Hari Kamis Epifani
1Yoh 4:19-5:4
Mzm 72: 1-2.14.15bc.17
Luk 4:14-22a
Kasih Menjadikan kita Anak Allah
Seorang aktivis Orang Muda Katolik di sebuah paroki meminta pendapat saya tentang sahabatnya di OMK yang sulit untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Ia sebagai salah seorang aktivis prihatin tetapi kadang kesal dan marah karena melihat temannya yang tidak mau berpartisipasi dalam hidup menggereja. Saya mengatakan kepadanya bahwa pada masa ini banyak orang muda tidak berminat untuk memberi diri dalam karya pelayanan Gereja dalam wadah Orang Muda Katolik. Setiap kali ada kegiatan, orang-orang mudanya memang sama saja tetapi yang terpenting adalah orang-orang muda yang sama itu memiliki komitmen yang tinggi untuk selalu melayani Tuhan di dalam Gereja. Komitmen untuk melayani akan sempurna dalam kasih. Saya juga mengingat seorang Romo yang mengeluh karena para angota komunitasnya yang berusia muda belum sepenuhnya memiliki komitmen dalam pelayanan. Saya mengatakan kepadanya bahwa hanya cinta kasih yang dapat menghapus duka dan derita kita. Cinta kasih akan mengalahkan segala pergumulan hidup ini karena di mana ada cinta kasih Allah selalu hadir.
Yohanes hari ini melanjutkan pengajarannya tentang dimensi kasih yang dapat menjadikan kita anak-anak Allah. Ia tetap menekankan bahwa kita semua dapat mengasihi karena cinta kasih berasal dari Allah. Dengan kata lain Allah adalah kasih dan Dialah yang pertama-tama mengasihi kita bukan kita mengasihi Dia. Konsekuensinya adalah kita harus mampu mengasihi sesama yang kelihatan. Bagi Yohanes, orang dapat saja menjadi pendusta ketika berani mengatakan bahwa dirinya mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya. Allah itu tidak kelihatan maka kasih kita menjadi nyata dalam perbuatan kasih terhadap sesama di sekitar kita. Mengasihi Allah sama dengan mengasihi sesama manusia.
Untuk mampu mengasihi sesama manusia maka perlu iman yang kuat kepada Allah. Yohanes menulis: “Setiap orang yang percaya bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir daripadaNya.”(1Yoh 5:1). Tugas kita sekarang adalah mengasihi Allah dan melakukan perintah-peritahNya. Semua orang yang lahir dari Allah akan mengalahkan dunia karena ia memiliki iman yang kuat. Kasih dan iman memberi harapan kepada kita untuk bersatu dengan Tuhan supaya mengalahkan dunia yang penuh kegelapan.
Kardinal Francis Xavier Van Thuan pernah berkata: “Cinta kepada sesama adalah ujian yang terpercaya mengenai cintamu kepada Allah. Mencintai orang-orang lain tidak berarti engkau harus mencurahkan tanda-tanda afeksi kepada mereka atau merusakkan mereka; bahkan sebaliknya, engkau bisa sesekali terpaksa menyebabkan mereka merasa sedih demi kebenaran atau kebaikan mereka sendiri”.
Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil mengunjungi Nazareth, tempat Ia dibesarkan. Di sana Ia penuh dengan Roh Kudus mengatakan secara terang-terangan bahwa Dialah Mesias yang dinanti-nantikan. Tentu saja bukan sebagai Mesias politik tetapi sebagaimana dinubuatkan oleh nabi Yesaya bahwa Ia akan menyampaikan Khabar Baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada para tawanan, penglihatan kepada orang-orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Semua ini dilakukan oleh Yesus sepanjang hidupNya dan diharapkan supaya kita sebagai Gereja juga melakukannya di dalam hidup. Tugas mesianis seperti ini adalah tugas untuk mewujudkan kasih. Kasih menjadi nyata dalam persekutuan dengan kaum papa miskin.
Marilah kita berusaha untuk saling mengasihi karena kasih berasal dari Allah yang lebih dahulu mengasihi kita. Jangan berhenti mengasihi apalagi kalau itu orang miskin. Dia adalah Kristus yang kelihatan di dunia ini. Kasih itu menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Tidak ada perbedaan di antara manusia karena kita memiliki Tuhan Allah yang sama, Dialah Bapa dan kita adalah anak-anakNya.
Doa: Tuhan, semoga hari ini kami mengasihi sesama dengan tulus iklas. Amen
PJSDB