Homili Hari Minggu Adven IV/C – 2012

Hari Minggu, Pekan Adven IV/C
Mi 5:2-5a
Mzm 80:2ac.3b.15-16.18-19
Ibr 10:5-10
Luk 1:39-45

Bahagiakah anda sebagai orang beriman?

Kita memasuki pekan terakhir dalam persiapan untuk merayakan natal. Bacaan-bacaan Kitab Suci perlahan-lahan namun pasti mengarahkan kita untuk masuk dalam peristiwa Natal. Pada pekan Adven III yang barusan dilewati, kita semua diajak untuk senantiasa bersukacita di dalam Tuhan karena kasih dan kesetiaan Tuhan yang tiada batasnya bagi kita semua. Kita sebagai manusia tidak setia tetapi Tuhan setia adanya. Pertanyaan bagi kita menjelang perayaan natal ini adalah: Apakah ada sukacita di dalam hatimu untuk menyambut Tuhan Yesus?

Nabi Mikha adalah salah seorang nabi yang bernubuat hampir bersamaan dengan nabi Yesaya. Nabi Yesaya bernubuat: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes 7:14). Nubuat Yesaya berhubungan dengan kelahiran Puteranya Hizkia yang akan menjadi raja yang baik di masa depan. Nubuat Yesaya ini disamakan dengan nubuat bagi Bunda Maria di masa depan sebagai gadis yang melahirkan Yesus, sang Imanuel. Hizkia merupakan tanda kasih dari Tuhan bagi keluarga Ahaz, sedangkan Yesus merupakan tanda Tuhan kasih bagi umat manusia. Yesus sendiri dalam Injil Yohanes mengatakan diriNya sebagai tanda kasih Allah bagi dunia (Yoh 3:16).

Dalam Kitab Mikha kita menemukan informasi yang jelas tentang sang Mesias. Tempat kelahirannya jelas yaitu di Bethlehem. Anak itu dilahirkan oleh seorang perempuan yang sedang mengandung. Bethlehem adalah kota Daud maka Mesias berasal dai keturunan Daud. Ia akan memiliki power dari Allah dalam menggembalakan umatNya. Karena kelahirannya maka saudara-saudarannya akan kembali kepada orang Israel. Nama Tuhan juga akan dimegahkan dan dia sendiri akan menjadi damai sejahtera. Semua yang digambarkan Mikha dalam nubuat ini sungguh terlaksana dalam diri Yesus.

Bethlehem saat ini letaknya sekitar 8 km dari Yerusalem, penduduknya berjumlah sekitar 15000 jiwa. Bethlehem dalam bahasa Yahudi disebut “beth lehem” berarti “rumah roti” sedangkan dalam bahasa Arab disebut “bet lahm” artinya “rumah daging”. Dari makna kata Bethlehem jelaslah bagi kita rencana Tuhan bahwa Yesus sang Mesias lahir di rumah roti atau rumah daging bagi kita. Yesus nantinya menjadi roti kehidupan, Dialah Sabda yang menjadi daging dan tinggal di antara kita. Ini bukan faktor kebetulan bagi Bethlehem tetapi sudah direncanakan Tuhan. Kota Daud yang tidak punya nama besar menjadi besar namanya karena menjadi tempat lahirnya Yesus Kristus.

Kalau nabi Mikha bernubuat tentang tempat dan peran sang Mesias, Penulis kepada jemaat di Ibrani menjelaskan tentang Yesus sebagai Imam Agung yang sempurna. Ketika ia masuk ke dunia, Ia berkata, “Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki! Sebagai gantinya Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa, Engkau juga tidak berkenan.” Semua kurban dalam Perjanjian Lama belum sempurna. Para imam mempersembahkan kurban bakaran ini sebagai bagian dari ritus mereka. Tetapi ini adalah saat yang tepat dimana Yesus mempersembahkan diriNya sampai tuntas. Itu sebabnya ia berkata, “Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendakMu.” Kehendak Tuhan bagi Yesus adalah mengurbankan diriNya sebagai Penebus umat manusia. Yesus sebagai Imam Agung, tidak lagi mempersembahkan kurban bakaran tetapi mempersembahkan dirinya sampai tuntas bagi keselamatan kita semua. Ia menghapus yang lama dan menegakkan yang baru. Itu sebabnya Penulis surat kepada jemaat Ibrani menulis: “Dan karena kehendak Allah inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan Tubuh Yesus Kristus.”

Penginjil Lukas mengisahkan kunjungan Maria yang sedang hamil muda kepada Elisabeth yang sanaknya yang sedang mengandung Yohanes Pembaptis. Ketika tiba di rumah Zakaria, Maria menyalami Elisabeth dan Yohanes Pembaptis melonjak kegirangan dalam rahim Elisabeth ibundanya. Pengalaman sukacita Yohanes ini bersama Roh Kudus yang memenuhinya membuat Maria mengidungkan madah ini: “Diberkatilah Engkau di antara para perempuan, dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya ketika salammu sampai di telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Berbahagialah ia yang telah percaya bahwa apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana.” (Luk 1:42-45).

Kisah kunjungan Bunda Maria ke rumah Zakaria ini memiliki makna yang sangat mendalam. Dikatakan demikian karena Penginjil Lukas menghendaki agar kita mengenal secara lebih mendalam Yesus sebagai anak Maria yang disambut dengan suka cita dan diperkenalkan kepada Yohanes Pembaptis. Elisabeth mengakui Yesus di dalam rahim Maria sebagai Mesias dengan berkata, “Ibu Tuhanku”.  Bukan hanya Elisabeth sekeluarga yang mengakui Yesus sebagai Anak Maria tetapi kita semua saat ini juga percaya dan menerima Yesus sebagai Anak Bunda Maria.

Bunda Maria merupakan perempuan yang terberkati. Ia memainkan peranan yang sangat penting di dalam sejarah keselamatan. Ia melahiran Yesus, ibu Tuhan! Maria menjadi besar bukan karena dirinya sendiri tetapi karena jasa Yesus Kristus Puteranya.  Dalam Bacaan pertama Mikha menganggap Yerusalem sebagai kota yang tidak dikenal tetapi akan muncul seorang pemimpin yang kuat, demikian Bunda Maria juga seorang wanita sederhana akan melahirkan Yesus, sang Penyelamat dunia.

Namun demikian perlu kita sadari bahwa devosi kepada Bunda Maria sebagai Ibu Yesus bukanlah hal yang terpenting bagi Lukas. Mengapa? Karena menjadi Ibu Yesus itu sudah sah ketika Maria berkata, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu.” Hal terpenting dalam diri Maria dan menjadi segala-galanya  adalah bahwa dia percaya! Maria adalah orang percaya. Elisabeth menyapa Maria sebagai “Bahagia” bukan karena Maria adalah ibu Yesus,  tetapi karena Maria percaya pada Sabda Allah. Elisabeth penuh dengan Roh Kudus maka ia juga tidak mengatakan berbagialah “engkau” (hanya Maria) yang telah percaya melainkan “berbahagialah ia (saat ini kita semua) yang telah percaya”. Berbahagialah semua orang, anda dan saya yang percaya kepada Tuhan dan SabdaNya.

Pertanyaan refleksinya adalah, “Apakah anda sudah menyiapkan diri dengan baik untuk menerima Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan juru selamat kita?” Apakah anda bahagia merayakan natal? Sambutlah Tuhan dengan sukacita. Dia lahir di rumah roti dan rumah daging karena Dialah Roti surga, Roti Ekaristi. Dia juga lahir di rumah daging karena Dia mempersembahkan Tubuh dan darahNya untuk kita semua.

Doa: Tuhan, semoga saya menyambut kedatanganMu dengan hati yang bersih. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply