Meninggalkan sang “Aku”
A de Mello SJ, dalam bukunya “Burung berkicau” menceritakan sebuah dialog antara seorang Guru dan Muridnya. Inilah dialog di antara mereka: Murid berkata: “Aku datang untuk mengabdimu.” Guru menjawab: “Seandainya engkau melepaskan si “aku” pengabdianmu akan terjadi dengan sendirinya.” Tony melanjutkannya dengan sebuah komentar: “Engkau dapat merelakan semua harta bendamu bagi kaum miskin dan bahkan merelakan dirimu dibakar, namun belum tentu engkau mempunyai cinta sama sekali. Simpanlah hartamu dan tinggalkanlah si “aku”. Jangan membakar tubuhmu, bakarlah ‘ego-mu dulu!’ Cinta akan muncul dengan sendirinya.”
Berani meninggalkan si “aku” adalah kalimat yang pas untuk kita berikan kepada Bunda Maria. Ketika menerima khabar sukacita dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus, melahirkan seorang anak laki-laki dan dinamai Yesus, ia merasa bingung karena belum bersuami. Ia tidak mengerti semua rencana Tuhan tetapi karena kasih Tuhan maka ia bisa memahami semua rencana dan kehendak Tuhan. Dengan jawabannya bahwa dia hamba Tuhan dan kehendak Tuhan sungguh terjadi maka Bunda Maria melepaskan “ego-nya” untuk kebaikan banyak orang. Bunda Maria membuat sebuah revolusi mental. Dia hanya seorang wanita sederhana tetapi berani meninggalkan “ego-nya” supaya bisa mengikuti kehendak Allah. dampaknya adalah semua orang memperoleh keselamatan dari Tuhan Yesus Putera Maria.
Pada hari ini, sambil memandang Bunda Maria, kita juga harus berani meninggalkan “ego” yang membelenggu dan menghalangi kita untuk menanti kedatangan Yesus. Kita mengingat perkataanNya: “Sine me nihil potestis facere.” (Yoh 15:5). Mari kita menyiapkan kedatanganNya. Hari Natal semakin dekat. Bertobatlah, ikutilah teladan Bunda Maria yang berani melepaskan “ego-nya” maka engkau juga akan layak menerima Yesus Kristus Puteranya.
PJSDB