Hari Sabtu Epifani
1Yoh 5:14-21
Mzm 149:1-2.3-4.5.6a.9b
Yoh 3:22-30
Oremus
Pernakah anda menyadari ajakan dari imam atau pemimpin ibadat untuk berdoa? Ajakannya sangat sederhana tetapi mendalam maknanya: “Marilah berdoa” atau “Let us pray” atau “Oremus”. Kita semua diajak sebagai satu persekutuan untuk berdoa. Berdoa berarti kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan Allah. Dari pengertian doa seperti ini, ketika seseorang berdoa maka ia masuk ke dalam hubungan yang hidup dengan Allah. Saya ingat Georges Bernanos, seorang penulis dari Prancis pernah berkata bahwa ketika seorang memiliki hasrat untuk berdoa hasrat itu juga merupakan sebuah doa. Jadi orang baru berhasrat saja, ia pasti mengarahkan hati dan pikirannya kepada Tuhan. St. Theresia Lisieux memahami doa sebagai ayunan hati, sebuah pandangan yang sederhana ke surge, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah percobaan maupun kegembiraan.
Oremus menjadi sebuah ajakan bagi kita semua untuk berdoa. Mengapa sebuah ajakan? Karena kita semua sangat rindu kepada Allah dan Allah menciptakan kita untuk diriNya. St. Agustinus berkata: “Hati kami gelisah sebelum beristirahat di dalam Engkau”. Beata Theresia dari Kalkuta berkata: “Saya berdoa karena saya tidak dapat bersandar pada diri sendiri, saya bersandar pada Allah dua puluh empat jam sehari”. Kita berdoa karena doa adalah sebuah kebutuhan kita. Kita membutuhkan Tuhan Allah Tritunggal yang sudah menciptakan, menebus dan menguatkan kita dengan kasihNya. Dengan merasa bahwa diri kita dikasihi oleh Tuhan maka kita menjawabi kasih Tuhan itu dengan berdoa dan mengucap puji dan syukur kepadaNya. Tentu saja hati dan pikiran kita terarah kepadaNya.
Yohanes di dalam suratnya mengajak kita untuk berdoa karena Tuhan pasti mengabulkan doa kita jika kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya. Jikalau kita tahu bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepadaNya. (1Yoh 5:14-15). Persoalan konkret: banyak kali orang merasa putus asa karena mereka berpikir bahwa Tuhan tidak mengabulkan doa-doa mereka. Ada seorang pemuda yang mengatakan kepada saya bahwa ia berdoa meminta jodoh tetapi Tuhan lupa memberi jodoh kepadanya. Saya mengatakan bahwa Tuhan itu memberikan apa yang kita butuhkan bukan semua yang kita minta. Mungkin saja jodoh untuk saat ini belum menjadi kebutuhan karena dia belum siap tetapi kesehatan atau kesejahteran adalah kebutuhan yang penting saat ini. Meskipun Tuhan Yesus sendiri mengatakan mintalah maka kamu akan mendapatkan (Mat 7:7), tetapi mungkin saja kita meminta apa yang tidak kita butuhkan di dalam hidup. Orang bisa saja berdoa tetapi tidak menerima apa-apa karena salah berdoa sebab yang diminta itu untuk dihabiskan sebagai pemuas hawa nafsu (Yak 4:3). Hal mengabulkan doa bukan urusan kita tetapi urusan Tuhan.
Yohanes juga mengingatkan kita untuk berdoa bagi saudara-saudara yang berdosa. Kalau ada saudara yang berbuat dosa yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut maka hendaknya saudara itu didoakan sehingga ia tidak binasa. Tuhan mengampuni orang berdosa yang bertobat dan yang didoakan sesama untuk bertobat. Mengapa Tuhan lakukan itu bagi manusia? Karena bagi Yohanes, setiap orang yang lahir dari Allah tidak mengenal dan berbuat dosa. Kita semua berasal dari Allah bukan dari dunia sehingga harus waspada terhadap segala berhala atau antikristus.
Dua hal yang diangkat oleh Yohanes dalam bagian terakhir suratnya yang pertama ini sangatlah penting bagi kita dalam menghayati hidup kristiani kita. Oremus selalu menjadi ajakan yang terbaik untuk selalu mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Dosa yang tidak mendatangkan maut akan diampuni oleh Tuhan karena kuasa doa yang senantiasa dari kita semua. Persekutuan dengan Tuhan menjadi sempurna ketika doa-doa kita menggugah hati Tuhan untuk menghapus segala dosa dan salah kita.
Figur inspiratif bagi kita hari ini adalah Yohanes Pembaptis dari Injil. Yohanes selalu ditampilkan sebagai figure yang rendah hati di hadirat Tuhan. Kepada banyak orang Yahudi Yohanes menegaskan bahwa dirinya bukan Mesias. Dia hanyala utusan yang mendahului untuk menyiapkan jalan. Dia hanyala suara yang berseru supaya banyak orang siap untuk menyambut sang Mesias. Pada waktu itu Yesus juga ada ditengah-tengah mereka bersama para muridNya. Sehingga Yohanes mengakui bahwa Ia harus semakin besar sedangkan dirinya harus semakin kecil.
Sikap Yohanes ini juga kiranya tepat bagi orang yang berdoa. Satu aspek yang penting dalam doa adalah kerendahan hati di hadapan Tuhan. Orang yang rendah hati akan memohon apa yang ia butuhkan dari Tuhan. Ia akan berdoa dengan benar dan Tuhan akan mengabulkannya keran sesuatu dengan kehendak Tuhan sendiri. Pada hari ini marilah kita berdoa tanpa henti, kapan dan di mana saja. Kita berdoa karena kita membutuhkan Tuhan di dalam hidup ini.
Doa: Tuhan, sertailah kami dengan RohMu supaya kami tekun berdoa. Amen
PJSDB