Homili 21 Juni 2014

Sr, Aloysius Gonzaga

Hari Sabtu, Pekan Biasa XI

2Taw 24: 17-25

Mzm 89:4-5.29-30.31-32.33-34

Mat 6:24-34

Jangan kuatir!

Fr. JohnHari ini, 21 Juni, Gereja Katolik memperingati St. Aloysius Gonzaga. Nama kecilnya adalah Luigi. Luigi dilahirkandi Castiglione delle Stiviert, Italia Utara pada tanggal 9 Maret 1568. Keluarganya adalah bangsawan yang kaya raya. di daerahnya. Dia merupakan putera tertua di dalam keluarga dari Marchese Ferrante. Ketika berusia 9 tahun Luigi mengikuti pendidikan di istana keluarga Fransesco de Medici di Firenze. Di sinilah ia menyadari panggilan Tuhan. Segala kehidupan yang megah di istana memuakkan hatinya dan ia berniat untuk meninggalkan segalanya. Niatnya terwujud ketika dengan sadar mengikrarkan kaul kemurnian pada saat berusia 10 tahun. Komuni pertama diterimanya pada tahun 1580, dari tangan St.Carolus Borromeus, Uskup Milano.

Pada tahun 1581, bersama Maria dari Austria ia pergi ke Spanyol. Ia tinggal selama tiga tahun di istana Yakobus, putera raja Philip II di Madrid. Ia lalu memutuskan untuk masuk Serikat Yesus. Niatnya disampaikan kepada orang tuanya tetapi ditolak. Ayahnya mau supaya Luigi tetap mempertahankan gelar kebangsawanan dan harta benda warisannya. Ia berani meninggalkan segalanya karena mencintai Tuhan Luigi masuk novisiat Serikat Yesus di biara Santo Andreas di Roma. Ia diterima oleh Pater General Serikat Yesus, Claudius Acquaviva. Luigi memiliki kemampuan intelektual yang bagus khususnya dalam bidang ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu pengetahuan lainnya. Ia belajar Teologi di Kolose Roma. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belaskasihannya, kerendahan hatinya dan ketaatannya. Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya. Ia meninggal pada usia 23 tahun akibat terjangkit penyakit pes di Roma tanggal 21 Juni 1591. Kehidupan St. Aloysius Gonzaga sangatlah inspiratif. Ia seorang bangsawan yang kaya tetapi tidak pernah kuatir dalam hidupnya. Ia bahkan rela melepaskan semua harta kekayaan dan memberi diri seutuhnya kepada Tuhan.

Apa itu rasa kuatir? Saya memulainya dengan sebuah pengalaman hidup. Pada suatu kesempatan saya melakukan perjalanan dari Surabaya ke Denpasar dengan Wings Air. Setelah lima belas menit penerbangan terdapat vacum udara maka pesawatnya seolah-olah jatuh. Semua orang di dalam pesawat berteriak ketakutan. Beberapa menit kemudian saya memperhatikan perilaku sebagian besar penumpang berubah. Mulut mereka komat kamit, tangan mereka memegang tasbih dan rosario. Ada yang membaca Kitab Suci. Saya sendiri mendoakan Bapa kami, Salam Maria dan Kemuliaan. Satu kata yang sedang menguasai penumpang Wings Air saat itu adalah rasa kuatir. Dalam keadaan kuatir, saya teringat bahwa pada siang harinya saya membahas sebuah ayat Kitab Suci dengan seorang sahabat. Ayat itu berbunyi: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7).

Rasa kuatir itu dimiliki oleh semua orang selagi ia masih bernafas. Seorang anak kecil kuatir dengan masa depannya ketika melihat hasil studinya kurang memuaskan. Ia kuatir kalau tidak naik kelas atau tidak lulus. Para orang tua kuatir terhadap masa depan anak-anaknya karena kekerasan dan pelecehan di sekolah. Banyak orang tua yang kuatir kalau anaknya tidak menikah atau kalau sudah menikah apakah bisa memiliki keturunan atau tidak. Dalam masyarakat sosial, banyak orang di bumi pertiwi ini sedang kuatir dengan pemilihan presiden awal bulan depan, dalam hal ini kekuatiran akan terulang kembali kerusuhan dan kekekerasan tahun 98. Ya, kekuatiran menguasai hidup banyak orang saat ini.

Pada hari ini Tuhan Yesus menguatkan kita masing-masing dengan perkataanNya: “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” (Mat 6:25). Rupa-rupanya Tuhan sendiri sudah tahu bahwa kekuatian utama pada manusia adalah pada semua kebutuhan pokoknya. Dalam hal ini kuatir akan makanan dan minuman yang menguatkan tubuh serta pakaian untuk melindungi tubuh. Memang ini adalah kebutuhan dasar dan orang bergantung pada kebutuhan dasar ini. Ketika seorang dilanda kekuatiran maka akan berdampak pada aspek kehidupan yang lain. Ia tidak akan melakukan tugasnya dengan baik.

Tuhan Yesus meneguhkan orang yang kuatir akan hidup dengan menunjukkan diri sebagai Allah yang mengasihi dan meneguhkan bagi ciptaanNya. Tuhan Yesus berkata: “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.” (Mat 6:26-29). Luar biasa Tuhan kita ini. Ia menciptakan dan mengasihi ciptaanNya. Makhluk hidup yang tidak bekerja sekali pun, tetap diberi makan, diberi keindahan di dalam hidup. Manusia yang kuatir karena lupa akan kasih dan kebaikan Tuhan.

Pada akhirnya Tuhan Yesus dalam Injil hari ini mengatakan bahwa hal yang terpenting di dalam hidup bukan rasa kuatir akan apa yang dapat di makan atau apa yang dapat diminum. Tuhan akan memperhatikan seluruh hidup kita. Hal yang terpenting adalah bersatu dengan Tuhan. Yesus dengan tepat mengatakan: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33). Orang yang beriman akan menaruh harapannya kepada Allah.

Pada hari ini kita patut bersyukur kepada Tuhan karena mengingatkan kita untuk memiliki harapan yang kuat kepadaNya. Banyak kali kita hidup dalam kekuatiran karena iman kita masih kecil dan lemah. Pada hari ini kita dikuatkan Tuhan melalui firmanNya untuk menyerahkan segala kekuatiran kepadaNya. Dialah yang mengatur hidup kita. Dialah Tuhan, Bapa yang penuh kasih, Bapa yang kekal yang selalu mengasihi dan memelihara hidup kita.

Doa: Tuhan, jauhkanlah kami dari hidup yang penuh dengan kekuatiran. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply