Hari Rabu, Pekan I Adven
Yes 25:6-10a
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Mat 15: 29-37
Tugas kita adalah membantu Yesus
Kita berada di hari keempat dalam masa adventus dan berjumpa dengan Yesus yang naik ke atas bukit. Ia duduk, dikelilingi oleh para muridNya. Di dalam Kitab Suci, Yesus naik ke atas bukit biasanya Ia mau menunjukkan persekutuanNya dengan Bapa di dalam Surga yang memberikan segala kuasa kepadaNya. Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaNya (Yoh 10:38). Maka dengan hati yang menyatu dengan Bapa, Ia berkata: “HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu” (Mat 15: 32). Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan kepada orang-orang yang sakit. Kali ini orang banyak yang datang kepada Yesus adalah mereka yang ingin mendapat kesembuhan, pengajaran dan kepuasan. Orang-orang yang ingin mendapat kesembuhan adalah mereka yang sakit: lumpuh, timpang, buta dan bisu. Mereka memohon berkat untuk disembuhkan. Orang-orang ini merasakan mukjizat kesembuhan dari Tuhan Yesus sehingga menakjubkan banyak orang lainnya. Tindakan Yesus ini menggenapi waktu mesianis yang dinubuatkan Yesaya: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak sorai” (Yes 35: 5-6).
Orang-orang sakit dan para pengantarnya menunjukkan kesetiaan mereka untuk terus mendengar semua pengajaran Yesus. Nah, mereka semua tidak hanya ingin mendapat kesembuhan tetapi juga mau mendapat pengajaran berupa berita gembira tentang Kerajaan Allah.Tiga hari bersama Yesus merupakan waktu mesianis yang luar biasa. Tiga hari yang menyempurnakan hidup mereka semua. Orang tidak hannya menjadi sembuh, tetapi hidupnya juga diubah dari dalam karena pengajaran Yesus.
Belas kasihan Yesus menjadi sempurna ketika Ia memuaskan mereka dengan santapan berupa roti dan ikan. Dengan tujuh buah roti dan beberapa ikan kecil, Yesus berekaristi dan menjamu mereka sehingga mereka mendapat kepuasan dan kelegaan. Jadi Yesus tidak hanya memberkati dan mengajar tetapi lebih dari itu Ia memberikan roti dan ikan untuk memuaskan hidup mereka. Pada saat ini kita boleh katakan bahwa belas kasih Tuhan itu menjadi sempurna dalam perayaan Ekaristi di mana Yesus memberi diriNya secara total sebagaimana dilambangkan oleh roti dan anggur. Roti itu diambil, disyukuri, dipecah-pecah dan dibagi-bagi sehingga memuaskan semua orang. Yesus merelakan diriNya menjadi kurban penebusan dosa kita semua.
Selama masa adventus ini kita semua diajak untuk menyerupai Yesus Kristus dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Sama seperti Yesus yang memberkati banyak orang sehingga mereka sembuh, perbuatan-perbuatan baik yang mencerminkan belas kasih Tuhan di dalam diri kita juga dapat menjadi berkat yang menyembuhkan kehidupan banyak orang. Jadi anda dan saya menjadi berkat bagi sesama di masa adventus ini.
Kita bisa mengajar banyak orang bukan dengan kata-kata tetapi dengan teladan hidup. Pada zaman ini ada krisis keteladanan. Banyak orang tua yang tidak menjadi orang tua yang baik. Mereka tidak menyadari tugas mereka untuk mendidik anak-anaknya. Ada yang berpikir bahwa sudah cukup mengungkapkan kasih dengan memberi barang-barang mahal dan lupa bahwa kasih itu lebih mahal dari segala yang ada.
Kita mengurbankan diri seperti roti yang memuaskan banyak orang yang lapar. Pemberian diri, waktu, bakat dan kemampuan membuat banyak orang menjadi manusia. Mereka bisa menerima diri apa adanya, bertumbuh sebagai orang beriman karena kehadiran kita melegakan hidup mereka. Oleh karena itu kita harus berani berbagi.
Nabi Yesaya di dalam bacaan pertama juga mengatakan tentang perjamuan kekal. Ia bernubuat bahwa Tuhan semesta alam akan menyediakan di gunung Sion suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, anggur tua yang disaring endapannya. Perjamuan ini disediakan bagi segala bangsa. Ini berarti semua orang diundang oleh Tuhan untuk dipuaskan. Tuhan Yesus menggenapinya ketika menggandakan tujuh potong roti dan beberapa ikan yang diperuntukan bagi empat ribu orang. Mereka makan sampai puas bahkan masih ada sisanya. Tuhan memang selalu memberi kepuasaan kepada manusia. Bangsa Israel juga sudah mengalaminya di padang gurung ketika mereka makan mana sampai puas. Kisah ini mengarahkan kita semua sebagai orang beriman akan mengalami perjamuan abadi yang disediakan Bapa di Surga.
Di samping perjamuan yang nikmat dan memuaskan, Tuhan juga akan mengoyakan kain perkabungan, dan meniadakan maut untuk selama-lamanya. Segala bentuk penderitaan dan kemalangan akan lenyap, bahkan maut yang menakutkan pun akan ditiadakan oleh Tuhan. Hidup kekal adalah jaminan yang Tuhan berikan kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Dengan demikian semua orang juga akan mengakui Tuhan sebagai Dia yang dinanti-nantikan dengan sorak sorai karena keselamatan yang diberikan kepada umat pilihanNya.
Anda dan saya adalah rasul-rasul zaman ini. Kita menjadi mitra kerja dari Yesus, kita membantuNya untuk memberikati, mengajar dan memuaskan rasa lapar saudara dan saudari kita. Sebagai mitra Yesus, kita tidak melakukan pekerjaan pribadi tetapi pekerjaan-pekerjaan Tuhan sendiri. Dimuliakanlah nama Tuhan selama-lamanya.
PJSDB