Homili 19 Desember 2014

19 Desember 2014
Hak 13:2-7.24-25
Mzm 71:3-4a.5-6ab. 16-17
Luk 1:5-25

Bagi Allah tidak ada yang mustahil

Fr. JohnBerdoa berarti kita mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Dengan memahami makna doa ini, membantu kita untuk sadar diri bahwa dalam situasi apa saja kita bisa berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan. Saya mengingat sebuah kisah tentang usaha sebuah suku di India supaya doa-doa orang di dalam suku itu bisa dikabulkan Tuhan. Mereka melanjutkann sebuah ritual unik yang sudah berlangsung berabad-abad di Kota Madhya Pradesh, India. Apa yang mereka lakukan? Mereka memiliki tradisi dinjak sapi. Caranya adalah, sejumlah orang tidur di jalanan kota itu dan merelakan tubuhnya diinjak puluhan sapi yang sudah dihias dengan Hena. Selama mereka diinjak-injak sapi, warga sekitar yang menontonnya menyanyikan lagu-lagu daerah yang meriah. Anehnya tak ada warga yang terluka dalam ritual ini. Mereka yakin bahwa dengan ritual ini doa mereka akan dikabulkan Tuhan. Masyarakat hindu di India mempercayai sapi sebagai binatang suci dan disakralkan. Mereka menganggap sapi adalah reinkarnasi dari Khrisna.

Ada juga pengalaman unik sebuah keluarga. Dalam kesempatan berziarah ke Lourdes seorang ibu yang sudah berusia 51 tahun berdoa dan memohon kepada Tuhan melalui Bunda Maria untuk memberi sebuah hadia istimewa berupa seorang anak lagi. Ia memang merindukan kelahiran sorang anak lagi padahal usianya sudah tidak muda lagi. Apa yang terjadi setelah pulang dari Lourdes? Ibu itu benar-benar hamil dan melahirkan putra bungsunya di usia 52 tahun. Bagi Allah tiada yang mustahil. Kalau kita sungguh-sungguh percaya maka Tuhan pasti akan mengabulkan doa-doa permohonan kita. Tuhan mengetahaui kebutuhan hidup kita. Jangan berhenti berdoa. Percayakanlah seluruh hidupmu kepada Tuhan.

Dalam masa novena natal ini kita berjumpa dengan figur-figur tertentu yang menunjukkan kebesaran Tuhan. Ia melakukan karya-karya besar di dalam diri manusia dan semuanya itu tidak bisa dipahami oleh akal budi manusia. Manusia hanya bisa berpasrah kepadaNya karena Dia yang berkuasa. Misalnya dua kisah yang kita baca dan dengar melalui bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini yakni kisah kelahiran Simson dan Yohanes Pembaptis merupakan kisah yang menambah iman kita. Kedua kisah sama-sama mengatakan bahwa TuhanAllah itu ada dan Ia mengasihi manusia yang selalu berharap kepadaNya.

Kisah keluarga Manoah dan istrinya yang mandul, tidak beranak (Hak 13:2). Dalam budaya Yahudi kuno, kalau seorang wanita itu disebut mandul dan tidak beranak berarti aib. Orang beranggapan bahwa itu mungkin karena dosa orang tuanya yang diturunkan kepadanya. Tuhan memperhatikan kebutuhan keluarga Manoah maka Ia mengutus malaikatNya untuk menghibur dan menguatkannya. Malaikat berkata kepadanya: “Memang engkau mandul, tidak beranak, tetapi engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin.” (Hak 13:3-5).

Kata-kata malaikat ini merupakan sebuah janji dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh istri Manoah. Janji Tuhan adalah bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Syaratnya istri Manoah tidak boleh meminum anggur dan minuman beralkohol, tidak boleh makan makanan terlarang. Ia pun mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang menjadi nazir Allah. Anak yang nazir berarti anak yang dikuduskan untuk Allah (Bil 6:1). Pengudusan bagi Allah menjadi sumber kekuatan baginya.

Janji Tuhan kepada istri Manoah terpenuhi ketika wanita yang dianggap mandul itu melahirkan seorang Putra dan dinamainya Simson. Ia bertumbuh menjadi besar dan Yahwe memberkatinya. Rambutnya tidak akan dicukur karena ia seorang nazir. Kisah kelahiran Simson ini mirip dengan kisah anak Abraham (Kej 18), Kisah Samuel (1Sam 1) dan Yohanes Pembaptis (Luk 1:5). Anak adalah berkat Tuhan bagi keluarga maka segala rintangan apa pun bisa di atasi dengan bantuan Tuhan.

Kisah kelahiran Simson mirip dengan kisah kelahiran Yohanes Pembaptis. Zakharias adalah keluarga imam Abia. Istinya Elizabeth juga berasal dari keluarga imam. Ini berarti hidup mereka tidak jauh dari Rumah Tuhan. Mereka setia melayani Tuhan, melakukan perintah-perintah Tuhan dan hidup benar di hadiratNya. Sayang sekali karena hingga usia senja mereka belum memiliki anak. Tuhan mengutus malaikat Gabriel untuk menyampaikan berita sukacita kepada Zakharias. Malaikat memintanya suoaya tidak takut karena doanya dikabulkan Tuhan. Tuhan akan menganugerahkan seorang putera kepada mereka dan akan dinamai: Yohanes, artinya Allah berbelas kasih. Kelahirannya akan menjadi sukacita yang besar bagi keluarga dan semua kerabat.

Masa depan Yohanes Pembaptis juga disampaikan oleh malaikat Gabriel. Ia akan besar dihadapan Allah, tidak minum anggur dan minuman keras. Ia penuh dengan Roh Kudus. Ia akan menyiapkan jalan bagi Tuhan dan membuat banyak orang bertobat. Tuhan memberikan sebuah tanda kepada Zakharias ayahnya yaitu menjadi bisu. Elizabeth bersukacita dan berkata: “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” (Luk 1:25).

Kedua kisah menarik dari bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mau mengatakan apa kepada kita? Pertama, Tuhan itu setia. Ia tetap memperhatikan umat yang berharap kepadaNya. Istri Manoah dan pasutri Elizabeth dan Zakharias sudah mengalaminya. Mereka mengalami masa kepahitan karena dianggap mandul, tidak memiliki anak tetapi Tuhan melihat kesetiaan mereka sebagai suami dan istri dan mendengarkan doa-doa mereka. Tuhan memberikan anak sebagai anugerah istimewa. Apakah anda setia dalam hidupmu? Kedua, Manusia harus punya iman. Keluarga Manoah dan Zakharias beriman dan percaya bahwa Tuhan akan melakukan yang terbaik bagi mereka. Apakah anda memiliki iman, harapan dan kasih kepada Tuhan?

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip St. Petrus yang berkata: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7). Maka tugas mulia dari kita adalah seperti Daud yang berkata: “Mulutku penuh dengan pujia-puijian untuk mengidungkan kemuliaanMu.” (Mzm 71:8).

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply