Homili 8 Januari 2014

Hari Rabu Epifani

1Yoh 4:11-18

Mzm 72:1-2.10-11.12-13

Mrk 6:45-52

 

Yesus Sungguh-Sungguh Allah Yang Mengasihi

 

Fr. JohnBeberapa bulan yang lalu saya membaca kesaksian iman seorang pemuda. Ia selalu berpikir bahwa Tuhan tidak ada. Banyak sahabatnya pernah mengajaknya ke Gereja untuk beribadat tetapi ia selalu memiliki seribu satu alasan yang intinya bahwa ia tidak percaya bahwa Tuhan sungguh-sungguh ada. Pada suatu malam ia merasa mual dan ada sesuatu yang aneh keluar dari muntahan mulutnya. Setelah melihatnya dengan teliti ternyata ada gumpalan-gumpalan darah berwarna kehitam-hitaman. Ia segera merasa takut dan memohon bantuan seorang dokter. Ketika dokter itu tiba di rumah, ia berdoa sejenak lalu melakukan pemeriksaan terhadapnya. Tanpa mengatakan jenis penyakit apa, dokter memberinya resep untuk obat tertentu yang juga belum dikenalnya. Setelah itu dokter mengatakan: “Jangan lupa berdoa dan mohonlah Tuhan Yesus untuk menyembuhkanmu”. Ia kebingungan karena belum tahu berdoa. Hanya ini doa sederhana dicapkannya: “Tuhan Yesus sembuhkanlah aku”. Mukjizat pun terjadi. Ia mengalami kesembuhan total. Dalam kesaksiannya ia berkata: “Saya baru menyadari bahwa dokter yang merawatku adalah Tuhan yang hadir untuk menyembuhkan jiwa dan ragaku. Tuhan Yesus sekarang aku percaya bahwa Engkau sungguh-sungguh Allah yang mengasihiku”.

Pengalaman iman sang pemuda ini mungkin juga menjadi pengalaman iman banyak orang. Ketika orang berada di zona nyaman biasanya tidak terjadi apa-apa, aman-aman saja sehingga mengingat Tuhan pun kadang-kadang atau kalau sempat saja. Tetapi ketika dirinya dihadapkan pada pengalaman yang keras, pergumulan hidup maka ia kembali mengandalkan Tuhan yang terlupakan. Beruntunglah karena Tuhan kita mahabaik dan tidak membuat perhitunganNya dengan manusia. Itulah hidup manusia di hadirat Allah. Anda dan saya pernah mengalaminya bukan hanya sekali tetapi berkali-kali. Kita lupa mengasihi Allah tetapi Ia selamanya mengasihi kita.

Yohanes dalam bacaan pertama mengatakan bahwa kasih yang benar berasal dari Allah Tritunggal Mahakudus. Yohanes menulis: “Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi karena dengan mengasihi Allah yang tidak kelihatan itu tetap ada di dalam kita dan kasihNya sempurna di dalam kita” (1Yoh 4:11-12). Betapa bahagianya kita ketika mendengar warta sukacita bahwa kalau kita saling mengasihi maka Allah tetap bersemayam di dalam diri kita. Sabda Bapa telah menjadi manusia dalam diri Yesus dan diam di dalam diri kita bersama RohNya. Tubuh kita sendiri adalah Bait Roh Kudus. Maka kita juga akan menerima bagian di dalam Roh.

Yohanes adalah contoh pribadi yang mengasihi Allah secara total. Itu sebabnya ia memberi kesaksian rohaninya bahwa Allah Bapa sungguh-sungguh mengutus PuteraNya menjadi juru selamat dunia. Untuk itu kita semua diharapkan untuk percaya kepada Yesus sebagai utusan Bapa. Yohanes menulis: “Barangsiapa mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah akan berada di dalam dia dan dia di dalam Allah karena Allah adalah kasih” (1Yoh 4:15-16). Karena kasih maka Allah bersemayam di dalam diri kita dan kita di dalam Allah. Konsekuensinya adalah tidak ada lagi ketakutan di dalam hidup kita. Yohanes menulis: “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukum dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1 Yoh 4:18). Nah, apakah anda memiliki ketakutan tertentu di dalam hidup? Kalau anda memiliki ketakutan makan anda belum sepenuhnya memiliki kasih Allah di dalam hidupmu.

Penginjil Markus pada hari ini mengisahkan bagaimana Yesus menunjukkan keilahianNya di depan para muridNya yang memiliki ketakutan tertentu. Ia sudah membuat sebuah mukjizat dengan memperbanyak roti dan ikan, hanya saja orang-orang yang mengikutiNya termasuk para muridNya belum juga mengerti dan hati mereka masih tetap degil. Kali ini Yesus mempersilakan para muridNya untuk berangkat mendahuluiNya, sedangkan Dia sendiri menggunakan kesempatan untuk bersatu dengan Bapa dalam doa. Dikisahkan bahwa pada malam itu terjadilah angin sakal. Para murid merasa kesulitan untuk mendayung perahunya maka pada jam tiga dini hari Yesus berjalan di atas air dan sengaja melewati mereka. Mereka menunjukkan kedegilan hati karena mereka mengira bahwa Ia adalah hantu. Ia berkata: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Ia naik ke dalam perahu dan angin menjadi redah. Mengapa para murid masih takut di hadapan Yesus? Karena mereka belum mampu mengasihi seperti Yesus, padahal perintah baru untuk mengasihi diberikan oleh Yesus sendiri.

Kisah injil ini menarik perhatian kita karena mengatakan hal yang aktual di dalam gereja. Ada beberapa hal penting yang patut kita refleksikan bersama. Pertama, doa adalah kebutuhan. Yesus meskipun Anak Allah  tetapi Ia rela mengosongkan diriNya dan patuh kepada Bapa di Surga. Oleh karena itu Ia selalu menggunakan waktu-waktu istimewa untuk berdoa. Apakah kita secara pribadi merasa bahwa doa adalah sebuah kebutuhan vital? Doa adalah nafas hidup kita. Kedua, Gereja adalah sebuah bahtera. Kita semua bersatu dalam sebuah bahtera yang sama dan kita butuh Yesus untuk hadir  di dalam bahtera kita. Ia sendiri adalah pokok anggur, kitalah ranting-ranting, terlepas dari Yesus, kita tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5). Ketiga,  Pergumulan hidup adalah cara Tuhan mendewasakan iman kita. Kita bergumul karena hati kita masih degil, kita belum sepenuhnya percaya kepadanya. Ia selalu berkata: “Tenanglah, Aku ini jangan takut” tetapi kita selalu takut, cemas dan gelisa dengan hidup ini. Yesus sungguh-sungguh Allah yang hidup bersama kita.

Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip Kardinal Francis Xavier Van Thuan, “Milikilah keberanian untuk menghayati iman sehari-hari, sama seperti para martir dengan berani berpegang teguh pada iman mereka. Iman adalah penerimaan tanpa syarat Tuhan Yesus Kristus, dan kebulatan tekad untuk hidup bersama Dia. Dia sungguh-sungguh Allah”

Doa: Tuhan, teguhkanlah iman kami, jangan biarkan kami hidup dalam ketakutan. Bantulah kami untuk kuat dalam mengasihi. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply