Homili 23 November 2013

Hari Sabtu, Pekan Biasa XXXIII

1Mak 6:1-13

Mzm 9: 2-3.4.6.16b.19

Luk 20: 27-40

 

Semua orang hidup bagi Allah

P. John SDBSelama beberapa hari ini kita mendengar kisah kejahatan raja Antiokhus Epifanes. Ia banyak berperan dalam tindakan-tindakan kejahatan terhadap umat Israel terutama mencemarkan Bait Suci di Yerusalem dan mempengaruhi orang Yahudi untuk memakan daging babi yang oleh orang Yahudi itu najis. Ketamakan dan nafsu berkuasanya semakin menjadi-jadi ketika ia menjelajahi wilayah pegunungan dan mendengar bahwa ada banyak kekayaan terutama emas dan perak di Elimais, Persia. Di samping emas dan perak ada juga alat perang yang terbuat dari emas, lemena serta senjata yang ditinggalkan Alexander bin Philipus raja Makedonia. Karena ketamakannya, ia berencana ke Elimais untuk mengambil harta itu. Namun niatnya diketahui penduduk sehingga mereka melakukan pertikaian dengannya. Ia merasa kesal dan malu sehingga berniat untuk kembali ke Babel. Berita mengagetkan juga datang dari Yudea dimana pasukannya juga dipukul mundur. Semua kejahatannya di Yerusalem terungkap dan Bait Suci juga dilindungi. Raja yang tadinya begitu bernafsu, kini merasakan kesulitan besar. Ia merebahkan dirinya ke atas tempat tidur, stress karena semua rencana kejahatannya tidak berhasil. Sebelum meninggal dunia ia menyatakan penyesalannya karena tindakan kejahatan yang sudah dilakukannya di Yerusalem terutama perkakas perak dan emas. Ia menyadari bahwa semua malapetaka yang sedang dialaminya terjadi karena kejahatan yang dilakukannya di negeri asing.

Kisah raja Antiokhus Epifanes ini menarik perhatian kita semua. Hidupnya dipenuhi oleh nafsu-nafsu yang jahat dan ia merasa bahwa segala-galanya bisa diatur oleh kekuasaannya. Iman kepada Tuhan saja diatur olehnya sehingga banyak orang menjadi murtad dan beralih kepada adat istiadat asing serta menyembah berhala. Namun kekuatan ilahi juga dirasakan ketika pasukannya dipukul mundur di Yudea. Nada penyesalan orang jahat itu patut di perhitungkan. Banyak kali kita mudah menilai orang dari perbuatan jahatnya dan kita berpikir bahwa semuanya itu akan berakhir dalam kejahatan juga. Ternyata Tuhan memiliki rencana yang lain. Banyak orang jahat yang bertobat pada saat sebelum menghembuskan nafasnya. Kita ingat kisah orang jahat yang disalibkan bersama Yesus di golgota. Ia menyatakan pertobatannya dan Yesus mengatakan kepadanya bahwa ia akan selamanya berada bersama Yesus di Firdaus. Ini menandakan bahwa kuasa Allah sungguh-sungguh ada dan Allah adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati.

Pada hari ini kita mengawali perayaan Ekaristi dengan sebuah antiphon yang bagus: “Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup karena semua orang hidup bagi Dia” (Luk 20: 37b.38). Antifon ini bagus dan inspiratif karena mengantar kita untuk mengingat kembali pengakuan iman berdasarkan Credo Nicea: “Aku percaya akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal”. Kita dapat mengakui iman akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal karena Allah kita adalah Allah orang hidup dan di hadapanNya kita semua hidup dan hidup bagi Dia.

Penginjil Lukas mengisahkan perjumpaan antara Yesus dan kaum Saduki. Kaum Saduki adalah orang-orang keturunan imam Zadok (2Sam 8:17; 1Taw 6:8) dan menjadi kelompok inti para imam yang menjalankan tugas peribadatan di dalam Bait Allah di Yerusalem setelah masa pembuangan (Yeh 40:46; 34:19). Pada zaman Yesus, kaum Zaduki termasuk kaum ningrat yang kaya raya. Keunikan dari kaum Zaduki ini adalah mereka tidak mengakui kebangkitan badan. Pandangan ini memang berseberangan dengan kaum Farisi yang percaya kepada kebangkitan badan. Mereka berpegang pada huruf Taurat Musa dan tidak terbuka lagi pada penjelasan tambahan tentang kebangkitan badan dari para guru Farisi. Memang perlu diakui bahwa Taurat Musa sendiri tidak berbicara dengan jelas tentang kebangkitan badan.

Mereka mengajukan sebuah kasus kepada Yesus tentang perkawinan ipar. Isi kasus adalah  bahwa ada seorang wanita yang menikah dengan tujuh bersaudara tanpa meninggalkan keturunan. Pertanyaan mereka: Pada hari kebangkitan, siapakah yang akan menjadi suami dari wanita itu? Ini adalah pertanyaan untuk mencobai Yesus maka Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka. Sebaliknya Yesus menjelaskan kepada mereka hal-hal yang baru dan mendalam. Hal pertama, menurut Yesus, orang-orang di dunia ini kawin dan dikawinkan. Ini adalah lembaga khas ketika manusia masih hidup di dunia. Sang lelaki meninggalkan orang tuanya, pergi dan bersatu dengan istri sehingga keduanya menjadi satu daging. Persekutuan semacam ini memang luhur dan hanya berlaku di dunia. Orang-orang yang sudah meninggal dunia dan layak di hadirat Allah akan dibangkitkan dan mereka itu tidak akan mati lagi. Dengan demikian perkawinan pun tidak lagi diperlukan di dunia kebangkitan. Hal kedua yang penting yang dikatakan oleh Yesus adalah mereka yang sudah dibangkitkan dan tinggal bersama dengan Allah itu seperti malaikat. Malaikat itu roh yang tidak memiliki badan, tidak berjenis kelamin sehingga mereka juga tidak kawin dan dikawinkan. Mereka seperti malaikat dan melayani Tuhan siang dan malam dan tidak memikirkan kawin dan tidak kawin. Orang-orang saduki ini memang unik karena mereka juga tidak menerima adanya malaikat dan roh (Kis 23:8).

Yesus juga mengatakan bahwa sebenarnya Allah sudah mengatakan semuanya ini kepada Musa dan Musa juga mengatakan pengalaman iman ini kepada orang Israel. Ketika berada di padang Gurun, Musa melihat belukar menyala dan Allah sendiri mengakui diriNya sebavai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Nenek moyang mereka ini sudah lama meninggal dunia tetapi Tuhan tetap mengatakan diriNya sebagai Allah mereka. Ini tentu mau menandakan bahwa Allah berkuasa atas orang hidup dan mati. Dan juga Allah kita bukan Allah orang mati melainkan Allah orang hidup karena di hadapannya semua orang hidup. Relasi Allah dan manusia di dunia tidak terputus tetap tetap berlanjut karena Allah memelihara hidup mereka di dunia yang lain.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat bermakna. Hidup kita selalu diliputi suasana yang membuat kita jatuh dalam kejahatan tetapi Tuhan juga memiliki rencana untuk menyelamatkan dan memberikan hidup kekal. Mari kita berpegang teguh  dan bertumbuh dalam keyakinan akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal!

Doa: Tuhan, kami bersyukur karena Engkau memberikan kekekalan kepada kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply