Homili Misa Krisma Kamis Putih Pagi (Janji Imamat) – 2015

Misa Krisma – Kamis Putih Pagi
Yes 61:1-3.6.8b-9
Mzm 89
Why 1:5-8
Luk 4:16-21

Setia Menghayati Janji Imamat

Fr. JohnSejak kemarin, saya mendapat ucapan selamat untuk membaharui janji imamat.Ini karena merupakan kebiasaan di KAJ, misa krisma dan janji imamat dilakukan setiap hari Kamis Putih pagi. Ada beberapa sahabat yang menulis harapannya: “Semoga setia selamanya”, “Jangan berhenti melayani Tuhan”, “Usia imamat bertambah, komitmen semakin teguh”, “Jangan gendut dan jaga kesehatan supaya melayani dengan baik” dan lain-lainnya. Ketika membaca semua ucapan selamat ini, saya hanya berdoa dalam hati: “Terima kasih Tuhan Allah Tritunggal Yang Mahakudus karena Engkau memberi umat yang kulayani dalam suka dan duka, dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit.” Bagi saya, ucapan-ucapan selamat ini sekaligus menjadi tanda bahwa umat mengasihi dan mendukung gembala dan panggilannya.

Berkaitan dengan janji imamat dalam perayaan ini, biasanya Bapa Uskup mengingatkan para imam untuk mengingat kembali komitmen suci pada hari pentahbisan yakni menjadi imam untuk bersatu dengan Tuhan Yesus dan melayani dengan tulus. Para imam juga diingatkan untuk setia melakukan tugas-tugas suci seperti merayakan Ekaristi, melayani Sabda dan sakramen-sakramen serta ajaran Gereja Katolik.

Untuk lebih jelas, saya mengutip dialog antara Uskup dan para Imam:

Uskup bertanya: “Apakah kalian mau tetap bersatu dengan Tuhan Yesus sebagai model imamat kita, menyangkal diri, berkomitmen terhadap pelayanan-pelayanan suci karena terdorong oleh kasih Kristus, memiliki tindakan bebas di dalam GerejaNya?”

Para imam menjawab: “Ya saya mau”.

Uskup bertanya: “Apakah kalian mau menjadi sumber pemahaman rahasia Allah melalui Ekaristi dan liturgi, menjadi pelayan Sabda keselamatan sesuai teladan Yesus Kristus, pemimpin dan gembala, membiarkan diri dibimbing bukan oleh kepentingan manusiawi melainkan demi kasih kepada sesama?”

Para imam menjawab: “Ya saya mau”.

Bapa Uskup meminta umat untuk mendoakan para imam supaya berlimpah dalam rahmat sehingga dapat menjadi pelayan Tuhan, imam agung dan membawa mereka kepada Kristus sumber keselamatan. Umat diajak untuk mendoakan Bapa Uskup supaya tetap setia dalam pelayanan apostoliknya, sehingga dia dapat menjadi gembala yang baik, figur yang hidup, imam Kristus yang autentis, gembala baik, guru dan pelayan bagi manusia.

Semua hal yang diucapkan sebagai janji di atas menuntut komitmen dan kesetiaan. Banyak kali sebagai gembala umat, umat selalu datang dengan berbagai persoalan hidupnya. Ada yang datang dengan membawa persoalan dalam keluarganya karena pasangan tidak setia satu sama lain. Biasanya Imam sebagai gembala umat memberikan nasihat-nasihat yang bagus supaya umat setia dalam janji perkawinannya: “dalam untung dan malang, diwaktu sehat dan sakit.” Hal yang sama juga haruslah dhayati dalam hidup pribadi imam.

Para imam juga manusia biasa yang dikuduskan bagi Tuhan Allah melalui sakramen imamat. Dalam melayani Tuhan dan Umat, tentu ada banyak kekurangan. Ada yang kelihatan tidak ramah, ada yang membosankan dalam memberi homili, ada yang kurang bergaul dengan umat atau kalau bergaul hanya dengan orang tertentu saja dan masih banyak lagi keluhan-keluhan umat kepada para gembala. Keluhan-keluhan itu tidak selamanya negatif tetapi selalu menjadi peluang untuk mendewasakan dan memantapkan imam dan tugasnya sebagai gembala umat.

Apa yang harus dilakukan untuk setia dalam imamat? Ini adalah sebuah pertanyaan yang bagus untuk direfleksikan secara pribadi. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada perayaan kudus ini memberi arahan yang bagus untuk para imam supaya menepati dan setia pada janji-janji imamatnya.

Pertama, Kehadiran Roh Kudus. Imam menyadari bahwa panggilan dan pelayanannya bukan semata-mata keinginan manusiawinya tetapi pertama-tama merupakan sebuah gerakan Roh yang hadir di dalam dirinya. Oleh karena itu imamat sebuah panggilan dan merupakan anugerah dari Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus. Dialah yang memiliki inisiatif pertama untuk memanggil, membentuk dan mengutus. Tanpa kesadaran bahwa Allah Roh Kudus hadir dan menjadi penggerak atau pemberi semangat dalam hidup imamat seorang imam maka rasanya ada sesuatu yang lowong. Nabi Yesaya dengan jelas berkata: “Roh Tuhan ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku.”(Yes 61:1). Tuhan Yesus juga mengutip nabi Yesaya ketika menyatakan visi dan misi-Nya (Luk 4:18). Roh Kudus memberi semangat dan menguduskan imam dalam pelayanannya.

Kedua, kesadaran akan tugas dan tanggung jawab sebagai gembala bagi semua umat dari segala lapisan. Setelah menyadari kehadiran Roh yang memberi semangat, imam merasakan perutusan Tuhan bagi semua orang sebagaimana di rasakan oleh nabi Yesaya dan Tuhan: “Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada kaum tawanan dan kepada orang-orang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang yang berkabung” (Yes 61:1-2). Kata-kata nabi Yesaya ini diikuti oleh Yesus ketika menyampaikan misi dan visiNya di hadapan umum di dalam Sinagoga Nazaret (Luk 4:18-19). Visi dan Misi Yesus ini juga menjadi kekuatan bagi para “alter Christus” dalam melayani Gereja.

Pada hari yang bahagia ini baiklah kita mendoakan para imam yang sedang sakit dan membutuhkan perawatan, para imam yang sedang mengalami krisis dalam panggilan supaya Roh Tuhan boleh menggerakkan dan menyadarkan mereka untuk setia dalam panggilannya. Terima kasih saya sampaikan kepada para umat dan pembaca setia www.pejesdb.com atas dukungan dan doa-doanya. Salam dan berkat Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply