Homili 1 Februari 2014

Hari Sabtu, Pekan Biasa III

2Sam 12:1-7a.10-17

Mzm 51: 12-13.14-15.16-17

Mrk 4:35-41

 

Aku berdosa kepada Tuhan

 

P. John SDBSeorang rekan imam pernah membuat sharing pengalaman pastoralnya selama masa adventus 2013. Ia mengatakan keprihatinannya terhadap situasi umat katolik saat ini. Menurutnya banyak umat yang kesadarannya sebagai orang berdosa sudah menurun sehingga mereka tidak lagi mengaku dosa. Ada umat yang merasa tidak berdosa, mau mengaku dosa langsung kepada Tuhan, mengaku dosa lewat sarana komunikasi sosial kepada pastor. Rasa tidak berdosa bisa membuat orang hanya mengakui dosa yang sama. Ada umat yang mengaku dosa: “Romo, dosa saya seperti tahun yang lalu”. Ada yang tidak mengakui dosanya tetapi mengakui dosa orang lain. Hal-hal seperti ini dapat membuat orang memiliki kebiasaan dan perasaan tidak memiliki dosa.

Kemarin kita mendengar kisah Daud yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk memuaskan nafsunya. Kita mengetahui kisah  Daud meniduri Batsyeba istri Uria. Supaya ia lebih leluasa, ia membuat Uria mabuk dan menempatkannya di tempat terdepan dalam pertempuran sehingga ia mati terbunuh. Paus Fransiskus dalam perayaan Ekaristi tanggal 31 Januari kemarin, mengatakan bahwa Daud adalah bagian dari kita semua. Masing-masing kita memiliki godaan-godaan tertentu seperti yang Daud alami. Godaan-godaan itu seperti makanan sehari-hari. Kalau seorang mengatakan bahwa ia tidak memiliki godaan, ia mungkin seperti Kherubim atau sedikit lebih bodoh. Paus juga menekankan tentang hilangnya rasa berdosa yang dialami banyak orang. Ada Daud yang mewakili orang-orang yang menyalahgunakan kuasa. Ada Uria yang mewakili para korban ketidakadilan social. Mereka tidak bersalah, tetapi menjadi korban karena dosa-dosa kita.

Bagaimana Daud menyikapi sikap jatuhnya ke dalam dosa? Daud itu bersikap legowo. Di hadapan Tuhan tidak ada kompromi. Dia menyadari kelemahannya dan Tuhan sendiri menyadarkan dirinya melalui nabi Nathan bahwa dia orang berdosa. Apa yang terjadi?  Tuhan mengutus Nathan kepada Daud. Kepadanya diberikan perumpamaan tentang  orang kaya dan miskin. Orang kaya punya ternak yang banyak seperti kambing, domba, lembu, sapi. Si miskin hanya punya seekor domba betina. Ketika ada tamu yang datang, orang kaya mengambil domba milik si miskin.  Daud belum menyadari maka ia mengatakan kepada Nathan bahwa si kaya itu harus dihukum mati dan anak domba betina  itu harus dibayar 4 kali lipat karena orang itu tidak memiliki rasa bekas kasihan. Setelah bereaksi demikian, Nathan mengatakan bahwa orang kaya dan penuh kuasa bahkan merampas barang milik orang kecil adalah Daud sendiri.

Daud kemudian ditegur dengan keras dan hal-hal tidak baik yang akan diterima sebagai resiko dari kejahatannya. Ada saja malapetaka yang akan dialami Daud. Orang lain akan meniduri para istri Daud di siang hari. Ini seperti pembalasan baginya. Daud menyadari semua dosa dan salahnya dan berani berkata kepada Tuhan melalui Nathan: “Aku sudah berdosa kepada Tuhan”. Pengakuan dirinya sebagai orang berdosa membawanya kepada pengampunan yang berlimpah dari Tuhan. Nathan mengatakan kepada Daud bahwa Tuhan sudah mengampuninya, menjauhkannya dari dosa dan ia tidak akan mati, tetapi anaknya akan mati akibat perbuatan dirinya sebagai ayah. Daud menunjukkan pertobatannya dengan berpuasa.

Kisah Daud dalam perikop kita ini merupakan gambaran manusia masa kini. Masih ada Daud modern yang memiliki kelemahan-kelemahan manusiawi. Mungkin saja bentuknya kejahatannya berbeda, bukan lagi mengorbankan kaum wanita untuk memuaskan hawa nafsunya tetapi dalam hal materi. Dengan kekuasaan orang bisa melakukan korupsi berskala besar. Harian Kompas memberitakan hari ini bahwa Anggoro yang barusan ditangkap buka jerat pejabat kemenhut. Selama ini gara-gara Anggoro ada anggota-anggota parlemen yang menghuni penjara dan sekarang orang lain yang masuk sebagai pejabat publik akan ikut digiring masuk ke dalam penjara.

Terlepas dari semua ini, hal terpenting adalah kesadaran diri sebagai orang berdosa dan berani untuk meminta maaf dan memohon ampun dari Tuhan. Daud disadarkan Tuhan bahwa dirinya seorang pendosa. Dia menyadarinya dan berani untuk memohon ampun dari Tuhan. Tuhan juga menunjukkan belas kasihNya kepada Daud. Jalan hidup Daud ini patut kita ikuti Kita menyadari dosa-dosa kita dan berani untuk memohon ampun dari Tuhan.

Di dalam hidup kita, ada saja tantangan dan kesulitan tertentu. Para murid setelah mendengar pengajaran Yesus, mereka juga bertolak ke seberang danau. Ketika Yesus sedang tidur, datanglah angina sakal dan menakutkan mereka. Yesus menghardik angina sakal maka danau itu menjadi redah. Gereja bagai bahtera juga mengalami angin sakal karena dosa-dosa yang dilakukan setiap anggota Gereja. Gereja selalu membutuhkan Yesus untuk membuatnya tenang, harmonis. Ketika orang hidup bersama Tuhan maka ia bisa jauh dari dosa dan salah. Ketika jauh dari Tuhan, dosa dan salah merajainya.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memiliki pertobatan yang benar. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply