Homili 2 Februari 2015

Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah
Mal. 3:1-4 atau
Ibr. 2:14-18;
Mzm. 24:7,8,9,10;
Luk. 2:22-40

Kupersembahkan diriku seutuhnya!

Fr. JohnSaya pernah mengikuti upacara penerimaan kaul kebiaraan di sebuah Tarekat Hidup Bakti. Jumlah neo-profesi adalah 20 orang. Mereka berarak menuju ke altar dengan mantab bersama imam celebran dan para konselebran. Koor mengiringi mereka dengan menyanyikan lagu yang dipopulerkan James Kilbane berjudul “Here I am Lord”. Para jubilaris memilih tema perayaan pengikraran kaul pertama: “Kupersembahkan diriku seutuhnya”. Pastor Celebran memberikan sebuah homili yang bagus, sangat meneguhkan para imam dan biarawan-biarawati yang hadir. Ia mengajak para imam, biarawan dan biarawati supaya masing-masing pribadi kembali kepada Tuhan Yesus dalam Injil dan semangat awal sang pendiri tarekat. Dengan demikian orang terpanggil semakin sempurna mempersembahkan dirinya kepada Tuhan.

Pada hari ini kita semua merayakan Pesta Tuhan Yesus dipersembahkan di Bait Allah. Orang tua Yesus menyadari tugas dan tanggung jawab mereka sebagaimana diajarkan dalam hukum Taurat yakni mengarahkan Anak mereka kepada Allah. Maria dan Yusuf membawa bayi Yesus ke dalam bait Allah untuk mempersembahkannya kepada Allah. Mereka juga membawa kurban persembahan tertentu sesuai dengan hukum Taurat yakni sepasang burung tekukur atau dua ekor anak merpati.

Maria dan Yusuf membawa bayi Yesus dan persembahan lainnya ke dalam Bait Allah. Mereka berjumpa dengan dua figur yakni Simeon dan Hanna yang sudah lama menantikan cahaya. Ketika berjumpa dengan bayi Yesus maka senanglah hati Simeon sambil memuji Allah. Ia berkata: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Luk 2:29-32).

Setelah memuji Allah, Simeon memandang orang tua Yesus yang sedang keheranan dan mengatakan tentang masa depan Yesus dan ibunya. Ia berkata: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri?,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35). Semua perkataan Simeon ini akan terbukti di masa depan dalam hubungan dengan Yesus dan PaskahNya sebagai persembahan diri yang utuh dan total. Hanna, serang nabi perempuan juga mengucapkan rasa syukurnya karena sudah melihat keselamatan. Baginya, Yesus akan melepaskan atau menyelamatkan banyak orang. Setelah dipersembahkan di dalam bait Allah, Yesus bersama orang tuaNya kembali ke Nazaret dan tinggal di sana. Ia bertambah besar, menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya.

Kisah ini mau mengatakan tentang tanggung jawab orang tua kepada anaknya dalam hal pendidikan iman. Orang tua menjadi pendidik nomor satu yang mengantar anaknya untuk berjumpa dengan Yesus. Sebagai orang tua, banyak pengorbanan diri dibutuhkan untuk meneguhkan iman dan persekutuan dengan Tuhan. Ini yang dilakukan oleh Maria dan Yusuf. Kedua nabi yakni Simeon dan Hanna sudah lama menantikan Yesus sebagai Terang bagi banyak orang. Kini mereka sudah melihat keselamatan yang datang dari Tuhan sendiri. Mereka mengakui bahwa Dia adalah Tuhan, pembawa terang bagi umat manusia. Simeon merasakan kasih dan kebaikan Tuhan. Ia bersyukur kepada Tuhan. Sikap selalu bersyukur patutlah dimiliki oleh semua orang.

Dalam bacaan pertama Maleakhi bernubuat bahwa Tuhan akan mengutus utusanNya. Ia berkata: “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan semesta alam.” (Mal 3:1). Ini adalah kata-kata penghiburan dari Tuhan bagi umatNya yang barusan kembali dari Babel. Tuhan selalu hadir dalam peristiwa kehidupan umatNya.

Apa yang harus kita lakukan? Mazmur Tanggapan dari bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengatakan sebuah ajakan untuk membuka diri bagi Tuhan: “Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!” (Mzm 24:7). Kita diajak untuk membuka diri bagi Tuhan Yesus, Raja semesta alam.

Perayaan Pesta Tuhan Yesus dipersembahkan di dalam Bait Allah dirayakan secara istimewa oleh para biarawan dan biarawati sebagai hari Hidup Bakti (Vita Consecrata). Para abdi Tuhan mengenang kembali panggilannya sebagai saat untuk mempersembahkan diri kepada Tuhan. Melalui perayaan ini kita bisa belajar beberapa hal mendasar tentang panggilan untuk hidup bakti:

Pertama, faktor orang tua sangat penting dalam discernment panggilan hidup bakti seorang anak. Anak yang dipanggil Tuhan itu sudah berjumpa secara pribadi dengan Tuhan di dalam keluarga. Artinya orang tualah yang sudah mengantar anaknya kepada Tuhan dalam doa, membaca Kitab Suci dan katekese. Bunda Maria an St. Yusuf sudah melakukannya kepada Yesus.

Kedua, Seorang biarawan dan biarawati mempersembahkan dirinya satu kali untuk selama-lamanya. Artinya ketika mengikrarkan kaul di hadapan umum maka diharapkan kesetiaan sampai tuntas. Tuhan Yesus memberi contoh dengan mempersembahkan dirinya untuk menebus dosa kita satu kali untuk selama-lamanya.

Ketiga, Hidup bakti akan bermakna ketika Yesus juga dirasakan bertumbuh di dalam diri kaum religius. Yesus dirasakan: “bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.” (Luk 2:40). Untuk mencapai hal ini perlu membuka diri kepada Tuhan dan sesama.

Semoga dengan merayakan Tuhan Yesus dipersembahkan di dalam Bait Allah, kita semua mengingat kembali persembahan diri kita. Para orang tua mengingat kembali persembahan dirinya kepada pasangan hidupnya sampai tuntas. Para biarawan dan biarawati membaktikan dirinya sebagai orang yang taat, miskin dan murni. Selamat merayakan hari hidup bakti.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply