Food For Thought: Berpuasa itu…

Berpuasa itu...

P. John SDBPuasa dan pantang! Kedua kata ini erat hubungannya dengan kehidupan beragama. Orang-orang Yahudi mengikuti aturan puasa berdasarkan Torah (Im 16:29-34). Mereka bisa berpuasa pada hari-hari tertentu secara umum atau pribadi. Hari puasa itu memiliki kekhasan tersendiri misalnya wajah muram, sedih, pantang, pemurnian diri, persiapan untuk suatu pesta atau perutusan tertentu, supaya bisa memperoleh rahmat dari Tuhan. Bagi orang Yahudi, berpuasa adalah suatu hal yang bisa menyenangkan hati Tuhan. Orang bisa menjadi rendah hati di hadirat Tuhan, merasakan pengampunan berlimpah dari Tuhan. Kaum Muslim berpuasa pada bulan ramadan dengan mengotrol diri terhadap makanan, minuman dan hawa nafsu. Berpuasa itu untuk memurnikan diri di hadirat Tuhan.

Tuhan Yesus tidak mewajibkan para pengikutNya untuk berpuasa seperti murid-murid Yohanes dan kaum Farisi. Banyak orang tidak mengerti dengan sikap Yesus. Ia memberi sebuah alasan fundamental mengapa tidak berpuasa: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.” (Mrk 2:19). Bagi orang Israel, mempelai adalah Elohim yang setia dan kasih ilahiNya melingkupi semua orang. Israel adalah pengantin yang tidak setia! Yesus menyapa para muridNya: “Sahabat mempelai”, mereka sedang ada bersamaNya sehingga tidak perlu berpuasa. Ia mengajar perintah baru yakni kasih yang nilainya lebih tinggi. Mereka harus bersukacita karena bersatu denganNya sebgai kasih. Ketika Yesus menderita, maka saat itu mereka boleh berpuasa.

Puasa dan pantang di dalam Gereja bermanfaat sebagai persiapan untuk perayaan liturgi tertentu seperti Paskah dan Natal. Puasa memperkuat doa dan kontemplasi. Yesus berpuasa di padang gurun sebagai persiapan untuk menghadirkan Kerajaan Allah.

PSDB

Leave a Reply

Leave a Reply