Hari Kamis Pekan Paaskah V
Kis 15:7-21
Mzm 96: 1-2a.2b-3.10
Yoh 15:9-11
Tuhan tidak membedakan anda dan saya!
Ada seorang “gila” yang “sadar.” Ia rajin mengikuti misa setiap hari namun ada waktu tertentu yang membuatnya tidak tenang. Ia membuat keributan tertentu di dalam Gereja pada saat misa sedang berlangsung. Pada suatu kesempatan pastor paroki yang sedang merayakan misa kehilangan kesabaran. Ia menyuruh petugas tata tertib untuk mengeluarkannya dari dalam gereja karena dianggap sangat mengganggu umat dalam perayaan Misa. Ketika berada di depan Gereja, ia berteriak menghadap ke altar: “Romo boleh mengeluarkan aku dari dalam gereja, tetapi ingat, belum tentu Tuhan Yesus juga mengeluarkan saya dari dalam Gereja.” Konon di kemudian hari Romo itu juga meninggalkan imamatnya. Ini baru mujizat karena ada orang gila yang sadar.
Selama beberapa hari terakhir ini kita mendengar Lukas menggambarkan situasi Gereja Perdana. Paulus dan Barnabas melakukan tugas dengan baik sesuai dengan pesan Roh Kudus. Pada waktu itu jumlah umat bertambah, para penatua dilantik, dan mereka meneguhkan jemaat untuk bertahan dalam derita. Namun demikian pengalaman ditolak di dalam komunitas juga dirasakan Paulus dan Barnabas. Masalah lain yang muncul dan menggemparkan komunitas Gereja perdana di Antiokhia adalah apakah hanya orang Yahudi yang diselamatkan? Apakah orang-orang bukan Yahudi juga memiliki hak untuk memperoleh keselamatan? Paulus dan Barnabas berpendapat bahwa semua orang dipanggil kepada keselamatan. Tetapi untuk menguji argumen mereka ini, jemaat di Antiokhia mengutus Paulus, Barnabas dan beberapa penatua untuk pergi ke Yerusalem supaya membicarakannya bersama para rasul. Inilah yang disebut Konsili pertama di Yerusalem.
Paulus dan Barnabas menjelaskan duduk persoalan jemaat di Antiokhia: ada jemaat yang berasal dari kalangan Yahudi berpikir bahwa mereka yang punya hak penuh untuk diselamatkan. Sedangkan orang-orang kristen dari bangsa-bangsa asing yang menerima penginjilan Paulus dan Barnabas harus disunat lebih dahulu supaya layak memperoleh keselamatan dalam Yesus Kristus. Setelah mendengar perkataan Paulus dan Barnabas maka berdirilah Petrus dan dengan tegas mengatakan bahwa dari semula Tuhan sudah memilihnya untuk memberitakan injil kepada bangsa lain supaya mereka juga mendengar berita injil dan menjadi percaya. Tuhan Allah sendiri menerima mereka dan menganugerahkan RohNya kepada mereka dengan Roh yang sama seperti yang dikaruniakan kepada orang-orang Yahudi. Dengan demikian menurut Petrus, Tuhan menyucikan hati mereka sehingga tidak ada perbedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi, yang bersunat dan tidak bersunat. Pada akhirnya Petrus mengingatkan supaya mereka jangan meletakkan beban kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Hanya oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus semua orang akan memperoleh keselamatan.
Yakobus sebagai Uskup di Yerusalem juga angkat bicara. Ia mengambil kesempatan untuk meneguhkan seluruh jemaat yang sedang bersidang berdasarkan kesaksian dari Paulus dan Barnabas serta intervensi dari Petrus. Yakobus merujuk pada Kitab Suci terutama ucapan para nabi yang mengatakan bahwa semua orang akan mencari Tuhan dan segala bangsa yang tidak mengenal Allah juga menjadi milikNya. Yakobus berharap supaya orang-orang Yahudi yang sudah menjadi kristen tidak menimbulkan kesulitan kepada mereka. Yakobus juga menambahkan supaya jemaat tetap teguh pada aturan-aturan tertentu misalnya, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah. (Kis 15:20).
Kisah ini memang menarik perhatian kita semua. Sejak dahulu kala di dalam Gereja orang suka membeda-bedakan orang padahal Tuhan sendiri tidak membedakan manusia. Ia menciptakan segala sesuatu untuk orang yang baik dan jahat. Matahari diterbitkannya, hujan juga diturunkannya dari langit untuk semua orang. Hanya manusia yang saling membedakan padahal Tuhanlah yang menganugerahkan keselamatan. Seharusnya kita malu mengakui diri sebagai orang beriman tetapi tidak menunjukkan kualitas iman kepada sesama yang lain. Kita belum mampu mengasihi karena masih membedakan pribadi dengan pribadi lain.
Dalam amanat perpisahanNya Yesus berkata: “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (Yoh 15:9-11). Dari perkataan Yesus ini kita melihat beberapa unsur penting: Pertama, Allah itu kasih maka kasih Allah yang dianugerahkan itu kita terima dan tinggal di dalamNya. Kedua, Tugas kita adalah melakukan perintah-perintah Tuhan dan perintah yang utama adalah kasih kepada Tuhan dan sesama. Ketiga, orang yang hidup dalam kasih akan memancarkan sukacita abadi. Sukacita itu sendiri berasal dari Tuhan.
Perkataan Yesus ini menjadi nyata dalam keluarga. Dalam bahasa Inggris, kata keluarga disebut Family. Kata Family boleh menjadi singkatan dari: Father And Mother I Love You (Ayah dan ibu, aku mengasihimu). Cinta kasih menjadi nyata di dalam keluarga. Artinya, keluarga itu sendiri dibentuk oleh Kasih (Tuhan) dan kasih itu menjadi nyata bagi setiap pribadi. Orang tua saling mengasihi, mereka mengasihi anak-anak dan anak-anak juga mengasihi orangtuanya. Indahnya kasih Tuhan di dalam keluarga.
Doa: Tuhan, tambahlah selalu iman kami supaya mampu mengasihi seperti Engkau sendiri. Amen
PJSDB