Caritas abundat in omnia
Pada malam ini saya mendapat sebuah pesan dari salah seorang sahabat di luar negeri. Ia menulis kalimat ini: “Caritas abundat in omnia” arti sederhananya adalah “cinta kasih itu melimpah segalanya”. Dari segi etimologisnya, kalimat ini berasal dari sebuah kalimat dari puisi karya seorang Abas pada abad pertengahan bernama Hildegard von Bingen (1098–1179). Dalam puisinya itu, sang Abas menulis “Cinta kasih penuh kebaikan itu melimpah rua bagi semua yang sebelumnya hidup dalam kegelapan menuju kepada terang gemerlap dari bintang-bintang.” Puisi kasih ini berhubungan dengan relasi akrab antara manusia dengan Tuhan sang raja mahatinggi yang patut dikasihi. Memang Tuhan adalah kasih (1Yoh 4:8) dan Ia merupakan sumber kasih yang bisa menerangi hidup setiap orang.
Kalimat singkat ini mengingatkan saya pada pengalaman rohani St. Paulus bersama jemaat di Efesus (Ef 2:1-10). Paulus melihat masa lalu orang Efesus penuh dengan kegelapan. Mereka belum merasakan cinta kasih Allah yang melimpah rua sehingga menginginkan hidup dalam dosa atau hidup dalam daging. Paulus pun merasakan hal yang sama sebelum berjumpa dengan Kristus. Ia sempat merasakan nikmatnya kegelapan. Tetapi di saat itu ia merasa bahwa masih ada sesuatu yang lebih dahsyat yang bisa mengubah seluruh hidupnya yakni kasih Allah. Kasih Allah telah mencabutnya dari suasana gelap menuju kepada terang. Inilah radikalitas pertobatan Paulus.
Paulus merasakan pertobatan karena kasih Allah sempurna di dalam dirinya. Kasih sejati yang mengubahnya menjadi baru. Kasih inilah yang diwariskan bukan hanya kepada jemaat di Efesus tetapi kepada seluruh Gereja hingga saat ini. Tuhan mengasihi kita apa adanya. Ia mengampuni dosa dan salah kita semua.
Sungguh: “Caritas abundat in omnia.”
P. John Laba , SDB