Renungan 14 Januari 2013

Hari Senin, Pekan Biasa I
Ibr 1:1-6
Mzm 97:1.2b.6.7c.9
Mrk 1:14-20

Anak-Kulah Engkau!

Fr. JohnPada hari ini secara liturgis kita memasuki Masa Biasa. Bacaan-bacaan Misa Harian, Bacaan Pertama diambil dari Tahun Pertama. Maka mulai hari ini kita akan membaca dari Surat kepada Jemaat Ibrani dan Injilnya kita baca Injil Markus.

Prolog Surat kepada Jemaat Ibrani membantu kita untuk mengerti salah satu tema peting dalam surat ini: Yesus Kristus adalah kepenuhan dari Wahyu Allah. Di dalam Yesus Tuhan Allah berbicara kepada manusia secara definitif dan menyelamatkan. Mengapa? Penulisnya menjelaskan, “Saudara-saudara, pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi. Tetapi pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya” Kita bisa memahami pewartaan ini karena Tuhan Allah berbicara kepada manusia terus menerus dengan cara tertentu melalui para nabi, baik nabi besar maupun nabi kecil. Tuhan menggunakan mereka untuk bernubuat dan nubuat-nubuat itu menjadi sempurna pada saat kedatangan Kristus. Itu sebabnya, penulis surat kepada Jemaat Ibrani menulis bahwa melalui Yesus Kristus Putera Allah, Allah berbicara kepada manusia secara sempurna.

Apa saja yang menunjukkan kesempurnaan itu? Yesus Kristus ditetapkan oleh Allah Bapa sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Kita ingat kata-kata Yesus di dalam Injil Yohanes: “Segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya Aku melaksanakannya”(Yoh 5:36). Yesus juga tahu bahwa “BapaNya telah menyerahkan segala sesuatu kepadaNya” (Yoh 13:3). Artinya bahwa Yesus menerima tugas dari Bapa supaya segalanya berada dalam kuasa Yesus. Di samping Allah Bapa menyerahkan segala sesuatu ke dalam kuasa Yesus, segala sesuatu diciptakan melalui Yesus. Yesus juga menjadi cahaya kemuliaan Allah, gambar wujud Allah. Yesus sendiri berkata, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Oleh karena itu segala pekerjaan, seluruh alam semesta diserahkan dalam kuasaNya sebagai Anak.

Persatuan yang utuh dengan Bapa ditunjukkan Yesus melalui pengorbanan diriNya di atas kayu salib. PengurbananNya menguduskan semua orang dari dosa-dosanya. Dengan demikian Yesus akan ditinggikan dan duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar. Ia juga lebih tinggi dan agung dari para malaikat sehingga para malaikat pun menyembah Dia. Tuhan Allah bapa bahkan mengatakan kepadaNya, “Anak-Kulah engkau! Pada hari ini engkau telah Kuperanakan.” Atau ungkapan lain: “Aku akan menjadi BapaNya dan Ia menjadi AnakKu”.

Yesus menjadi fokus perhatian kita. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Dialah yang telah diberi kuasa oleh Bapa dan kita sebagai ciptaan tunduk kepadaNya. Sikap ketaatan total ini pernah dialami para murid pertama. Dalam bacaan Injil tentang panggilan di Danau Markus mengisahkan bahwa Yesus berjalan di daerah Galilea untuk memberitakan: “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” PemberitaanNya didengar banyak orang termasuk Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes. Keempat murid pertama ini disapa oleh Yesus, diajak untuk mengikutiNya dan mereka pun segera mengikuti Yesus. Yesus bahkan berjanji kepada mereka bahwa Ia akan menjadikan mereka “Penjala Manusia”.

Para murid dipanggil Yesus untuk terlibat aktif dalam hidup dan karya Yesus. Mereka menjadi mitra kerja dari Yesus sendiri untuk memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan kepada banyak orang. Apa artinya menjala manusia? Menjala manusia berarti membawa semua orang kepada Kristus dan mereka terjamin secara rohani dan jasmani. Artinya orang tidak hanya mengenal Allah, diajar berdoa tetapi mereka juga sejahtera di dalam hidup. Betapa beratnya membuat tanda salib kalau perutnya kosong. Menjala manusia berarti Gereja saat ini mengusahakan supaya orang sejahtera rohani dan jasmani.

Sabda Tuhan hari ini membantu kita untuk berfokus pada Yesus dan misiNya. Ia datang ke dunia untuk menggenapi janji Tuhan dalam menyelamatkan manusia. Semua orang yang percaya hendaknya datang kepada Yesus. Para murid pertama dengan sikap “segera” mengikuti Yesus adalah contoh dan inspirasi yang tepat bagi kita semua. Yesus juga memanggil anda dan saya bukan saat sedang berdoa di gereja atau berziarah tetapi dalam kehidupan yang nyata. Maka lakukanlah tugas-tugasmu dengan baik karena saat itulah Tuhan memanggilmu untuk menjadi mitra kerjaNya.

Pertanyaan buat kita refleksikan: apakah anda dan saya menyadari diri kita sebagai anak Allah? Ingat, Tuhan senantiasa berseru: “Anak-Kulah engkau!” Berbanggalah sebagai anak Allah.

Doa: Tuhan, terima kasih karena kami juga menjadi anak-anakMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply