Hari Senin, Pekan Biasa XX
Ada seorang pemuda datang dan berbicara dengan saya setelah pengakuan dosanya di Gereja. Ia bertanya kepadaku alasan mengapa ia selalu jatuh dalam dosa yang sama. Saya mengatakan kepadanya bahwa dia sendirilah yang harus mencari alasan mengapa ia selalu mengulangi dosa yang sama bukan pastornya yang memberi alasan. Setelah berbincang cukup lama saya mengatakan kepadanya bahwa pertobatan itu berasal dari dalam diri kita. Apa yang harus kita lakukan? Pertama, kita harus memiliki iman kepada Tuhan karena imanlah yang menyelamatkan kita. Dengan mengimani Allah, kita akan merasa malu karena selalu mengulangi dosa yang sama. Kita belum memiliki kesungguhan untuk mengakui dosa dan salah kita serta membangun niat untuk bertobat. St. Bernardus dari Clairvaux pernah berkata, “Pertobatan yang tulus adalah menghindari kesempatan untuk berbuat dosa”. Kedua, kita harus rendah hati di hadirat Tuhan. Orang yang rendah hati akan bersujud dan memohon ampun dari Tuhan karena ia mengenal dirinya dengan baik. Ketiga, tekun berdoa. Orang yang tekun dalam doa akan menyadari dosa dan salahnya sehingga dengan sendirinya dapat bertobat. Keempat, komitmen yang sungguh-sungguh. Orang harus berpegang teguh pada komitmennya untuk bertobat dengan tidak menulangi dosa-dosanya.
Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan dari Bangsa Israel. Mereka sudah menempati tanah yang dijanjikan Tuhan kepada nenek moyang mereka yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Tanah yang kaya dengan susu dan madu, penuh dengan kesejahteraan. Pada suatu kesempatan Tuhan mengutus malaikatNya naik dari Gilgal, sebuah tempat suci pertama kaum Israel, di samping Yordan ke Bokhim. Tuhan berfirman denan mengingatkan mereka semua perbuatan besar dan ajaib yang sudah dilakukanNya kepada mereka: “Aku telah menuntun kamu keluar dari Mesir dan telah menghantar kamu memasuki tanah yang telah Kujanjikan kepada nenek moyangmu. Aku tidak membatalkan perjanjianKu dengan kamu, tetapi kamu tidak boleh sekali-kali mengadakan perjanjian dengan orang Kanaan dan kamu harus merobohkan altar mereka. Akan tetapi kamu tidak menaati perintahKu. Mengapa kamu berbuat seperti itu” (Hak 2:1-2).
Yesus. Pemuda itu bertanya kepada Yesus sebuah syarat untuk memperoleh hidup kekal. Yesus mengatakan kepadanya bahwa untuk dapat masuk ke dalam hidup, ia harus mentaati semua perintah Tuhan Allah. Ternyata perintah-perintah Tuhan itu sudah ditaatinya sebelumnya. Ia bertanya lagi kepada Yesus tentang hal apa lagi yang masih kurang dari dirinya. Yesus memandangnya dengan kasih, dan mengatakan titik kelemahannya yakni pada semua harta yang masih mengikat hatinya. Yesus berkata: “Jika engkau hendak menjadi sempurna, pergilah dan juallah segala yang kaumiliki dan berilah uang itu kepada orang miskin, maka engkau akan menjadi pemilik harta di surga. Lalu kembalilah dan ikutlah Aku” (Mat 19:21). Pemuda itu menyesal dan pergi karena hartanya banyak.
Yesus memandang pemuda itu dengan kasih dan mengetahui bahwa di mana hartanya berada, hatinya juga masih berada di sana. Untuk menjadi pengikut Kristus yang setia, ia harus berusaha untuk lepas bebas dari semua harta kekayaannya. Yesus mengatakan kepadanya untuk pergi dan menjual semua harta. Menjual harta saja belum cukup karena hasil penjualan itu harus diberikan kepada kaum miskin. Setelah tidak punya apa-apa maka harapannya hanyalah kepada Tuhan. Pada saat itulah ia boleh kembali kepada Yesus dan mengikutiNya. Kristus adalah Tuhan, tetapi rela memilih untuk menjadi miskin, rela mengosongkan dirinya! (Flp 2:7). Pertobatan yang benar dapat terjadi ketika orang berani mengosongkan dirinya dan membiarkan Tuhan Yesus masuk dan tinggal di dalam dirinya. Maranatha!