Renungan 16 Agustus 2013

Hari Jumad, Pekan Biasa XIX

Yos 24: 1-13
Mzm 136: 1-3.16-18.21-22.24
Mat 19:3-12

Karena ketegaran hatimu!

Pada suatu ketika, saya di datangi sepasang suami istri yang saya berkati pernikahan mereka beberapa tahun yang lalu. Mereka mau membicarakan masalah yang sedang mengganjal relasi mereka. Masalah pertama adalah ekonomi. Ada saja tuntutan dari pasangan yang tidak realistis. Artinya gaya hidup salah satu di antara mereka tidak sebanding dengan isi dompet yang ada. Masalah kedua adalah komunikasi mereka berdua, perlahan-lahan mandek. Di antara mereka tidak ada yang mau mengalah ketika terjadi sesuatu. Ketiga, masa lalu masih tetap menghantui. Mereka berdua sama-sama mengalami CLBK alias cinta lama bersemi kembali maka masing-masing mereka masih mesra-mesraan dengan mantan pacar mereka lewat sms dan bbm. Saya ditanya bagaimana mengatasi kemelut di dalam keluarga yang baru mereka bangun lima tahun. Saya sendiri mendengar pembicaraan mereka, bingung dan tidak tahu apa yang harus saya jawab. Mengapa? Karena saya dahulu mengatakan kepada mereka bahwa apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Saya berusaha menyadarkan mereka untuk mengingat saat-saat awal penuh bahagia, bertemu, berpacaran hingga menikah. Mereka sama-sama merasakan kebahagiaan yang tidak terkatakan. Pengalaman ini yang harus tetap dimiliki.


Ini salah satu pengalaman pastoral yang tidak bisa saya lupakan. Tugas saya sebagai pastor adalah memberkati pria dan wanita yang merasa cocok satu sama lain untuk menjadi satu daging dalam perkawinan suci. Mereka bukan lagi dua melainkan satu saja. Lalu mengapa selalu muncul masalah-masalah di dalam keluarga-keluarga? Karena baik suami maupun istri sama-sama sombong. Tidak ada seorang pun yang mau rendah hati untuk mengalah, sekalipun ia mungkin benar. Andaikan ada yang mau rendah hati dan mengalah maka mungkin keluarga-keluarga kristiani akan mampu mengubah dunia. Hal terpenting yang harus diingat oleh para pasturi adalah mereka merasa cocok satu sama lain atau sepadan satu sama lain dan dari situ mereka masing-masing dapat mengungkapkan rasa cinta kasih mereka sebagai pasangan suami dan istri.

Pada suatu hari orang-orang Farisi datang untuk mencobai Yesus. Mereka bertanya kepada Yesus, apakah diperbolehkan seorang suami menceraikan istrinya dengan alasan apa saja. Alasan mereka adalah, Musa sendiri memperbolehkannya, khususnya membuat surat cerai. Yesus tidak menjawab boleh atau tidak boleh. Ia justru memberikan wejangan yang sangat menarik. Wejangan ini mau menekankan bahwa perkawinan antara pria dan wanita tidak dapat dipisahkan. Ada empat hal yang ditekankan oleh Yesus:

Pertama, Tuhan mempunyai rencana yang indah maka pada mulanya Ia menciptakan pria dan wanita (Mat 19:4). Ini berarti nilai diri kita sebagai pria dan wanita itu luhur adanya.

Kedua, Sebab itu laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan istrinya (Mat 19:5). Tuhan punya rencana supaya pria meninggalkan orang tuanya untuk bersatu dengan istrinya bukan bersatu dengan orang lain. Hal ini sangat luhur dan hanya bisa dihayati dengan iman. Seorang pria harus meninggalkan orang tuanya untuk bersatu dengan istrinya. 

Ketiga, seorang pria yang sudah meninggalkan orang tuanya bersatu dengan istrinya dan keduanya menjadi satu daging. Ini merupakan suatu hal yang luhur: seorang pria bersatu dengan seorang wanita. Maka dari awalnya Tuhan punya rencana supaya perkawinan itu hanya untuk seorang pria dan wanita yang bersatu menjadi satu daging! Pria dan wanita akan bersatu secara fisik dan memiliki anak. Hal ini berarti tidak ada perkawinan pria dan pria atau wanita dengan wanita. 

Keempat, Apa yang dipersatukan Allah tidak dapat diceraikan manusia (Mat 19:6). Allah sendiri hadir dalam diri pria dan wanita dalam perkawinan. Dialah yang mempersatukan mereka maka betapa berdosanya kalau manusia saling memisahkan. Masalahnya adalah pada hati manusia yang degil.Kedegilan hati manusia membuat perkawinan yang merupakan persekutuan luhur pria dan wanita terancam bahkan sampai terjadi perceraian.

Tuhan tidak pernah menghendaki perceraian. Dialah yang mempersatukan pria dan wanita dalam perkawinan maka manusia tidak punya kuasa untuk memisahkan dirinya dari pasangan hidupnya.Tentang perkawinan, Yesus sendiri mengatakan bahwa ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian lahir dari ibunya, ada yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga.

Di dalam bacaan pertama, Yosua berusaha menyadarkan umat Israel akan peran Tuhan bagi mereka. Maka Yosua meminta kepada seluruh umat untuk berkumpul di mulai menceritakan segala sesuatu yang dilakukan Tuhan mulai dari Mesir hingga tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan melalui nenek moyang mereka. Perjalanan umat Israel memang menjadi sebuah pengalaman yang menarik. Mereka mengalami jatuh dan bangun, bersungut-sungut tiada hentinya. Anehnya, Tuhan tetaplah Tuhan yang memperhatikan umat kesayanganNya. Dia tidak memperhitungkan dosa tetapi iman kitalah yang diperhitungkanNya.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat inspiratif. Kita semua diarahkan untuk menghayati panggilan dengan baik. Tuhan sendiri menuntun kita secara pribadi. Banyak dosa dan salah yang kita lakukan tetapi terus menerus Tuhan mengampuninya. Tuhan mau supaya kita sungguh-sungguh layak bagiNya. Mari kita dengan rendah hati memohon rahmat pertobatan dari Tuhan.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk menjadi orang yang setia dalam hidup panggilan kami masing-masing. Amen,

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply