Homili 20 Desember 2014

20 Desember 2014
Yes 7:10-14
Mzm 24:1-2.3-4b.5-6
Luk 1:26-38

Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan?

Fr. JohnAda seorang anak sekolah minggu yang mengikuti lomba melukis. Ia berhasil melukis sebuah gunung dengan pemandangan yang indah. Di kaki gunung itu ia menulis: “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan?” Semua orang yang melihat lukisan ini pasti berefleksi atas pertanyaan tentang siapa yang layak naik ke atas gunung Tuhan. Ketika membaca tulisan dalam lukisan ini, saya mengingatkan Mazmur 24 yang dikidungkan hari ini dalam perayaan Ekaristi. Mazmur 24 mengisahkan tentang suatu perarakan besar umat Israel untuk masuk ke dalam Kenisah dengan membawa Tabut Perjanjian. Pada kesempatan inilah umat Israel merasakan kehadiran Tuhan sebagai Imanuel. Tuhan Yang Mahakuasa adalah Imanuel, Allah tinggal dalam tempat yang sederhana yang disiapkan bagiNya. Dalam hal ini ia sudah memilih Maria, seorang wanita sederhana dari Nazareth menjadi ibu bagi sang Imanuel.

Daud ketika mendoakan Mazmur ini merasakan kehadiran dan kuasa Tuhan yang luar biasa. Baginya, Tuhanlah yang memiliki bumi serta segala isinya dan dunia serta yang diam di dalamnya. Ia menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Hanya dengan bersabda maka semuannya jadi. Ia sendiri yang mendasarkan bumi di atas lautan dan menegakannya di atas sungai-sungai. Dengan melihat segala keteraturan ciptaan ini maka Daud bertanya: “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus?” (Mzm 24:3). Pertanyaan Daud kepada Tuhan ini diikuti oleh sebuah jawaban yang bagus: “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan dan yang tidak bersumpah palsu.” (Mzm 24:4).

Nah, gunung di dalam Kitab Suci merupakan simbol kediaman Allah (Shekina), tempat Allah bersemayam. Di dalam Kitab Suci terdapat nama gunung-gunung tertentu yang menjadi tempat Allah bersemayam. Gunung Horeb (tanah kering) disebut juga gunung Sinai (Jabal Musa) dalam Kitab keluaran 19. Gunung Nebo (Ul 34:40; 34:1) dan Gunung Hermon (Ul 4:48). Yerusalem adalah sebuah kota di pegunungan. Di tempat yang tinggi inilah orang Israel percaya bahwa Tuhan bersemayam. Di atas bukit Golgota manusia merasakan keselamatan dari Tuhan. Jadi, di atas gunung Tuhan, Allah bersatu dengan para kudusNya: orang yang tangannya bersih, hatinya murni tidak termakan tipu muslihat dan tidak bersumpah palsu.

Siapakah yang bisa masuk kriteria orang kudus yang digambarkan dalam Mazmur ini? Dari bacaan Kitab Suci pada hari ini kita menemukan sosok-sosok yang tepat. Bacaan pertama menampilkan keluarga Ahas. Tuhan berfirman kepadanya untuk meminta suatu tanda tetapi Ahas tidak mau meminta dan tidak mau mencobai Tuhan. Dengan jawaban Ahas seperti ini maka nabi Yesaya menegurnya: “Baiklah dengarkan, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga. Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel?” (Yes 7:13-14).

Dalam bacaan Injil, Tuhan menampilkan Santa Perawan Maria sebagai pilihanNya. Ia masih muda ketika menerima khabar dari malaikat Gabriel. Berita sukacita yang disampaikan Malaikat Gabriel bahwa Maria menjadi ibu Yesus, Putera Allah. Maria sempat merasa ragu, tetapi ia percaya kepada kehendak Allah. Malaikat pun mengatakan kepadanya supaya jangan takut karena ia memperoleh kemurahan dari Allah. Ia akan mengandung, melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Yesus. Yesus artinya Allah menyelamatkan. Ketika bertumbuh menjadi besar, Ia akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi, Tuhan Allah menyerahkan takhta Daud kepadaNya. KerajaanNya tidak akan berakhir. Mendengar berita sukacita ini, Bunda Maria mengatakan: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38).

Bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk sadar diri dan menumbuhkan pengharapan kepada Tuhan sehingga layak menerima kehadiran Tuhan Yesus di hari Natal nanti. Tuhan akan datang, Dialah Raja kemuliaan. Apa yang harus kita lakukan? Kita perlu membangun kekudusan dengan bersih tangan, murni hati, tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan dan yang tidak bersumpah palsu.

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip nabi Yesaya: “Suatu tunas akan terbit dari akar Isai, kemuliaan Tuhan memenuhi seluruh bumi dan semua orang melihat penyelamatan oleh Allah kita.” (Yes 11:1; 40:5; Luk 3:6). Apakah anda juga bisa ikut mendaki ke atas gunung Tuhan?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply