Renungan 21 Agustus 2013

Hari Rabu, Pekan Biasa XX
Hak 9:6-15

Mzm 21:2-3.4-5.6-7

Mat 20:1-16a


Hidup Kekal adalah Anugerah Allah!

Tuhan Pernah berjanji kepada Abraham tanah Kanaan yang subur, penuh dengan susu dan madu (Kej 12). Abraham sendiri adalah seorang penggembala tetapi dalam perkembangan selanjutnya pertanian juga menjadi salah satu mata pencaharian. Orang-orang Israel ketika keluar dari Tanah Mesir, mereka juga pergi ke tanah Kanaan, sebuah daerah yang dijanjikan Tuhan jauh sebelumnya kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Daerah Israel memang daerah yang unik. Sebagian besarnya adalah daerah padang pasir, tetapi daerah Galilea dan lembah Yordan sangat subur. Oleh karena itu sejak dahulu banyak orang memilih hidup sebagai petani. Tanaman yang popular pada masa hidup Yesus adalah gandum, sayur-mayur dan anggur. Hingga saat ini daerah Galilea masih termasuk daerah yang subur untuk tanaman gandum, sayur mayur dan buah-buahan.

Tuhan Yesus, menurut Penginjil Matius dalam bacaan Injil hari ini menggambarkan Kerajaan Sorga sebagai sebuah ladang yang subur dan butuh para pekerja. Ada seorang tuan rumah keluar untuk mencari para pekerja untuk kebun anggurnya. Anggur melambangkan umat Israel sendiri yang setia kepada Yahwe (Yes 5:1-7. Yer 2:21. Yeh 17:6-10; 19:10-14). Upah yang ditawarkan adalah satu dinar sehari dan waktu kerjanya pun disesuaikan dengan waktu-waktu penting bagi orang-orang Israel saat itu. Tuan rumah itu pergi mendapatkan para pekerja dan mengundang mereka untuk bekerja pada jam enam pagi, sembilan pagi, dua belas siang, jam tiga sore dan jam lima sore. Hal yang menarik bagi para pekerja adalah upah harian sudah disepakati di antara para pekerja dan tuan yang empunya kebun anggur yakni satu dinar. Tuan rumah itu kelihatan  murah hati, hanya cara pengupahannya provokatif. Mengapa dikatakan provokatif? Karena Ia menggunakan caranya tersendiri dalam memberi upah kepada para pekerja yang bekerja dari pagi hingga malam sesuai dengan kesepakatan kerja. Orang yang dipanggil pertama untuk menerima upah adalah mereka yang bekerja dari jam lima sore, kemudian jam tiga, jam dua belas, jam sembilan dan jam enam pagi. Mereka semua menerima satu dinar. Tentu saja muncul protes dari para pekerja karena tuan rumah tidak memperhitungkan waktu kerja. Di pihak tuan, Ia memang mau menunjukkan kemurahan hatinya dan mau juga mengatakan bahwa semua orang itu sama atau sederajat.

Sikap murah hati dan provokatif tuan rumah ini tentu membuat para pekerja menjadi iri hati satu sama lain. Masa orang yang kerja jam lima sore juga mendapat satu dinar seperti orang yang masuk kerja pada jam enam pagi. Pada zaman ini banyak orang bersungut-sungut ketika mendengar perumpamaan ini. Pikiran orang langsung kepada masalah keadilan social dan bahwa hak-hak buruh tidak diperhatikan dengan baik. Dalam konteks para pekerja di dalam Injil, tentu saja rasa bersungut-sungut mereka itu ditujukkan kepada pemilik kebun anggur yang tidak lain adalah Tuhan sendiri. Tetapi sang pemilik kebun anggur itu sambil tertawa, berkata: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”

Memang Tuhan itu sangat berbeda dengan manusia. Ia mengasihi semua orang dengan kasihNya yang sempurna. Maka perumpamaan Yesus ini dapat dipahami dalam konteks kehidupan kekal. Bagi Yesus dalam perumpaman ini, kehidupan kekal tidaklah diperoleh karena hak untuk memperolehnya ataukah jasa-jasa baik dalam pengabdian. Kehidupan kekal itu adalah anugerah cuma-cuma dari Tuhan Allah. Dialah yang punya andil untuk memberi kehidupan kekal kepada umat kesayanganNya. Maka Tuhan yang disimbolkan oleh tuan rumah di sini tidak membuat perhitungan berdasarkan jasa dan hak dari setiap orang, tetapi semata-mata karena kemurahan hatiNya. Di sinilah letak perbedaan Tuhan dan manusia. Tuhan memeberi dengan murah hati, manusia yang menerima penuh dengan perhitungan hak dan jasa.

Tuhan Yesus agaknya menggunakan perumpamaan ini untuk mengakomodir dan membela kaum papa dan miskin, kaum pendosa yang sering tidak diperhatikan dalam masyarakat saat itu. Bagi banyak orang, kaum miskin dan pendosa memiliki kemungkinan kecil untuk masuk dalam Kerajaan Surga. Tentu hal ini sangat berbeda di mata Tuhan. Tuhan memandang kaum papa dan miskin, juga pendosa sebagai anak-anakNya yang patut di kasihi. Mereka juga memiliki kesempatan untuk masuk di dalam Kerajaan Surga.



Kemarin dalam bacaan pertama kita mendengar kisah panggilan Gideon atau Yerubaal

untuk menyelamatkan Israel. Ia dipanggil dan dipilih Tuhan untuk menyerang kaum Midian yang sedang menindas Israel dan Tuhan menyertainya. Gideon sendiri memiliki banyak anak. Anak-anak dari istri-istri sah Gideon berjumlah 70 orang. Yotam artinya Allah yang sempurna, adalah anak bungsunya, dan satu-satunya yg selamat dari kesadisan Abimelekh yg membunuh semua kakak Yotam. Dalam perikop kita, Yotam memberi perumpamaan tentang pohon-pohon yg memilih semak duri menjadi raja mereka (kehormatan yg ditolak oleh pohon zaitun, kemudian oleh pohon ara dan pohon anggur). Yotam sebenarnya mau menghimbau orang Sikhem supaya menentang Abimelekh yang jahat(Hak 9:5). Himbauan itu mereka abaikan, tapi peringatan Yotam menjadi kenyataan 3 tahun kemudian (Hak 9:57).


Siapakah Abimelekh itu? Abimelekh artinya bapak raja. Abimelekh adalah anak dari Gideon dengan seorang gundik dari Sikhem. Dengan kematian Gideon ayahnya, Abimelekh dinobatkan sebagai raja di Sikhem. Hal ini bertentangan dengan tradisi di Israel, yang berpegang teguh bahwa Yahweh sendirilah raja mereka. Memang jauh sebelumnya, kota tersebut menolak Abimelekh, namun ia menghancurkannya sebagai balas dendamnya. Ada bukti arkheologis penghancuran Sikhem sekitar tahun 1150-1125 sM. Saya sekali karena ketika menyerbu Tebes, ia tewas oleh seorang perempuan, yang menimpakan sebuah batu kilangan dan meremukkan batok kepalanya (Hak 9:53). Dalam keadaan sekarat, ia meminta sebilah pedang dan algojo baru untuk membunuhnya.


Kisah ini menunjukkan bagaimana orang bersikap egois dan mengorbankan sesamanya. Gideon pilihan Tuhan tetapi masih juga mempunyai gundik orang Sikhem yang melahirkan Abimelekh. Sebagai anak dari istri yang tidak sah, ia dinobatkan sebagai raja. Dosa besar dibuatnya dengan membunuh anak-anak sah dari Gideon yang berjumlah 70 orang. Hanya Yotam yang selamat dan menyindir Abimelekh dengan pepohonan. memang orang kalau gila kuasa maka ia akan berbuat apa yang ia mau. Pada zaman ini masih ada Abimelekh modern. Mereka adalah orang yang gila kuasa dan dapat melakukan apa saja yang mereka mau. Nah, orang-orang egois selalu melihat hal-hal yang menguntungkan diri mereka, menindas dan membunuh para pesaingnya. hal ini berbeda dengan Tuhan yang semata-mata mengasihi. Dia sendiri adalah kasih! 

Sabda Tuhan pada hari ini sangat kaya maknanya. Kita semua diingatkan oleh Tuhan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga, tidaklah diukur dari besarnya jasa dan hak manusia tetapi semata-mata pada kasih Tuhan. Mari kita belajar bermurah hati, mengasihi semua orang tanpa memandang siapakah orang itu. Kita melepaskan semua rasa egois yang menyelimuti hidup kita. Tuhan sendiri tidak pernah egois.

Doa: Tuhan Bapa di dalam Surga. Kami bersyukur untuk Sabda yang Engkau berikan kepada kami pada hari ini. Bantulah kami untuk senantiasa bermurah hati dan mampu mengasihi semua orang sebagaimana Engkau lakukan sendiri kepada kami. Amen

PJSDB  

Leave a Reply

Leave a Reply