Renungan 30 April 2013

Hari Selasa, Paskah V

Kis 14:19-28

Mzm 145:10-11.12-13ab.21

Yoh 14:27-31a

 

Bertekunlah dalam iman

 

Kisah kehidupan misioner Paulus dan Barnabas berlanjut. Kali ini mereka berada di kota Listra. Mereka di datangi oleh orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium yang saat itu membujuk banyak orang untuk memihak mereka supaya membenci dan menganiaya Paulus dan Barnabas. Mereka melakukannya dengan menyeret Paulus ke luar kota dan melemparinya dengan batu. Banyak orang berpikir Paulus sudah mati, tetapi ternyata ia masih hidup. Maka ia pun bangun dan masuk kembali ke dalam kota. Paulus tidak putus asa dengan penganiayaan yang ia alami. Ia bahkan semakin berani untuk mewartakan Injil ke Derbe bersama Barnabas.

Dalam pelayanan misioner di daerah Listra, Ikonium dan Antiokhia, Paulus menasihati para

muridNya untuk bertekun dalam iman. Penderitaan dan kesengsaraan harus mereka alami sebelum masuk dalam Kerajaan Allah. Di samping pengajaran-pengajaran dan pewartaan Injil, Paulus dan Barnabas juga memikirkan tentang struktur komunitas di daerah misi. Mereka meminta jemaat untuk berdoa dan berpuasa sehingga dapat memilih para penatua yang baik yang dapat melayani mereka. Paulus dan Barnabas juga memiliki waktu untuk sharing iman dengan para saudara di Antiokhia setelah mengakhiri perjalanan misioner yang pertama. Sharing iman ini lebih menekankan pentingnya karya Allah yang ajaib yang dilakukan bagi umatNya dengan perantaraan mereka.

 

Paulus dan Barnabas melakukan pelayanan sebagai misionaris dengan tekun. Ini adalah bukti kasih mereka kepada Tuhan Yesus yang mereka imani. Cara hidup kedua rasul ini ikut membantu pesatnya pertumbuhan iman umat sebagai sebuah gereja baru. Tentu saja selama perjalanan misioner yang pertama ini mereka juga mengalami kesulitan yang besar. Penderitaan, kesengsaraan dialami Paulus. Tetapi semakin mereka ditindas, semangat untuk mewartakan Yesus semakin besar. Mengapa demikian? Karena Tuhan Yesus menyertai mereka, dan bahwa Paulus dan Barnabas selalu bekerja sama sebagai satu team pewarta. Hal ini tentu menantang gereja misioner zaman ini. Apakah spirit Paulus dan Barnabas yaitu bertahan dalam penderitaan dan bekerja bersama sebagai satu team masih di miliki oleh Gereja masa kini?

 

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil memberikan wejangan-wejangan terakhir kepada para murid dan seluruh GerejaNya. Kali ini Ia meninggalkan satu peninggalan yang sangat berharga yaitu damai sejahtera. Yesus berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yoh 14:27). Damai sejahtera (shalom) adalah titipan Tuhan bagi manusia. Damai yang sejati itu berasal dari Tuhan. Tuhan memberinya secara cuma-cuma kepada manusia, begitu indah dan sangat berbeda dengan tawaran damai dari dunia. Damai titipan Tuhan ini patut dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepadaNya dan barangsiapa membawa damai titipan Tuhan ini akan disebut anak-anak Allah (Mat 5:9).

 

Wejangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah perjalanan kembali kepada Bapa. Yesus

melewati perjalanan ini dengan wafat dan bangkitNya dari alam maut. Paskah Yesus ini mendamaikan manusia dan Bapa di surga. Perjalanan kembali kepada Bapa dilakukan Yesus untuk menyiapkan tempat peristirahatan kekal bagi kita semua yang percaya kepadaNya. Yesus berkata bahwa DiriNya dan Bapa adalah satu dan bahwa Ia sangat mengasihi Bapa. Tentu saja kata-kata Yesus ini memanggil kita semua untuk melakukan hal yang sama dengan Yesus yaitu mengasihi Bapa dan tinggal selamanya bersama Bapa.

 

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tetap tekun dalam iman sebagai murid-murid Kristus. Tentu saja banyak penderitaan dan kemalangan kita hadapi tetapi tidak mengurangi iman dan kasih kita kepada Yesus. Paulus dan Barnabas mengalami penderitaan tetapi mereka tekun dalam iman sehingga gereja tetap bertumbuh dengan subur di tanah-tanah misi. Para murid Kristus diharapkan membawa damai dan sukacita yang dititip Tuhan sampai ke ujung dunia. Dia sendiri, Tuhan kita akan menyertai kita semua hingga akhir zaman dalam mewartakan damai Tuhan. Apakah kita sebagai gereja, bertekun dalam iman dan berani mewartakan damai Tuhan yang sangat berbeda dengan damai duniawi?

 

Doa: Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai bila terjadi kebencian, peperangan dan penindasan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply