Homili 6 Desember 2013

Hari Jumat, Pekan Adven I

Yes 29:17-24

Mzm 27:1.4.13-14

Mat 9:27-31

 

Mata orang buta akan melihat

 

Fr. JohnPada suatu kesempatan saya merayakan misa arwah. Orang yang meninggal dunia adalah seorang bapa yang konon buta seumur hidup. Ia memiliki tiga orang putra yang kalau dipandang sekilas seperti pinang dibelah dua dengannya. Semua orang di rumah duka merasa berduka dan kehilangan bapa tersebut. Ketika saya meminta salah seorang anak untuk memberi kesaksian, anak sulungnya berkata: “Ayah saya itu orang buta. Setelah saya bertumbuh menjadi dewasa baru menyadari bahwa dia buta. Saya pernah merasa dibulying dengan kata-kata oleh teman sebaya yang mengatakan bahwa ayahku buta. Saya merasa tertekan, tetapi apa yang saya rasakan? Saya merasa bahwa ayah memang buta secara fisik, tetapi ia selalu melihat kami dengan hatinya”. Semua orang tertunduk dan menyadari bahwa orang buta juga melihat dengan hati.

Selama masa adventus ini kita semua dibimbing oleh Sabda Tuhan untuk mengalami waktu mesianis. Salah satu tema penting dalam waktu mesianis adalah kerinduan dan harapan untuk berjumpa dengan sang Terang sejati yaitu Yesus Kristus. Ia berkata: “Akulah terang dunia, barangsiapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8:12). Kita menantikan Yesus sebagai terang yang menyinari dunia dan memanggil orang-orang yang masih buta secara rohani untuk datang kepadaNya. Kita mengingat episode  para majus dari Timur yang bertanya-tanya di Yerusalem: “Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?Kami telah melihat bintangnya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:2). Para majus saja bersukacita ketika melihat bintang (Mat 2:10).

Nabi Yesaya meyakinkan kaum Israel yang sedang mengalami perbudakan di Babel untuk memiliki visi ke depan, penuh optimism. Sikap optimis karena Tuhan itu lebih berkuasa dari pada segala penderitaan yang sedang dialami oleh manusia.  Penderitaan dan kemalangan itu hanya bersifat sementara saja. Yesaya memulai nubuat dengan mengambil contoh praktis dunia tumbuhan: “Bukankah hanya sedikit waktu lagi, Libanon akan berubah menjadi kebun buah-buahan dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan?” (Yes 29:17). Tanah Libanon yang gersang akan berubah menjadi hijau dan memberi makan buah-buahan kepada penghuninya. Ini semua adalah mukjizat yang hanya bisa dilakukan oleh Tuhan sendiri.

Dengan memandang karya ajaib yang Tuhan lakukan bagi tanah yang gersang, apalagi manusia yang diciptakan sesuai dengan wajahNya. Manusia itu laksana biji mata  Tuhan (Mzm 17:8). Maka Tuhan akan memulihkan penderitaan dan kemalangan mereka. Apa yang akan dilakukan Tuhan bagi umatNya? Bagi Yesaya, pada saat yang tepat orang-orang tuli akan mendengar dan mata orang buta akan melihat. Orang-orang yang menderita akan tambah bersukaria, orang miskin akan bersorak sorai (Yes 29:18-19). Waktunya Tuhan memang berbeda dengan waktunya manusia. Ia akan memulihkan kita semua sesuai dengan kehendakNya. Ia juga yang membebaskan manusia dari segala penindasan.

Permenungan Yesaya mengantar kita kepada Yesus sang Terang sejati. Dia selalu berjalan dalam lorong-lorongHealing Two Blind Men Matthew 9:27-29 kehidupan manusia dan menerangi hidup setiap pribadi. TerangNya membaharui manusia. Kali ini Ia berjumpa dengan dua orang buta tanpa nama. Kedua orang buta mungkin sudah mendengar Yesus maka mereka berusaha untuk memohon pertolongaNya. Mereka berseru: “Kasihanilah kami hai Anak Daud” (Mat 9:27). Seruan kedua orang buta ini adalah seruan orang-orang yang hendak mengalami waktu mesianis atau waktu keselamatan. Seruan mereka juga merupakan doa dengan penuh iman kepada Tuhan supaya dapat menganugerahkan terangNya. Ketika ditanyai Yesus apakah mereka percaya, mereka dengan tegas mengatakan percaya kepadaNya. Yesus pun menjamah mata mereka dan menyembuhkan keduanya. Sebagai tanda syukur atas kesembuhan dan hidup baru yang mereka rasakan, keduanya menjadi misionaris. Mereka keluar dan memasyhurkan Yesus ke seluruh daerah. Nama Yesus dimuliakan!

Banyak kali kita juga menjadi buta atau mungkin rabun. Kita menjadi buta ketika tidak tanggap terhadap kebutuhan sesama. Kita menjadi rabun ketika hanya melihat di dekat saya tanpa memandang lebih jauh dan menemukan betapa banyak saudara yang membutuhkan pelayanan kasih. Kita menjadi buta dengan diri sendiri ketika sadar atau tidak sadar kita jatuh dalam dosa yang sama. Banyak cara untuk membenarkan diri kita di hadirat Tuhan dan sesama, khususnya bahwa kitalah orang yang sempurna. Pada hari ini kita diajak untuk memiliki mata rohani yang bisa melihat. Mata rohani yang tidak lain adalah mata Tuhan sendiri di dalam hati kita.

Doa: Tuhan, kami memohon berkatMu, sudilah membantu kami untuk melihat dengan mataMu sendiri, mata yang penuh kasih kepadaMu dan sesama yang sangat membutuhkan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply