Homili 7 Januari 2014

Hari Selasa Epifani

1Yoh 4:7-10

Mzm 72:1-2.3-4b.7-8

Mrk 6:34-44

 

Allah itu Kasih

P. John SDBAda seorang pastor, misionaris di sebuah daerah terpencil. Ketika merayakan 40 tahun sebagai misionaris, ia membuat sharing hidup misionernya yang sangat bagus. Ia datang dari negerinya dengan suatu tekad yang bulat untuk melayani orang-orang di daerah pedalaman. Baginya melayani orang di daerah terpencil adalah melayani Yesus yang hidup dan nyata dalam kerasulannya. Ia merasa bahwa proses adaptasi diri adalah hal yang berat tetapi sangat indah karena sudah melewatinya dengan baik. Ia makan makanan setempat, belajar bahasa setempat untuk dapat menginjil. Ia sendiri adalah satu-satunya orang kulit putih di daerah tersebut. Dalam refleksinya ia sampai pada satu kesimpulan bahwa Allah yang memanggilnya untuk menjadi misionaris adalah kasih. Kasih Allah dari Injil yang ditanamnya selama 40 tahun dan membuat banyak orang ikut merasakan kasih Allah yang sama.

Ketika mendengar sharing hidup missioner sang misionaris ini saya membayangkan perjuangan hidupnya. Dia berada di daerah yang sulit dijangkau dengan transportasi di mana kuda menjadi andalannya. Tidak ada listrik, telephone, makanan yang enak dan air bersih pun sulit di peroleh. Tetapi selama empat puluh tahun ia memberi kesaksian bahwa Allah yang diwartakannya adalah kasih. Dan yang ada di wajah sang misionaris adalah wajah penuh sukacita, wajah penuh belas kasih kepada kaum papa dan miskin di daerah itu.

Yohanes dalam surat pertamanya sudah menguraikan tentang jati diri anak Allah. Anak Allah itu lahir dari Allah dan ia tidak berbuat dosa lagi. Anak Allah itu percaya kepada nama Yesus dan melakukan perintah baru yakni saling mengasihi. Sikap percaya kepada Yesus dan saling mengasihi tetaplah merupakan satu kesatuan karena Allah adalah kasih. Maka Yohanes dengan tegas mengatakan: “Saudara-saudaraku yang kekasih marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah sebab Allah adalah kasih” (1Yoh 4:7-8). Ia lebih dahulu mengasihi kita tanpa syarat di dalam Yesus PuteraNya karena Ia adalah kasih itu sendiri.

Saya teringat pada Kardinal Francis Xavier Van Thuan ketika berkata: “Di mana saja ada cinta kasih, Allah hadir, di mana saja ada kebencian, di sana ada neraka”. Marilah kita mengasihi satu sama lain, tidak hanya dalam kata-kata, tetapi dalam perbuatan (1Yoh 3:18). Mengasihi satu sama lain sedemikian rupa sehingga “tangan kirimu tidak boleh tahu apa yang sedang dibuat oleh tangan kananmu” (Mat 6:4). Saling mengasihi satu sama lain, seperti Aku telah mengasihi kamu (Yoh 15:12). Tuhan  telah terlebih dahulu mengasihi anda dan saya maka sekarang kita juga saling mengasihi. Kita membuktikan bahwa Allah adalah kasih dalam diri Yesus PuteraNya yang menderita untuk kita semua.

Cinta kasih Allah nyata di dalam diri Yesus Kristus. Ia memiliki belas kasih yang besar kepada manusia seperti domba tanpa gembala (Mrk 6:34). Saya teringat pada satu stasi yang sebulan sekali baru dikunjungi pastornya. Ketika saya merayakan misa di tempat itu mereka sangat senang. Ketua dewan stasinya mengatakan terima kasihnya kepadaku karena bisa memiliki waktu untuk mengunjungi mereka karena selama itu mereka adalah seperti domba tanpa gembala. Yesus menunjukkan sikap berbela rasa dengan orang-orang mencariNya. Ia menunjukkan satu hal yang positif yakni meninggalkan semua rencanaNya dan mulai mengajar. Lihatlah banyak kali kita mengatakan kita mau mengasihi sesama tetapi belum mampu bersikap fleksibel dengan kegiatan kita. Kita membiarkan urgensinya kepentingan diri menguasai perilaku hidup kita. Kita kaku pada hal-hal yang menguntungkan kita dan mengorbankan sesama. Yesus justru bersikap fleksibel, rela kehilangan diri untuk lebih bebas melayani manusia yang membutuhkanNya.

Yesus membuat sebuah mukjizat istimewa yakni memperbanyak Roti dan Ikan untuk banyak orang yang datang mendengarNya. Ia mengajar para muridNya untuk belajar berbagi dengan sesama. “Kamu harus memberi mereka makan”. Ini adalah kata-kata Yesus yang menunjukkan belas kasihNya tetapi sekaligus mengajar para muridNya untuk mewujudkan kasihNya. Tuhan Yesus mau mengatakan kepada para muridNya bahwa Allah adalah kasih.

Doa: Tuhan Bapa di dalam surga, berkatilah kami semua untuk merasakan kasihMu dan mewujudkannya di dalam hidup setiap hari. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply