak cocok dengan gaya hidup Yesus. Kedua, Para orang tua-tua Yahudi. Mereka ini percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan hamba itu maka mereka “sangat memohon pertolongan Yesus”. Mereka juga tanggap dengan kebaikan sang perwira. Hanya saja kelihatan rasa ingat dirinya juga masih kental. Karena perwira ini  sebagai orang asing tetapi baik hati dengan mereka maka patut dibantu, tetapi kalau sang perwira tidak berhubungan baik dengan mereka maka mungkin kisahnya berubah atau berbeda. Ketiga, sang perwira. Perwira Romawi tanpa nama ini terbuka pada Yesus. Ia percaya bahwa Yesus akan melakukan karya besar baginya dan hambanya. Ia juga mengenal dirinya sebagai orang yang tidak layak, ia hanya seorang pekerja bagi negaranya. Namun ia percaya pada kuasa Sabda Yesus. Sabda Yesus pasti menyembuhkan!
Ketiga figur dalam bacaan Injil ini membuat kita pandai-pandai memilihnya hari ini. Masing-masing figur sangat inispiratif dan cocok dengan kehidupan kita setiap hari. Tentu saja hal yang mau dicapai dalam kehidupan bersama sebagai umat Allah adalah persekutuan untuk mencapai keselamatan. 

Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan jemaat di Korintus untuk membedakan perjamuan biasa dan perjamuan Kristus. Perjamuan dengan Kristus mengandaikan keterlibatan aktif sebagai sesama jemaat. Sikap yang perlu dibangun bersama adalah keterbukaan untuk saling bebagi. Dengan demikian semua orang dapat menimbah keselamatan bersama.
Nasihat-nasihat Paulus kepada jemaat di Korintus karena ada benih-benih perpecahan membuat kita menyadari gereja kita saat ini. Selalu saja ada benih-benih perpecahan yang dialami. Benih perpecahan yang paling berbahaya berasal dari umat di dalam Gereja katolik sendiri. Orang boleh berekaristi tetapi tidak ada perubahan di dalam hidupnya. Umat mengkritik gembalanya, memfintahnya tetapi tidak ada rasa bersalah ketika maju dan menerima komuni dari tangan sang gembalanya. Di antara sesama umat terjadi pertikaian dalam melayani Tuhan di dalam gereja. Ternyata melayani Tuhan itu sulit! Paulus menginspirasikan kita hari ini untuk berubah.

Ekaristi adalah kenangan akan Paskah Kristus dan dirayakan sebagai perayaan bersama. Dikatakan sebagai kenangan karena kita semua mengingat kembali kisah malam perjamuan terakhir Yesus bersama para muridNya. Ketika itu Yesus mengambil roti berkata, “Inilah TubuhKu yang diserahkan bagimu, perbuatlah ini sebagai kenangan akan Daku”. Ia mengambil cawan sesudah makan roti sambil berkata, “Cawan ini adalah cawan Perjanjian Baru yang dimeteraikan dalam darahKu. Setiap kali kalian meminumnya, perbuatlah itu sebagai kenangan akan Daku. Sebab setiap kali kalian makan roti ini dan minum dari cawan ini kalian mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang.”

Sabda Tuhan hari ini memampukan kita untuk berfokus pada Yesus. Ia datang untuk menyelamatkan semua orang tanpa memandang siapakah orang itu. Ia mengorbankan segalanya sebagaimana Ia katakan dalam Perjamuan malam terakhir bahwa setiap kali kita berekaristi, kita mewartakan PaskahNya sampai Ia datang kembali. Yesus adalah segalanya. Ia memiliki kuasa yang besar. SabdaNya dashyat, karena memiliki kuasa menyembuhkan dan menyelamatkan manusia.

Doa: Tuhan, semoga kami terbuka untuk melayani sesama kami. Amen.
PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply