Uomo di Dio

Berbahagialah…

 

P. John SDBPada suatu kesempatan, saya melakukan perjalanan ke Indonesia Timur. Selama di dalam pesawat saya melihat sorang teman di samping tempat duduk saya memegang sebuah buku berjudul “In the Eye of the Storm”. Buku itu ditulis oleh Max Lucado pada tahun 1991. Kelihatan buku itu sudah mulai usang tetapi dari judulnya membuat saya tertarik untuk mengetahui isi buku tersebut. Saya memberanikan diri memintanya, hanya untuk sekedar melihat-lihat isi buku tersebut dan ia pun sambil tersenyum memberinya kepada saya. Ternyata pembaca di samping saya seorang pendeta dan sangat mengagumi Max Lucado. Di salah satu halaman buku tersebut Max Lucado menulis 10 sabda bahagia versinya sendiri. Saya membacanya beberapa kali sambil tersenyum dengan kreatifitas Lucado. Saya memotretnya dan coba menerjemahkannya sebagai berikut:

Berbahagialah si buta yang menjadi pahlawan karena menjuarai lomba lari marathon dengan melewati garis finish tanpa melihatnya di San Francesco

Berbahagialah wanita dengan anak-anaknya yang ditinggalkan suami begitu saja dan ia harus membesarkan anak-anaknya dan membayar tagihan-tagihan dalam jumlah yang besar tetap ia tetap mengakui bahwa Tuhan selalu dekat padanya.

Berbahagialah seorang ayah yang menjadi orang tua tunggal bagi dua anak gadisnya yang baru belajar mengepang rambut.

Berbahagialah kakek dan nenek yang mengasuh cucu-cucunya karena anaknya tidak mau membesarkan mereka.

Berbahagialah orang tua angkat yang mengasuh seorang anak dalam waktu lama sehingga anak itu dekat dengan mereka tetapi pada suatu saat harus dilepaskan.

Berbahagialah gadis yang diberi saran untuk mengaborsi janin dalam kandungannya tetapi ia memilih untuk tetap menjaganya.

Berbahagialah dokter yang merawat dan mengobati lebih dari setengah pasiennya gratis.

Berbahagialah pecandu narkoba yang bertobat dan menjadi pewarta injil.

Berbahagialah para eksekutif yang setiap hari selasa pagi menyelenggarakan  ibadat dan pendalaman Alkitab.

Berbahagialah anda semua, kekasih-kekasih hidup dan kekasih-kekasih Allah yang berani.

Setelah membaca sepuluh sabda bahagia ini saya menyadari bahwa semuanya adalah hasil olahan pengalaman-pengalaman manusiawi setiap hari. Pengalaman-pengalaman hidup yang biasa tetapi menjadi luar biasa kalau direnungkan dan dipahami. Ada yang mungkin berprinsip “terima apa adanya hidup ini” tetapi ketika direnungkan dengan baik akan kelihatan kebajikan-kebajikan yang luar biasa.

Saya juga yakni bahwa dari kesepuluh sabda bahagia versi Lucado ini, ada yang mungkin masuk dalam pengalaman hidup setiap pribadi dan orang-orang yang dekat dengan kita. Saya sendiri memiliki seorang sahabat yang tadinya tergolong perokok kelas berat. Ia selalu berusaha untu tidak merokok lagi tetapi hanya sekedar niat tanpa tekun melakukan niatnya. Pada suatu hari ia mendengar anaknya menangis dan tidak mau pergi ke sekolah. Alasannya orang tuanya tidak memberinya uang untuk membayar uang buku di sekolah. Sebagai seorang ayah, ia keluar dari rumahnya, berjalan jauh dan mengingat kembali anaknya yang menangis karena tidak ada uang untuk membayar buku. Ayah itu menyadari bahwa ia seorang yang egois. Uang yang jumlahnya terbatas sebagian besar mengalir ke rokok sehingga anaknya ikut menjadi korban keegoisannya. Sambil berjalan ia mengatakan kepada bayangannya: “Tommy, kau egois. Jangan merokok lagi!” Dia mengulanginya dalam perjalanan tanpa tujuan itu. Pada hari berikutnya pada jam yang sama ia berjalan dan berbicara kepada bayangannya: “Thommy, kau egois. jangan merokok lagi!” Setelah seminggu perilakunya mulai berubah. Ia memeluk anaknya dan meminta maaf. Sejak saat itu ia memusuhi rokok.

Mari kita memandang Yesus sang inspirator kehidupan Pria Katolik. Tuhan Yesus itu peka dengan orang-orang pada zamanNya. Ketika berjumpa dengan kaum pendosa, Ia tidak mengingat-ingat dosa dan salah orang tersebut tetapi Ia selalu memandang dengan kasih dan menasihati untuk bertobat. Kisah tentang Zakheus di dalam Injil (Luk 19: 1-10) dan wanita yang tertangkap basa karena berzinah (Yoh 8: 1-11). Cinta kasih Tuhan memiliki daya mengubah kehidupan orang sehingga orang tersebut memperoleh kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang terbesar adalah ketika kita menyadari bahwa Tuhan Yesus juga memandang diri kita apa adanya dan mengatakan bahwa Ia tetap mengasihi kita selama-lamanya.

Pada hari ini kita perlu mewujudkan kebahagiaan yang Tuhan berikan di dalam hidup dan mensyukurinya. Tuhan selalu baik dengan kita dan mengasihi kita apa adanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply