Homili Pesta St. Thomas, Rasul

St. Thomas, Rasul
Ef 2:19-22
Mzm 117:1,2
Yoh 20:24-29

Ya Tuhanku dan Allahku!

Fr. JohnPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St. Thomas Rasul. Ia dilahirkan di Galilea. Pekerjaannya adalah pembantu para nelayan karena ia sendiri tidak memiliki perahu untuk menangkap ikan. Dengan demikian ia banyak kali diperintah oleh pemilik perahu dan hal ini turut membentuk karakternya menjadi hati-hati, pesimis, cepat menyangka adanya kemungkinan hal buruk yang bisa menimpah hidupnya. Namun kenyataannya ia seorang pemberani. Di dalam komunitas Yesus, Thomas dikenal dengan nama lain Didimus artinya kembaran. Apa yang menjadi kenangan kita akan St. Thomas Rasul? Ada beberapa momen di dalam Kitab Suci sebagai tanda kehadiran Thomas yakni ketika Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus, pada malam perjamuan terakhir, dan pada saat Ia menampakkan diri setelah kebangkitanNya. Thomas memiliki sikap kritis terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Ia tidak mudah mempercayai kata-kata orang disekitarnya. Dengan demikian orang mudah menudingnya: “Thomas yang kurang percaya” dan berbagai ungkapan lain untuk menggambarkan diri St. Thomas Rasul.

Thomas mencintai Yesus dan memihakNya. Setelah Lazarus dibangkitkan, Yesus meninggalkan daerah Yudea dan kembali ke Galilea karena nyaris Ia dilempari dengan batu oleh orang-orang di Yerusalem.Pada waktu itu Thomas sempat angkat bicara: “Ayo, mari kita pergi juga! Biarlah kita mati bersama-sama dengan Dia”. (Yoh 11:16). Ketika Yesus berpamitan untuk pergi kepada Bapa dan menyiapkan tempat, Thomas berkata: “Kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan kesitu?” (Yoh 14:5). Yesus menjawabnya: “Akulah jalan, Kebenaran dan Hidup. Tak seorang pun datang kepada Bapa tanpa melalui Aku. Kalau kamu mengenal Aku, kamu juga mengenal BapaKu”. (Yoh 14:6-7). Ketika Yesus menampakkan diri setelah kebangkitanNya dan rekan-rekannya memberi kesaksian, Thomas berkata: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yoh 20:29).

Terhadap sikap kritisnya ini maka St. Agustinus berkata: “Dengan pengakuannya dan dengan menjamah luka Tuhan, ia sudah mengajarkan kepada kita apa yang harus dan patut kita percayai. Ia melihat sesuatu dan percaya sesuatu yang lain. Matanya memandang kemanusiaan Yesus, namun imannya mengakui Ke-Allah-an Yesus, sehingga dengan suara penuh gembira tercampur penyesalan mendalam, ia berseru: Ya Tuhanku dan Allahku”.

Tentang karya kerasulan Thomas sesudah itu, Kitab Suci tak menyebutkan apa-apa lagi. Juga tidak ada sepucuk surat peninggalan Thomas yang sampai kepada kita. Menurut tradisi, yang dibeberkan Santo Ambrosius dan Hieronimus, Thomas menyebarkan kabar gembira ke arah Timur dengan mengikuti jalan para pedagang, yaitu ke Sirya, Armenia, Persia dan India. Dekat Madras, di kota Malaipur, Thomas menerima mahkota kemartirannya. Orang Kristen India Selatan, lebih-lebih di sepanjang pantai Syro-Malabar, percaya bahwa Thomas menobatkan Raja Gondaphur dan bahwa mereka keturunan orang-orang Kristen abad pertama. Thomas mati ditusuk tombak, dan relikiunya masih tetap ada sewaktu makamnya dibuka kembali pada tahun 1523.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menggambarkan bagaimana Thomas memiliki “grafik” naik turun dalam mengimani Yesus. Sikap kritisnya dalam beriman menunjukkan bahwa Thomas merasa yakin bahwa iman itu adalah anugerah yang diberikan secara pribadi dari Tuhan kepada setiap pribadi. Artinya, bagi Thomas, bukan karena orang lain percaya maka saya ikutan percaya, tetapi bahwa iman dan kepercayaan adalah anugerah Tuhan bagiku dengan cara Tuhan sendiri.

Thomas mengakui imannya di hadapan Yesus sebagai Tuhan dan Allah. Ia berkata: “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28). Inilah pengakuan iman akan keilahian Yesus. Kehebatan Thomas adalah ketika melihat Yesus yang bangkit mulia, ia tidak hanya melihat Yesus sebagai manusia biasa yang pernah hidup, makan dan minum bersama para rasul tetapi yesus sebagai Tuhan dan AllahNya. Pengakuan seperti ini yang belum sempat diungkapkan secara terbuka oleh para murid yang lain. Pada saat ini kita memang tidak melihat Tuhan Yesus yang menderita, disalibkan, wafat dan bangkit. Namun demikian kita merasa bahagia karena Tuhan Yesus sudah wafat dan bangkit bagi kita semua.

Apa yang harus kita lakukan? St. Paulus membangkitkan kesadaran kita bahwa karena jasa Yesus Kristus, kita bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (Ef 2:19-20). Para rasul adalah fondasi, wadas bagi iman gereja yang diturunkan hingga saat ini. Kita mengakui iman para rasul akan Yesus Kristus dalam Credo. Di dalam Yesus kita dibentuk sebagai bait Allah, tempat tinggal Roh Kudus (Ef 2:21-22)

Doa: Tuhan, kami bersyukur karena Engkau memberikan para rasul sebagai dasar bagi GerejaMu. Mereka telah mewariskan imannya kepada kemai untuk percaya kepadaMu sebagai Tuhan dan Allah kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply