Homili 16 Oktober 2014

Hari Kamis, Pekan Biasa XXVIII
Ef 1:1-10
Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4.5-6
Luk 11:47-54

Engkaulah pilihan Allah!

Fr. JohnKetika merayakan hari ulang tahun tahbisan imamatku bulan Juni yang lalu, seorang sahabat tempo doeloe menulis sebuah pesan dengan gambar Tuhan yang di salib dengan wajah berlumuran darah. Ada tulisan pada gambar itu: “Ingatlah, engkaulah pilihan Allah!” Saya tersenyum memandang gambar Tuhan Yesus dan berkata dalam hati: “Tuhan Yesus, Engkau sungguh baik, amat baik bagiku.” Pengalaman sederhana ini membuat saya merenungkan perjalanan panggilanku dan bersyukur kepada Tuhan yang memanggil, memilih dan menetapkanku menjadi imamNya dan terima kasih kepada saudara-saudari di dalam Kristus yang selalu mendukungku dalam doa-doa. Kalimat sederhana “Ingat, engkau pilihan Allah” membuatku mawas diri di hadirat Tuhan untuk setia dalam untung dan malang bersamaNya.

Setelah kita membaca tulisan Santo Paulus kepada jemaat di Galatia, Liturgi mengajak kita untuk membaca dan merenungkan tulisan St. Paulus kepada jemaat di Efesus. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus ini, Paulus membeberkan rencana Tuhan bagi manusia. Dunia diciptakan untuk kita supaya “manusia baru” dapat muncul menjadi satu keluarga di dalam Kristus. Banyak tema di dalam surat kepada jemaat di Efesus yang sudah dibahas juga di dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, hanya situasinya berbeda.

Perikop kita pada hari ini merupakan sebuah Himne Kristologi. Yesus Kristus menjadi pusat permenungan kita karena Dialah yang menebus kita degan darahNya yang mulia. Paulus memulai suratnya dengan bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena ia bisa menjadi rasulNya, juga bagi para kudus di Efesus yang ada bersamanya. Harapan Paulus adalah supaya rahmat damai dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus bisa menyertai mereka semua. Prinsip Paulus dalam awal surat ini sangatlah penting. Orang boleh merasul dan melayani dengan baik kalau merasakan kehadiran dan penyertaan Tuhan Allah Tritunggal yang Mahakudus di dalam seluruh hidupnya.

Selanjutnya, Paulus menyampaikan kekayaan rohani para pilihan Tuhan. Allah dan Bapa Tuhan Yesus Kristus, Bapa kita semua patut dipuji karena Ia telah mengaruniakan segala berkat rohani dari surga. Berkat rohani itu diberikan Allah kepada setiap orang karena jasa Yesus Kristus. Hanya di dalam Yesus, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan supaya kita menjadi kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Pikiran dan perkataan Paulus ini membantu mengorientasikan kita untuk berjalan menuju kepada Tuhan sumber kekudusan. Di dalam Yesus Kristus PuteraNya, Ia sudah memilih kita untuk menjadi kudus, tak bercacat di hadiratNya. Paulus juga mengatakan bahwa karena kasih dan kehendakNya, Tuhan telah menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anakNya. Kita semua mengalami penebusan yang berlimpah oleh karena Darah Yesus yang mulia. Semuanya ini bisa terjadi karena kasih karuniaNya bagi kita.

Paulus mengingatkan kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan karena pilihanNya bagi kita. Tuhan menghendaki supaya kita hidup sebagai orang kudusNya karena Dia sendiri Kudus adanya. Hal ini tentu sejalan dengan apa yang dikatakanNya di dalam Kitab Suci: “Sebab Akulah Tuhan, Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus, dan janganlah kamu menajiskan dirimu dengan setiap binatang yang mengeriap dan merayap di atas bumi.” (Im 11:44; 1Pt 1:16).

Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus melanjutkan kecamanNya terhadap para ahli Taurat yang membangun makam para nabi padahal nenek moyang merekalah yang membunuh para nabi itu. Bagi Yesus, sikap mereka ini tentu saja mendukung perbuatan jahat nenek moyang mereka. Tuhan mengutus para nabi dan rasul-rasulNya tetapi warta sukacita yang mereka wartakan tidak diterima oleh mereka. Justru sebagian dari para nabi dan rasul dianiaya dan dibunuh. Darah mareka tertumpah karena ketegaran hati manusia.

Kecaman Yesus ini masih aktual di dalam hidup kita saat ini. Meskipun meterai keselamatan sudah ditanam di dalam hati kita untuk berjalan menuju kekudusan tetapi kedagingan yang melekat di dalam diri kita juga senantiasa menguji kekudusan kita. Banyak kali kita menemukan diri kita dalam situasi seperti ini: memiliki hati yang keras, tidak tahu bersyukur kepada Tuhan, bersikap tidak adil terhadap sesama dan membunuh sesama dengan lida kita. Pada hari ini kita dipanggil kembali untuk merasakan kekudusan Tuhan karena dari semula Tuhan sudah memiliki rencana untuk menguduskan kita semua.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk hidup dalam kekudusanMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply