Renungan 22 Juni 2013

Hari Sabtu, Pekan Biasa XI
2Kor 12:1-10
Mzm 34: 8-9.10-11.12-13
Mat 6:24-34


Jangan kuatir akan hari esok!

Siapa yang tidak pernah khawatir di dalam hidupnya? Beberapa hari yang lalu saya di datangi seorang ibu untuk berbicara. Ia memulai pembicaraannya dengan mengatakan, “Pastor, tolong doin anak gadis saya. Dia sudah berusia 30 tahun tetapi belum punya pasangan yang tepat. Saya kuatir nanti dia jadi perawan tua”. Saya lalu mengingat banyak orang tua memiliki kekuatiran tersendiri karena anaknya belum menemukan jodoh yang tepat. Kekuatiran selalu berjalan bersama rasa gengsi dan malu karena sahabat-sahabat lain sudah memiliki cucu yang lucu sedangkan orang tua itu belum punya cucu. 

Ada juga seorang anak merasa kuatir sebelum menerima buku laporan pendidikan. Ia mengirim pesan singkat: “Pastor John, doain aku ya. Aku kuatir tidak naik kelas”. Saya bertanya apakah dia belajar dan bagaimana prestasi belajarnya. Ia menjawabku bahwa ia tekun belajar dan hasil belajarnya cukup memuaskan. Saya mengatakan kepadanya supaya jangan kuatir tetapi percaya kepada Tuhan. Ia mengirim pesan setelah menerima Buku Raport dengan mengucap syukur kepada Tuhan dan nama saya juga ditulis karena ia naik kelas. Ada juga sahabat saya yang kuatir, jangan sampai ia jatuh miskin. Oleh karena itu di kepalanya penuh perhitungan, jadinya lebih pelit dan tidak murah hati dengan sesama yang sedang membutuhkan. Orang lain diingatkan untuk menyumbang dengan sukarela, tetapi dia sendiri tidak tergerak untuk menyumbang. Dia kuatir dan takut menjadi miskin. Setiap orang memiliki rasa kuatir tersendiri.

Tuhan Yesus juga melihat semua orang yang datang kepadaNya memiliki rasa kekuatiran tersendiri. Lebih lagi ketika Tuhan mengajar mereka untuk tidak mengumpulkan harta di bumi, tetapi lebih baik mengumpulkan harta di Surga. Harta di bumi sifatnya fana, ngengat dan karat merusakkan, dapat dicuri sedangkan harta surgawi sifatnya kakal. Harta dunia disebut sesuatu sedangkan harta surgawi bukan sesuatu melainkan siapa. Dan Dia adalah Yesus Kristus sendiri. Dialah satu-satuNya harta surgawi kita. Dialah yang mengatakan bahwa Ia pergi kepada Bapa, menyiapkan tempat bagi kita, Ia kembali untuk menjemput kita sehingga di mana Ia berada, kita juga berada (Yoh 14:1-3). Dan memang orientasi hidup kita adalah menuju kepadaNya dan nantinya tinggal bersama Dia selama-lamanya.

TuhanYesus Kristus tidak hanya berjanji tetapi Ia selalu memenuhi janjiNya. Pada hari ini Yesus memulai pengajaranNya dengan mengingatkan para muridNya untuk setia kepadaNya sehingga mereka dapat memperoleh keselamatan kekal. Ia berkata: “Tidak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain atau Ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kalian tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”. Yesus mengetahui situasi para muridNya yang belum memiliki sikap lepas bebas. Oleh karena itu Ia sebelumnya juga mengatakan “Di mana hartamu berada, di sana hatimu juga berada” Inilah yang dapat menimbulkan perubahan perilaku mereka sebagai murid yang mengabdi Tuhan dan Mamon. Tentu orang akan memilih mengabdi Mamon yang kelihatan daripada mengabdi Tuhan. Dan ini adalah sebuah realitas. Munculnya budaya hedonisme dan konsumerisme adalah bukti manusia mengabdi kepada harta duniawi atau Mamon.


Selanjutnya Yesus mengingatkan para muridNya supaya jangan khawatir atau cemas akan hidup dan segala kebutuhan hidup mereka seperti makanan dan minuman, pakaian, dan tubuh mereka sendiri. Yesus tahu bahwa mereka datang dari tempat yang jauh, sudah meninggalkan segala sesuatu untuk datang dan mendengarNya. Untuk mempertegas pengajaranNya, Yesus memberi contoh burung-burung di langit yang tidak bekerja tetapi diberi makan oleh Bapa Surgawi. Bagi Yesus, manusia lebih berharga di mata Tuhan Bapa di Surga. Ini hal yang sering dilupakan oleh manusia. 

Yesus juga mengatakan supaya jangan kuatir akan pakaian. Bunga bakung di lembah tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal. Allah akan mendandani umatnya dengan keindahan. Oleh karena itu diharapkan supaya para murid dapat percaya kepadaNya. Hanya bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah yang dapat mencari apa yang mereka mau makan dan minum dan pakaian untuk menutupi tubuh. Bapa di Surga sudah mengetahui semua yang dibutuhkan orang yang percaya kepadaNya maka Ia akan menyiapkan segalanya. Pada akhirnya Yesus mengatakan kepada mereka supaya meninggalkan segala kekuatiran dan percaya akan semua rencana dan kehendak Tuhan. Hal yang harus mereka lakukan adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya sehingga semua dapat ditambahkan di dalam hidup setiap orang. Hari esok bagi Yesus, memiliki kesusahan tersendiri.


Rasa kuawatir dan cemas kadang menguasai kehidupan setiap orang percaya. Dengan

perasaan seperti itu membuat orang dapat menjauhkan diriNya dari Tuhan. Orang menjadi lupa akan semua karya dan kebaikan Tuhan bagi dirinya. St. Petrus dalam suratnya mengingatkan kita semua: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya sebab Ia yang memelihara kamu” (1Pt 5:7). Apakah ketika merasakan kekuatiran hidup atau aneka kecemasan, kita sudah berusaha untuk menyerahkan segala kekuatiran hidup itu kepada Tuhan? Atau kita terlalu percaya diri dan lupa akan kuasa dan kebesaran Tuhan. Hidup dengan sikap mudah putus asa, kuatir dan cemas masih menguasai hidup kita karena kita kurang percaya! 


Kita belajar dari pengalaman Paulus. di Korintus. Ia melihat dirinya sebagai pribadi yang memiliki banyak kelemahan. Ia tidak putus asa tetapi ia mempercayakan seluruh hidupnya ke dalam tangan Tuhan Yesus Kristus. Ia berani mengatakan bahwa dirinya bermegah di dalam kelemahannya. Ketika ia merasa lemah, ia percaya bahwa Tuhan Yesus hadir dan menguatkannya. Ia rendah hati dan meletakkan seluruh harapannya hanya kepada Tuhan. Orang yang sungguh-sungguh percaya akan mengikuti teladan Paulus untuk rendah hati dan percaya kepada Tuhan. Pengajaran dan hidup pribadi Paulus memang sinkron sehingga semua pengajarannya kepada jemaat di Korintus dapat didengar dan dimengerti oleh mereka.


Paulus adalah sosok gembala yang bekerja tanpa kenal lelah. Ia mengalami banyak kritikan bahwa ia tidak pernah masuk dalam kelompok dua belas rasul Yesus tetapi berani mengajar tentang Yesus. Orang lupa akan pengalaman mistis Paulus dalam perjalanan ke Damaskus. Kristus sendiri yang memanggil dan memilih dia sebagai rasul agung. Paulus memahami panggilannya ini namun di hadapan jemaat Korintus dan pengajar-pengajar palsu, ia rendah hati. Ia melihat semua kelemahan manusiawinya dan merasa bangga dan kuat karena di dalam kelemahannya, Tuhan Yesus hadir dan menguatkannya. 

Bagaimana dengan anda dan saya? Ketika berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan, kita mudah putus asa, kuatir dan cemas. Kita lupa bahwa Yesus selalu hadir bersama kita karena kita sendiri belum percaya sepenuhnya kepada Dia. Mari kita menata hidup kita hari ini untuk mengimaniNya sebagai Putera Allah yang hidup. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya.

Doa: Tuhan, banyak kali kami kuatir dengan hidup kami. Bantu dan pulihkanlah kami semua supaya menjadi orang yang sungguh-sungguh mengimani Engkau satu-satunya Tuhan dan Allah kami. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply