Homili 23 Mei 2014

Hari Jumat, Pekan Paskah V
Kis 15:22-31
Mzm 57: 8-9.10-12
Yoh 15:12-17

Aku memilih dan menetapkanmu

Fr. JohnDari semua pasutri yang pernah saya berkati, baru satu pasutri yang meminta waktu untuk berbicara berdua di hadapan umum setelah pemberkatan nikah. Sambil memegang berkas-berkas pernikahan berupa form Kanonik dan Surat Nikah dari Gereja yang sudah mereka tandatangani, mereka berdiri berhadapan dan mengungkapkann isi hati mereka secara lisan di hadapan umum. Dari banyak kata-kata yang keluar dari mulut mereka, ada dua kata yang selalu saya ingat: “Aku sudah lama memilihmu menjadi sahabatku dan kini menetapkanmu sebagai bagian dari hidupku.” Ketika mendengar kalimat yang bernuansa romantis ini saya langsung teringat pada relasi yang dibangun oleh Tuhan Yesus dengan para muridNya atau relasi antara Tuhan Yesus dengan GerejaNya. Tuhan Yesus memberi perintah baru supaya kita saling mengasihi dengan cinta kasih yang kita terima dari Tuhan sendiri.

Dari bacaan Injil hari ini, kita mendengar lanjutan amanat perpisahan Yesus pada malam perjamuan terakhir. Kali ini Yesus menekankan beberapa aspek yang dapat memperkuat relasi antara Tuhan dengan manusia dan sebaliknya. Beberapa hal yang dikatakan Yesus dalam perikop kita hari ini adalah:

Pertama, Yesus memberi perintah baru kepada para murid untuk saling mengasihi. Perintah baru untuk membentuk cinta kasih persaudaraan (fraternal love) di antara setiap pribadi. Yesus berkata: “Hendaklah kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh 15:12). Fraternal love itu bisa terjadi karena Tuhanlah yang pertama mengasihi kita. Dengan mata iman kita melihat Ia mengasihi semua orang dan Ia akan selamanya mengasihi karena Dia adalah kasih. Kita juga dipanggil untuk saling mengasihi karena kasih persaudaraan itu berasal dari Allah.

Kedua, Kasih yang benar membutuhkan pengorbanan diri. Memang orang mudah mengatakan “mengasihi” tetapi kalau tidak melakukannya dalam wujud mengorbankan diri maka belumlah menjadi cinta sejati. Yesus berkata: “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:12). Di dalam keluarga cinta kasih itu butuh pengorbanan diri, dari orang tua kepada anak atau sebaliknya. Di dalam hidup menggereja, perlu orang yang sungguh-sungguh mengorbankan dirinya untuk melayani umat.

Ketiga, Cinta kasih mengikat persahabatan antara Tuhan dan manusia. Karena cinta kasih maka Tuhan mau menyapa manusia sebagai sahabat bukan sebagai hamba. Tuhan Yesus bisa menyapa manusia sebagai sahabat karena manusia mendengar semua Firman yang diwartakanNya  dan melakukannya di dalam hidup setiap hari. Ia meminta kita semua supaya setia melakukan perintah-perintahNya dan perintah utama adalah kasih. Apakah kita bisa menjadi sahabat Tuhan?

Keempat, Tuhan yang memilih orang-orangNya untuk menjadi sahabat dan siap diutus untuk menghasilkan buah dalam ketekunan. Orang-orang yang dipilih dan ditetapkan Tuhan merasakan kasihNya dan bertumbuh dalam persahabatan yang akrab denganNya. Para rasul merasakannya dan mewariskannya secara turun-temurun di dalam Gereja. Setiap murid Tuhan bertugas untuk bertumbuh dalam iman dan menghasilkan buah yang berlimpah. Perkataan-perkataan Yesus ini menjiwai perkembangan seluruh Gereja dari awal. Boleh dikatakan gereja masih bisa bernafas karena Roh Kudus yang dianugerahkan kepadanya. Tuhan sendiri yang memilih dan menetapkan Gereja, dalam hal ini Umat Allah untuk hidup dalam kasih dan persahabatan dengan Tuhan dan sesama.

Di dalam bacaan pertama kita mendapat gambaran bagaimana gereja berekembang dengan aneka persoalannya. Roh Kudus sungguh-sungguh bekerja di dalam gereja dan menggerakan pribadi-pribadi untuk mengambil keputusan yang tepat demi perkembangan gereja hingga saat ini. Setelah mendengar pandangan dari Petrus, Paulus, Barnabas dan ditambahkan oleh Yakobus maka kesepakatan bersama pun dibuat untuk merangkul orang-orang kristiani dari bangsa-bangsa lain.

Inilah surat yang menjadi kesepakatan bersama dalam Konsili di Yerusalem: “Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka. Sebab itu dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus. Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini juga kepada kamu. Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat.” (Kis 15: 23-29)

Surat keputusan ini sangat menghibur jemaat Kristiani dari bangsa-bangsa lain. Mereka merasa bahwa Tuhan juga mengasihi mereka dan bahwa Tuhan juga menyelamatkan mereka. Paulus, Barnabas, Yudas dan Silas juga para penatua yang diutus dari Yerusalem ke Antiokhia adalah pilihan-pilihan Allah untuk mewartakan kasihNya kepada semua orang. Tuhanlah yang memilih dan menentukan pribadi-pribadi untuk mewartakan kasihNya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini sangat meneguhkan kita dalam hidup dan panggilan. Kita tidak memanggil dan memilih Tuhan, Dialah yang memanggil dan memilih kita untuk menjadi sahabatNya. Mari kita hidup sebagai sahabatNya!

Doa: Tuhan, bantulah kami supaya pada hari ini kami dapat bertumbuh dalam kasihMu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply